Paku Alam IV: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
Naval Scene (bicara | kontrib) +wkf |
||
Baris 4:
Pada [[1 Desember]] [[1864]] RM Nataningrat ditahtakan sebagai '''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat''' menggantikan almahrum pamannya. Masa pemerintahannya ditandai dengan kemunduran [[Kadipaten Pakualaman]]. Banyak dari kebijakan Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] menimbulkan ketidakpuasan. Selain itu ia tidak begitu mahir dalam hal kesusastraan dan kebudayaan. Di keluarga besar Paku Alam pun terjadi beberapa perubahan yang cenderung kurang baik akibat sering bergaul dengan orang-orang [[Belanda]]. Kemewahan dan foya-foya menjadi penyebab kehancuran beberapa anggota keluarga Paku Alam.
Namun disamping itu, dengan perjanjian politik 1870, [[Kadipaten Pakualaman]] diperkenankan memiliki setengah batalyon infantri dan satu kompi kavaleri. [[Legiun Pakualaman|Legiun]] ini lebih besar dari angkatan perang yang diperbolehkan pada masa para pendahulunya. Perlu ditambahkan pula, KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] mengirim seorang pegawai laki-lakinya untuk menuntut ilmu di Kweekschool Surakarta dan seorang pegawai perempuannya untuk menuntut ilmu kebidanan di Jakarta. Agaknya inilah yang akan mendorong para Paku Alam selanjutnya untuk menyekolahkan anggota keluarga besar Paku Alam ke sekolah [[Belanda]].
KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] menikah pertama kali dengan Putri Bupati [[Banyumas]] yang kemudian diceraikan karena sakit. Perkawinan yang kedua dengan GK Ratu Ayu putri [[Hamengkubuwono VI]]. Namun lagi-lagi seperti perkawinan yang pertama ia tidak memperoleh anak. GK Ratu Ayu selanjutnya juga diceraikan. Perlu dicatat GK Ratu Ayu kemudian menikah dengan Bupati [[Demak]] dan melahirkan Bupati [[Jepara]], ayah RA [[Kartini]]. KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] hanya memiliki 2 putra-putri yang berasal dari selir. Pada [[24 September]] [[1878]] ia mangkat dan dimakamkan di [[Kota Gede Yogyakarta]].
|