Jacques Rancière: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes |
|||
Baris 26:
===Pengajaran universal===
Di bidang pendidikan, pemikiran Rancière dituangkan dalam bukunya yang berjudul Guru yang TIdak Tahu: Lima Pelajaran mengenai Emansipasi Intelektual ("''Le Maître ignorant: Cinq leçons sur l'émancipation intellectuelle''"). Bertolak dari pengalaman Joseph Jacotot, Rancière mengkritik model pendidikan modern yang dianggapnya selalu berakhir pada "pembebalan".<ref name="setyo">{{Cite book|url=http://pendidikanalternatif.org/wp-content/uploads/2016/11/Makalah-Romo-Setyo.pdf|title=Pengajaran Universal Alamiah : Filsafat Pendidikan Jacques Rancière|last=Wibowo|first=A. Setyo|publisher=Majalah Basis No. 11-12|year=2013|isbn=|location=Jakarta|pages=20-28}}</ref> Jacotot merupakan seorang pendidik Perancis di abad ke-19 yang pindah ke [[Belanda]] dan menjadi pengajar [[sastra Perancis]] bagi murid-murid Belanda di sana.<ref name=":0">{{Cite book|title=The Ignorant Schoolmaster: Five Lessons in Intellectual Emancipation|last=Rancière|first=Jacques|publisher=Stanford University Press|year=1991|isbn=0804719691|location=|pages=}}</ref> Hanya saja, Jacotot sama sekali tidak bisa berbahasa Belanda dan sebaliknya, murid-muridnya pun tidak dapat berbahasa Perancis. Karena tidak adanya kemampuan untuk saling berkomunikasi, Jacotot menggunakan cara lain untuk mengajarkan bahasa Perancis. Ketika itu, telah diterbitkan sebuah novel [[Petualangan Telemakhos]] karya [[François Fénelon]] edisi dwi bahasa, Perancis dan Belanda.<ref name=":0" /> Dengan bantuan seorang penerjemah, Jacotot menugaskan murid-muridnya untuk membaca buku tersebut berulang-ulang sehingga mereka mendapat sedikit pemahaman bahasa Perancis. Setelah itu, ia meminta mereka menuliskan pendapat mereka tentang buku tersebut dalam bahasa Perancis. Ketika itu Jacotot tidak berharap banyak kepada murid-muridnya. Namun, ternyata kemampuan mereka melebih ekspektasi Jacotot. Ia pun mengambil kesimpulan bahwa apabila ia dapat mengajarkan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti kepada orang lain maka pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan yang sama untuk memahami sesuatu.<ref name="setyo"
Dengan ini, Rancière pun mengkritik mitos yang selama ini dipegang teguh oleh dunia pendidikan, yaitu bahwa agar dapat memahami suatu pengetahuan maka dibutuhkan penjelasan oleh guru kepada murid. Menurutnya, metode semacam ini malah membuat jurang antara yang dianggap mampu (guru) dan yang dianggap tidak mampu (murid). Sebaliknya, ia mengedepankan kesetaraan yang dimiliki oleh setiap insan manusia dalam hal kepintaran dan kemampuan berpikir. Baginya, kesetaraan bukanlah lagi sebuah tujuan yang harus dicapai melainkan sebuah titik tolak awal yang harus di tanamkan dalam setiap keadaan.<ref name="setyo"
==Publikasi==
|