Ja'far ash-Shadiq: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Sahlan Mabruri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 108:
:# dia sedang membaca kitab suci al-Qur'an.
:''Aku tidak pernah melihat dia meriwayatkan sebuah [[hadits]] dari [[Muhammad|Nabi SAW]] tanpa taharah. Ia seorang yang paling bertaqwa, warak, dan amat terpelajar selepas zaman [[Muhammad|Nabi Muhammad SAW]]. Tidak ada mata yang pernah, tidak ada telinga yang pernah mendengar dan hati ini tidak pernah terlintas akan seseorang yang lebih utama (afdhal) melebihi Ja'far bin Muhammad dalam ibadah, kewarakan dan ilmu pengetahuannya."''
 
=== Dari [[Abu Hanifah]] ===
Pada suatu ketika khalifah [[Al-Mansur]] dari [[Bani Abbasiyah]] ingin mengadakan perdebatan antara [[Abu Hanifah]] dengan Imam Ja'far ash-Shadiq AS. Khalifah bertujuan untuk menunjukkan kepada [[Abu Hanifah]] bahwa banyak orang sangat tertarik kepada Imam Ja'far bin Muhammad karena ilmu pengetahuannya yang luas itu. Khalifah [[Al-Mansur]] meminta [[Abu Hanifah]] menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk diajukan kepada Imam Ja'afar bin Muhammad AS di dalam perdebatan itu nanti. Sebenarnya [[Al-Mansur]] telah merencanakan untuk mengalahkan Imam Ja'far bin Muhammad, dengan cara itu dan membuktikan kepada orang banyak bahwa Ja'far bin Muhammad tidaklah luas ilmunya.
 
Menurut [[Abu Hanifah]],
:''"Al-Mansur meminta aku datang ke istananya ketika aku tidak berada di Hirah. Ketika aku masuk ke istananya, aku melihat Ja'far bin Muhammad duduk di sisi [[Al-Mansur]]. Ketika aku memandang Ja'far bin Muhammad, jantungku bergoncang kuat, rasa getar dan takut menyelubungi diriku terhadap Ja'far bin Muhammad lebih daripada [[Al-Mansur]]. Setelah memberikan salam, [[Al-Mansur]] memintaku duduk dan dia memperkenalkanku kepada Ja'far bin Muhammad. Kemudian [[Al-Mansur]] memintaku mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada Ja'far bin Muhammad. Aku pun mengemukakan pertanyaan demi pertanyaan dan dia menjawabnya satu persatu, mengeluarkan bukan saja pendapat ahli-ahli fiqih [[Iraq]] dan [[Madinah]] tetapi juga mengemukakan pandangannya sendiri, baik dia menerima atau menolak pendapat-pendapat orang lain itu sehingga dia selesai menjawab semua empat puluh pertanyaan sulit yang telah aku sediakan untuknya."''
[[Abu Hanifah]] berkata lagi,
:''"Tidakkah telah aku katakan bahwa dalam soal keilmuan, orang yang paling alim dan mengetahui adalah orang yang mengetahui pendapat-pendapat orang lain?"''
Lantaran pengalaman itu, [[Abu Hanifah]] berkata,
:''"Aku tidak pernah melihat seorang ahli fiqih yang paling alim selain Ja'far bin Muhammad."'' <ref>Muwaffaq, Manaqib Abu Hanifah, Jilid I, hlm. 173; Dzahabi, Tadhkiratul Huffadz, Jilid I, hlm. 157</ref>
 
=== Imam Ja'far ash-Shadiq sering berkata ===