Tun Sri Lanang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti Kategori:Tokoh dari Aceh
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 1:
{{rapikan}}
== Permata Melayu di Negeri [[Aceh]] ==
Kebesaran [[Kesultanan Malaka|Kesultanan Islam Malaka]] hancur setelah [[Portugis]] menaklukkannya tahun [[1511]]. Banyak pembesar kerajaan yang menyelamatkan diri ke kerajaan lainnya yang belum dijamah oleh [[Portugis]], seperti [[Kesultanan Pahang|Pahang]], [[Kesultanan Johor|Johor]], [[Pidie]], [[Kerajaan Aru|Aru]] (Pulau Kampai), [[Kesultanan Perlak|Perlak]], [[Daya]], [[Pattani]], [[Pasai]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]]. [[Portugis|Portugis-pun]] berusaha menaklukkan kerajaan Islam yang kecil ini dan tanpa perlawanan yang berarti.
 
=== Kesultanan Aceh ===
Perkembangan ini sangat menggundahkan [[Sultan Ali Mughayat Syah]] ([[1514]]-[[1530]]). Sultan berkeinginan untuk membebaskan negeri Islam di [[Sumatera]] dan Semenanjung Tanah Melayu dari cengkeraman [[Portugis]]. Keinginan Sultan ini didukung penuh oleh pembesar negeri Aceh dan dan para pencari suaka dari Melaka yang sekarang menetap di Bandar Aceh. Sultan memproklamirkan [[Kesultanan Aceh|Kerajaan Islam Aceh Darussalam]] pada tahun [[1521]], dengan visi utamanya menyatukan negeri kecil seperti Pedir, Daya, Pasai, Tamiang, Perlak dan Aru.
 
Baris 10:
Dasar pembangunan kerajaan Islam Aceh Darussalam yang digagaskan oleh Sultan Alaidin Ali Mughayatsyah dilanjutkan oleh penggantinya seperti Sultan Alaidin Riayatsyah Alqahhar, Alaidin Mansyursyah, Saidil Mukammil dan Iskandar Muda. Aliansi dengan negara-negara Islam di bentuk, baik yang ada di nusantara maupun di dunia internasional lainnya, misalnya [[Kesultanan Utsmaniyah|Turki]], India, Persia, Maroko. Pada zaman inilah Aceh mampu menempatkan diri dalam kelompok "lima besar Islam" Negara-Negara Islam di dunia. Hubungan diplomatik dengan negeri non-muslimpun dibina sepanjang tidak mengganggu dan tidak bertentangan dengan asas-asas kerajaan.<ref>baca A. Hasymi, '''''Kebudayaan Aceh dalam Sejarah''''', hlm 104,105,114,297</ref>
 
Perseteruan kerajaan Aceh dengan Portugis terus berlangsung sampai tahun [[1641]]. Akibatnya banyak anak negeri yang syahid baik itu di Aceh sendiri, Aru, Bintan, Kedah, Johor, Pahang dan Trenggano. Populasi penduduk Aceh menurun drastis. [[Sultan Iskandar Muda]] mengambil kebijakan baru dengan menggalakkan penduduk di daerah takluknya untuk berimigrasi ke Aceh inti, misalnya dari Sumatera Barat, Kedah, Pahang, Johor dan Melaka, Perak, Deli.<br />
W. Linehan, mengatakan "''the whole territory of Acheh was almost depopulated by war. The king endeavoured to repeople the country by his conquests. Having ravaged the kingdoms of Johore, Pahang, Kedah, Perak and Deli, he transported the inhabitants from those place to Acheh to the number of twenty-two thousand person''".<ref>W.LINEHAN, A History of Pahang, hlm 36</ref> Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan [[Sultan Iskandar Muda]] ([[1607]]-[[1636]]).
 
Baris 21:
# Tun Sri Lanang ini bisa dijadikan perekat hubungan antara Aceh dengan Malaysia.
 
=== Peristiwa Laut ===
Pemerintahan Kerajaan Islam Aceh Darussalam menerapkan pendekatan lunak maupun tegas untuk menjaga keutuhan wilayahnya, dari ancaman disintegrasi bangsa baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Strategi lunak yaitu "''politik meubisan''" dan "''rotasi pimpinan daerah taklukan Aceh''". Kalau jalan ini tidak berhasil Sultan akan mengerahkan angkatan perangnya menundukkan daerah taklukannya yang melawan terhadap kebijakan pusat.
 
Baris 46:
Keturunan Tun Sri Lanang di Aceh Tun Rembau yang lebih dikenal dengan panggilan T. Tjik Di Blang Panglima Perkasa menurunkan keluarga Ampon Chik Samalanga sampai saat ini dan tetap memakai gelar Bendahara diakhir namanya seperti Mayjen T. Hamzah Bendahara. Sedangkan sebagian keturunannya kembali ke Johor dan menjadi bendahara (Perdana Menteri) disana seperti Tun Abdul Majid yang menjadi Bendahara Johor, Pahang Riau, Lingga (1688-1697). Keturunan Tun Abdul Majid inilah menjadi zuriat Sultan Trenggano, Pahang, Johor dan Negeri Selangor Darul Ihsan hingga sekarang ini.
 
== Berpisah haluan ==
Institusi bendahara dalam Kesultanan Melaka, Johor, pahang, Riau dan Lingga mungkin hampir sama dengan institusi Polem di Aceh. Dimana kalau Panglima Polem berperan sebagai peuduk peudeung raja, institusi bendaharapun berperan sebagai lembaga fit and proper test, penjaga adat Raja Melayu. Institusi bendahara ini dibantu oleh Temenggong, Laksamana, Penghulu Bendahari dan Orang-Orang Kaya.
 
Baris 119:
:Warisan Melaka, kita sambungkan. Dst.
 
== Penghargaan ==
Tun Sri Lanang dan Keluarganya diberi penghargaan khusus di Aceh. Disamping di angkat menjadi Raja di Samalanga dan Daerah Takluknya keluarganyapun di beri gelar kebesaran dan jabatan oleh Sultan. Seperti gelar Seri Paduka Tuan di Acheh (Daniel Crecelius & E.A. Beardow, A Reputed Achehnese Sarakata of The Jamalullail Dynasty, JMBRAS, vol 52, 1979 hlm 52), Puteranya Tun Rembau menjadi Panglima Aceh (Tun Sri Lanang, Sejarah Melayu (suntingan Shellabear) 1986 hlm 156). Cucunya (nama lupa) anak dari Tun Jenal (Zainal) dikawinkan dengan Sayyid Zainal Abidin dimana nenek Zainal Abidin ini adalah adik kakek sebelah lelaki sultan Iskandar Muda ((baca Suzana Hj Othman, Institusi Bendahara Permata Melayu yang Hilang, penerbit Persatuan Sejarah Malaysia, Johor, hlm 181-183) Perkawinan ini merapatkan hubungan Raja Raja Negeri Melayu dengan Nanggroe Aceh Darussalam (lihat lampiran).
 
 
== Pujangga Melayu ==
Tun Sri Lanang disamping ahli pemerintahan juga dikenal sebagai pujangga melayu. Karyanya yang menumental adalah kitab Sulalatus Salatin. Menurut Winstedt, kitab ini dikarang mulai bulan Februari 1614 dan siapnya Januari 1615 sewaktu menjadi tawanan di kawasan Pasai.<ref>The history of Johor, hlm 345</ref>
 
Baris 135:
Pendapat ini lebih menyakinkan penulis apalagi Hj Buyong Adil, dalam bukunya Sejarah Johor menyatakan Tun Sri Lanang selalu berguru pada ulama ulama terkenal di Aceh, seperti Nurdin Arraniri, Tun Acheh, Tun Burhat, Hamzah Fansuri, Syeikh Syamsuddin Assumatrani. Dalam hal ini Syech Nurdin Arraniri tentu kenal baik dengan Tun Sri lanang. Wallahu a'lam.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Lanang, Tun Sri}}