Islam Nusantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kritik: pedoman BBC, dua terakhir tidak disebut sama sekali
Sejarah: ejaan
Baris 9:
[[Penyebaran Islam di Indonesia]] adalah proses yang perlahan, bertahap, dan berlangsung secara damai. Satu teori menyebutkan bahwa Islam datang secara langsung dari jazirah Arab sebelum abad ke-9 M, sementara pihak lain menyebutkan peranan kaum pedagang dan ulama [[Sufi]] yang membawa Islam ke Nusantara pada kurun abad ke-12 atau ke-13, baik melalui [[Gujarat]] di [[India]] atau langsung dari [[Timur Tengah]].<ref>{{cite book|title=Islam in Indonesia: Contrasting Images and Interpretations|page=109|author= Nina Nurmila| editor=Jajat Burhanudin, Kees van Dijk|publisher=Amsterdam University Press|url=https://books.google.com/books?id=Ma38W_8unrUC&pg=PA109}}</ref> Pada abad ke-16, Islam menggantikan agama Hindu dan Buddha sebagai agama mayoritas di Nusantara. Islam tradisional yang pertama kali berkembang di Indonesia adalah cabang dari [[Sunni]] Ahlus Sunnah wal Jamaah,yang diajarkan oleh kaum ulama, para [[kyai]] di [[pesantren]]. Model penyebaran Islam seperti ini terutama ditemukan di Jawa. Beberapa aspek dari Islam tradisional telah memasukkan berbagai budaya dan adat istiadat setempat.
 
Praktik Islam awal di Nusantara sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran [[Sufisme]] dan aliran spiritual Jawa yang telah ada sebelumnya. Beberapa tradisi, seperti menghormati otoritas kyai, menghormati tokoh-tokoh Islam seperti [[Wali Songo]], juga ikut ambil bagian dalam tadisi Islam seperti [[Ziarah|ziarah kubur]], [[tahlilan]], dan memperingati [[Maulid|maulid nabi]], termasuk perayaan [[sekaten]], secara taat dijalankan oleh Muslim tradisional Indonesia. Akan tetapi, setelah datangnya Islam aliran [[Salafi|Salafi modernis]] yang disusul datangnya ajaran [[Wahhabi]] dari Arab, golongan Islam puritan skripturalis ini menolak semua bentuk tradisi itu dan mencelanya sebagai perbuatan [[syirik]] atau [[bid'ah|bidah]], direndahkan sebagai bentuk sinkretisme yang merusak kesucian Islam. Kondisi ini telah menimbulkan ketegangan beragama, kebersamaan yang kurang mengenakkan, dan persaingan spiritual antara Nahdlatul Ulama yang tradisional dan [[Muhammadiyah]] yang modernis dan puritan.
[[Berkas:Grave of Maulana Hasanuddin, Indonesia Tanah Airku, p88.jpg|thumb|upright|left|Ziarah kubur, mengunjungi makam tokoh Muslim terkemuka.]]
Sementara warga Indonesia secara seksama memperhatikan kehancuran Timur Tengah yang tercabik-cabik konflik dan perang berkepanjangan; mulai dari [[Konflik Israel–Palestina]], [[Kebangkitan dunia Arab]], perang di Irak dan [[perang Suriah|Suriah]], disadari bahwa ada aspek keagamaan dalam konflik ini, yaitu munculnya masalah [[Islam radikal]]. Indonesia juga menderita akibat [[Terorisme di Indonesia|serangan teroris]] yang dilancarkan oleh keolmpok [[jihadi]] seperti [[Jamaah Islamiyah]] yang [[Bom Bali|menyerang Bali]]. Doktrin ultra konservatif [[Salafi]] dan [[Wahhabi]] yang disponsori pemerintah [[Arab Saudi]] selama ini telah mendominasi diskursus global mengenai Islam. Kekhawatiran semaking diperparah dengan munculnya [[Negara Islam Irak dan Syam|ISIS]] pada 2013 yang melakukan tindakan kejahatan perang nan keji atas nama Islam. Di dalam negeri, beberapa organisasi berhaluan [[Islamis]]seperti [[Hizbut Tahrir Indonesia]] (HTI), [[Front Pembela Islam]] (FPI) juga partai Islamis Partai Keadilan Sejahtera]] (PKS) telah secara aktif bergerak dalam dunia politik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini menggerogoti pengaruh institusi Islam tradisional khususnya Nahdlatul Ulama. Elemen Islamis dalam politik Indonesia ini kerap dicurigai dapat melemahkan [[Pancasila]].