Kompleks Candi Dieng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Pierrewee (bicara | kontrib)
Baris 10:
 
Setelah mempelajari gaya arsitektur candi Jawa, arkeolog mengelompokkan candi-candi Dieng dalam gaya Jawa Tengah Utara, bersama dengan candi-candi [[Gedong Songo]], dan sampai batas tertentu juga mencakup Candi Badut Jawa Timur, dan Candi [[Candi Cangkuang|Cangkuang]] dan Bojongmenje Jawa Barat, dan mengemukakan bahwa semua candi ini dibangun dalam periode yang sama, berkisar antara abad ke-7 sampai abad ke-8. Sebuah prasasti yang ditemukan di dekat Candi Arjuna di Dieng bertarikh sekitar tahun 808-809 M, yang merupakan contoh aksara Jawa kuno tertua yang masih bertahan, yang mengungkapkan bahwa candi Dieng terus dihuni dari pertengahan abad ke-7 sampai awal abad ke-9.<ref>{{cite book | author= Drs. R. Soekmono,| title= ''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. | publisher = Penerbit Kanisius | date= 1973, 5th reprint edition in 1988 | location =Yogyakarta| page =87 }}</ref>
 
Candi Dieng ditemukan kembali pada 1814 oleh seorang tentara Britania yang berkunjung yang melihat reruntuhan candi berada di tengah danau. Saat itu dataran sekitar kelompok Arjuna kebanjiran dan membentuk danau kecil. Pada 1856, [[Isidore van Kinsbergen]] memimpin upaya mengeringkan danau untuk mengungkap candi-candi tersebut. Pemerintah [[Hindia Belanda]] melanjutkan proyek rekonstruksi pada 1864, dilanjutkan dengan studi lebih lanjut dan foto-foto yang diambil oleh [[Isidore van Kinsbergen|Van Kinsbergen]]. Candi-candi tersebut saat ini diyakini telah dinamai sesuai dengan para pahlawan dari epos Hindu [[Mahabharata]].<ref>Wright, A., & Smith, C. (2013). Volcanoes of Indonesia: Creators and Destroyers. Editions Didier Millet.</ref>
 
== Referensi ==