Yesus berjalan di atas air: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Penyelarasan tata bahasa sesuai PUEBI, khususnya kata depan, juga yang lainnya.
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 89:
Para sarjana seperti [[Ulrich Luz]] dan secara terpisah [[Dale Allison]] memandang nas ini berperan penting dalam menyatakan keilahian Yesus di antara orang Kristen mula-mula.<ref name="Bruner">''Matthew: The Churchbook, Matthew 13-28'' by Frederick Dale Bruner 2004 ISBN 0-8028-2670-9 page</ref> Alan Robinson melihat nas ini penting dalam pembentukan iman gereja mula-mula di mana murid-murid melihat Yesus sebagai [[Anak Allah]].<ref>''The Apostles' Creed: God's special revelation'' by Alan Robinson 2005 ISBN 1-898595-46-1 pages 35-36</ref> Dale Allison berpendapat bahwa penggambaran dalam Injil Matius menekankan bahwa Allah Bapa bersedia membagi kuasa ilahi dengan Allah Putra dan dampak nas ini terhadao pengakuan keilahian Yesus dalam rumusan pengakuan iman di kemudian hari tidak dapat disangkal.<ref name="Allison">''Matthew: A Shorter Commentary (International Critical Commentary) by Dale C. Allison and W.D. Davies 2005 ISBN 0-567-08249-0 page 244''</ref>
 
Saat Petrus menyongsog Sang Guru ia merasakan Kasih Anugrah yang hadir. Petrus didorong oleh kehendak Kasih untuk menyongsong hadirnya sang Kasih. Petrus tidak memikirkan apa pun, tidak ada keraguan, yang ada hanya bahagia melihat guru terkasihnya datang. Akan tetapi saat di atas air, Petrus berpikir lain. Kemungkinan ia berpikir saat ini situasinya berbeda daripada kejadian sebelumya saat Sang Guru ada dalam satu perahu meredakan badai. Saat berpikir semacam ini, Petrus menggunakan pikirannya sendiri, bukan iman dan pengalaman iman yaitu merasakan hadirat Ilahi, yaitu hadirnya Guru Terkasih. Dalam filsafat dan spiritualitas timur, kemelekatan pikiran adalah pangkal tercebur ke dalam penderitaan.
 
Setelah terceburnya Petrus, Yesus tetap menolongnya. Hal ini menggambarkan bahwa, dalam kondisi sulit dan tidak beriman hingga tercebur ke dalam penderitaan dan kesulitan pun, Allah dengan Kasihnya yang adalah Diri-Nya sendiri (dalam hal ini Yesus adalah representasi Kasih itu) tetap menolong murid-murid-Nya, anak-anak-Nya.