Alfred Emile Rambaldo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda, +Hindia Belanda)
Baris 2:
 
== Biografi ==
Alfred adalah [[putera]] seorang [[residen]] di Rembang, belakangan [[Kota Pasuruan|Pasuruan]]. Saat berumur 4 [[tahun]], Alfred pindah ke Belanda bersama [[orang tua]]nya, dan [[ayah]]nya meninggal di sana. Alfred Rambaldo belajar di Instituut van J.D.N. de Graaff, [[Den Haag]] dan melanjutkan ke Instituut voor de Marine di [[Willemsoord]], [[Den Helder]]. Pada tanggal [[21 September]] [[1901]], ia menjadi [[taruna]] kelas I dan kembali pergi ke [[Hindia- Belanda]] (kini [[Indonesia]]). Pada tahun [[1903]], ia dipromosikan menjadi ''[[luitenant-ter-zee]]'' kelas II dan pada tahun [[1905]] ia kembali lagi ke Belanda. Ia kemudian dimasukkan ke [[Korps Angkatan Laut Belanda|Korps AL]] di Amsterdam, dan di situ ia berhubungan kembali dengan [[dosen]]nya [[Samuel Pierre l'Honoré Naber]]. Dari L'Honoré Naber-lah, Rambaldo mulai tertarik ke bidang astronomi, meteorologi dan terutama penerbangan, yang saat itu mulai bergaung.
 
Pada tahun [[1907]], muncul 4 artikel yang membahas pentingnya [[pesawat]] dan [[balon udara]] bagi [[tentara]] dan [[angkatan laut]]. [[Wright Bersaudara]] telah menerbangkan ''[[Wright Flyer|Flyer]]'' untuk pertama kalinya ke [[angkasa]], sehingga Rambaldo berpikir pesawat itu bisa digunakan.
Baris 10:
Rambaldo berusaha keras untuk tujuan ini dan pada tanggal [[4 April]] [[1908]], ia mengetahui [[Kurt Wegener]] akan meluncurkan balon udara dari [[Den Haag]]. Sehingga, ia mencurahkan diri pada studi aerologi untuk perhimpunan tersebut di Observatorium Meteorologi Lindenberg milik [[Richard Assmann]], yang pernah dittemuinya di [[Bruxelles]]. Ia juga mengunjungi pabrik kapal udara milik [[Ferdinand von Zeppelin]] di [[Friedrichshafen]], [[Jerman]].
 
Ia kembali ke Belanda pada bulan [[Agustus]] [[1908]], lalu dengan menaiki ''[[Hr. Ms. De Ruyter (1901)|Hr.Ms. De Ruyter]]'', ia bertolak ke [[Hindia-Barat]] untuk melakukan penelitian mengenai lapisan udara di ketinggian. Ia juga melakukan penelitian tersebut dalam perjalanan berikutnya ke Hindia- Belanda. Suatu kali ia dipekerjakan oleh [[Koninklijk Magnetisch en Meteorologisch Observatorium]], bagian AL, di [[Batavia]] (kini [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]). Di sana, ia melanjutkan penelitian lapisan udara, dan juga kendaraan balon lalu mendirikan [[Nederlandsch-Indische Vereeniging voor Luchtvaart]]. Pada tanggal [[26 Februari]] [[1910]], bersama-sama dengan tokoh-tokoh lainnya, ia merancang kendaraan balon pertama di Hindia- Belanda. Lalu, ia menaiki balon tersebut di [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Di sana, ia menyaksikan [[Gijs Küller]] membuat kendaraan terbang bermotor pertama di Hindia- Belanda, yang pembuatannya tidak mudah karena bobotnya.
 
Pada bulan [[Juli]] [[1911]], Rambaldo akan kembali ke Belanda, namun karena tidak ada tempat, ia baru bisa kembali sebulan kemudian. Di saat terbang dari Surabaya ke [[Kota Semarang|Semarang]], balon terbangnya harus mendarat darurat di Desa Nglebur. Pesawatnya mendarat di atas [[pohon]], dan Rambaldo sendiri tewas seketika setelah jatuh dari ketinggian 10 [[meter]].
 
Ia dimakamkan di Pemakaman Kristen Kembang Kuning, Surabaya. Atas jasa-jasanya, sebuah [[patung]] didirikan untuk mengenangnya di Kroesen Park (kini [[Taman Apsari]]), Surabaya. Patung tersebut lama berada di Hindia- Belanda, lalu dipindahkan ke [[Lapangan Udara De Kooy]], [[Den Helder]], Belanda. Sekarang, patung tersebut bisa dilihat di [[Pangkalan Udara Valkenburg]], [[Katwijk]] <ref>Luchtvaartkennis nr.2 2006</ref>. Kini, di Taman Apsari, patung Gubernur Soerjo didirikan di bekas tempat patung Rambaldo pernah berdiri.
 
== Catatan ==