Sarawak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 182.253.50.51 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Rachmat-bot
Rezaadara (bicara | kontrib)
Baris 89:
}}
 
'''Sarawak''' ({{IPAc-en|s|ə|ˈ|r|ɑː|w|ɒ|k}}; {{IPA-may|saˈrawaʔ|lang}})<!--, yang berjuluk ''Bumi Kenyalang'' ("Tanah [[Rangkong]]"),--> adalah salah satu negara bagian [[Malaysia]]. TeritorialNegara bagian tersebut memiliki tingkat otonomi dalam pemerintahan, imigrasi, dan yudisier yang berbeda dari negara-negara bagian di semenanjung Malaysia. Sarawak terletak di barat laut Borneo, dan berbatasan dengan Sabah di timur laut, [[Kalimantan (Indonesia)|Kalimantan]], bagian Indonesia dari Borneo, di bagian selatan, dan berpapasan dengan [[Brunei]]. Ibukotanya, [[Kuching]], adalah pusat ekonomi negara bagian tersebut dan kursi dari pemerintahan negara bagian Sarawak. Kota lainnya di Sarawak meliputi [[Miri]], [[Sibu]], dan [[Bintulu]]. Menurut sensus 2015 di Malaysia, populasi di negara bagian tersebut sejumlah 2,636,000 orang. Sarawak memiliki [[iklim khatulistiwa]] dengan [[hutan hujan]] tropis dan spesies hewan dan tumbuhan yang beragam. Negara bagian tersebut memiliki beberapa sistem [[gua]] penting di [[Taman Nasional Gunung Mulu]]. [[Sungai Rajang]] adalah sungai terpanjang di Malaysia; [[Bendungan Bakun]], salah satu bendungan terbesar di [[Asia Tenggara]], terletak di salah satu anak sungainya. [[Gunung Murud]] adalah titik tertinggi di Sarawak.
 
Pemukiman manusia terawal di Sarawak bermula dari 40,000 tahun yang lalu di [[Taman Nasional Niah|Gua-Gua Niah]]. Negara bagian tersebut telah memiliki hubungan dagang dengan Tiongkok pada abad ke-8 sampai ke-13 Masehi. Wilayah tersebut berada di bawah pengaruh [[Kekaisaran Brunei]] pada abad ke-16. Negara bagian tersebut [[Kerajaan Sarawak|diperintah oleh keluarga Brooke]] pada abad ke-19 dan ke-20. Pada [[Perang Dunia II]], negara bagian tersebut [[Pendudukan Jepang di Borneo Britania|diduduki oleh Jepang]] selama tiga tahun sebelum dijadikan sebagai [[Koloni Mahkota Sarawak|Koloni Mahkota Britania]] pada 1946. Pada 22 Juli 1963, Sarawak meraih pemerintahan sendiri oleh Inggris. Setelah itu, Sarawak menjadi salah satu anggota pendiri [[Federasi]] Malaysia (didirikan pada 16 September 1963) bersama dengan [[Borneo Utara]] (sekarang Sabah), [[Singapura]] (keluar pada 1965), dan [[Federasi Malaya]] ([[Semenanjung Malaysia]] atau Malaysia Barat). Namun, federasi tersebut ditentang oleh Indonesia, dan berujung pada [[konfrontasi Indonesia–Malaysia]] selama tiga tahun. Negara bagian tersebut juga mengalami [[Pemberontakan Komunis Sarawak|pemerontakan komunis]] dari 1960 sampai 1990.
 
Negara bagian tersebut dikenal karena keragamankeberagaman suku bangsa, budaya, dan bahasa. Kepala negara bagiannya adalah Gubernur, yang sekarang dikenal sebagai [[Yang di-Pertua Negeri Sarawak|Yang di-Pertua Negeri]], sementara kepala pemerintahannya adalah [[Ketua Menteri Sarawak|Ketua Menteri]]. Sistem pemerintahannya mengikuti [[sistem Westminster|sistem parlementer Westminster]] dan memiliki sistem legislatur terawal di Malaysia. Negara bagian tersebut terbagi dalam distrik dan divisi administratif. Inggris dan Melayu adalah dua bahasa resmi di negara bagian tersebut; tidak ada agama resmi disana. [[Museum Negara Bagian Sarawak]] adalah museum tertua di Borneo. Negara bagian tersebut dikenal karena alat musik tradisional-nya, [[sapeh]]. [[Festival Musik Hutan Hujan Sedunia]] adalah salah satu acara musik utama di Malaysia. Sarawak adalah satu-satunya negara bagian di Malaysia yang merayakan perayaan [[Gawai Dayak]].
 
Sarawak memiliki keragaman sumber daya alam, dan ekonominya sangat berorientasi ekspor, terutama minyak dan gas, [[kayu]], dan [[minyak sawit]]. Industri lainnya meliputi pabrik, energi dan pariwisata.
Baris 99:
== Etimologi ==
[[Berkas:Buceros rhinoceros -Kuala Lumpur Bird Park, Malaysia-8a (1).jpg|jmpl|[[Rangkong badak]] adalah [[Lambang negara bagian Malaysia|burung negara bagian]] Sarawak]]
Penjelasan resmi dari kata "Sarawak" adalah bahwa kata tersebut berasal dari kata [[Melayu Sarawak]] ''serawak'', yang artinya [[antimon]]. Penjelasan populer lainnyalain namuntetapi tak resmi adalah bahwa kata tersebutSerawak berasal dari sebuah akronim dari empat kata Melayu yang dikeluarkan oleh Pangeran Muda Hashim (paman Sultan Brunei), ''Saya serah pada awak'' (Aku menyerahkannya kepadamu) saat ia memberikan Sarawak kepada [[James Brooke]] pada 1841.<ref>{{cite web|url=http://sejarahmalaysia.pnm.my/portalBI/list.php?ttl_id=35|title=Origin of Place Names – Sarawak|publisher=[[Perpustakaan Nasional Malaysia]]|year=2000|accessdate=3 June 2010|archiveurl=https://web.archive.org/web/20080209105740/http://sejarahmalaysia.pnm.my/portalBI/list.php?ttl_id=35&section=sm03 |archivedate=9 February 2008|deadurl=yes}}</ref> Namun, penjelasan semacam itu memiliki beberapa keraguan karena wilayah tersebut telah dinamai Sarawak sebelum kedatangan Brooke, dan kata ''awak'' tak pernah ada dalam pengucapan Melayu Sarawak sebelum pembentukan Malaysia.<ref>{{cite news|last1=Kris|first1=Jitab|title=Wrong info on how Sarawak got its name|url=https://news.google.com/newspapers?nid=1295&dat=19910223&id=xJVUAAAAIBAJ&sjid=_o8DAAAAIBAJ&pg=6766,1316351&hl=en|accessdate=14 November 2015|publisher=New Sunday Times|date=23 February 1991}}</ref>
 
Sarawak juga berjuluk "Tanah Rangkong" (Bumi Kenyalang) karena rangkong merupakan sebuah salah satu simbol kebudayaan penting untuk suku Dayak di Sarawak. DiyakiniSelain jikaitu, rangkongada terlihatsebuah terbangkeyakinan dilokal atasjika pemukiman, makarangkong akan mendatangkan keberuntungan untukjika masyarakatterlihat lokalterbang di atas pemukiman. Sarawak juga memiliki 8 dari 56 spesies rangkong di dunia. [[Rangkong badak]] adalah burung negara bagian Sarawak.<ref>{{cite news|title=The magnificent hornbills of Sarawak|url=http://www.theborneopost.com/2015/07/12/the-magnificent-hornbills-of-sarawak/|accessdate=16 November 2015|publisher=The Borneo Post|date=12 July 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150806050124/http://www.theborneopost.com/2015/07/12/the-magnificent-hornbills-of-sarawak/|archivedate=6 August 2015}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 118:
[[Berkas:The barque of Rajah of Sarawak.jpg|jmpl|ka|Sebuah [[barque]] bernama Rajah Sarawak, dalam menghormati James Brooke, beroperasi antara [[Swansea]] di Inggris, [[Australia (benua)|Australia]], dan [[Hindia Timur]] dari akhir 1840an.]]
 
Para pemukim awal diketahui tinggal di sekitaran mulut barat [[Gua-Gua Niah]] (berjarak {{convert|110|km|mi}} dari barat daya [[Miri]]) pada 40,000 tahun yang lalu.<ref name=Sarawakforestry>{{cite web|title=Niah National Park – Early Human settlements|url=http://www.sarawakforestry.com/htm/snp-np-niah.html|publisher=Sarawak Forestry|accessdate=23 March 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150218010128/http://www.sarawakforestry.com/htm/snp-np-niah.html|archivedate=18 February 2015}}</ref><ref name=worldarcheology>{{cite book|last1=Faulkner|first1=Neil|title=Niah Cave, Sarawak, Borneo|date=7 November 2003|publisher=[[Current World Archaeology]] Issue 2|url=http://www.world-archaeology.com/features/niah-cave-sarawak-borneo.htm|accessdate=23 March 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150323011312/http://www.world-archaeology.com/features/niah-cave-sarawak-borneo.htm|archivedate=23 March 2015}}</ref> Sebuah tengkorak manusia modern yang ditemukan di dekat Gua-Gua Niah, merupakan jenazah manusia tertua yang ditemukan di Malaysia dan tengkorak manusia modern tertua dari Asia Tenggara.<ref name=Sarawakforestry/><ref name=worldarcheology/><ref>{{cite web|title=History of the Great Cave of Niah|url=http://www.abc.net.au/science/slab/niahcave/history.htm|publisher=[[Australian Broadcasting Corporation]]|accessdate=23 March 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20141122214440/http://www.abc.net.au/science/slab/niahcave/history.htm|archivedate=22 November 2014}}</ref><ref>{{cite web|title=Niah Cave|url=http://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/fossils/niah-cave|website=humanorigins.si.edu|publisher=Smithsonian National Museum of Natural History|accessdate=23 March 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20131122105146/http://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/fossils/niah-cave|archivedate=22 November 2013}}</ref> Keramik-keramik Tionghoa yang berasal dari zaman dinasti [[dinasti Tang|Tang]] dan [[dinasti Song|Song]] (abad ke-8 sampai ke-13 Masehi) ditemukan di Santubong (dekat [[Kuching]]) menandakan bahwa Santubong telah menjadi sebuah pelabuhan penting pada masa tersebut.<ref>{{cite book|last1=Zheng|first1=Dekun|title=Studies in Chinese Archeology|date=1 January 1982|publisher=[[The Chinese University Press]]|isbn=978-962-201-261-5|pages=49, 50|url=https://books.google.com/books?id=fLL5BQj9Xf0C&pg=PA49|accessdate=29 December 2015|quote=In case of Santubong, its association with T'ang and Sung porcelain would necessary provide a date of about 8th – 13th century A.D.}}</ref>
 
Pada abad ke-16, wilayah Kuching dikenal oleh para [[kartografi|kartografer]] Portugis sebagai ''Cerava'', salah satu dari lima pelabuhan besar di pulau Borneo.<ref>{{cite book|last1=Donald F|first1=Lach|title=Asia in the Making of Europe, Volume I: The Century of Discovery, Book 1|date=15 July 2008|publisher=[[University of Chicago Press]]|isbn=978-0-226-46708-5|page=581|url=https://books.google.com/books?id=xD52ge5a8vYC&pg=PA581|accessdate=21 March 2016|quote=...&nbsp;but Castanheda lists five great seaports that he says were known to the Portuguese. In his transcriptions they are called "Moduro" (Marudu?), "Cerava" (Sarawak?), "Laue" (Lawai), "Tanjapura" (Tanjungpura), and "Borneo" (Brunei) from which the island derives its name.}}</ref><ref>{{cite journal|last1=Broek|first1=Jan O.M.|title=Place Names in 16th and 17th Century Borneo|journal=[[Imago Mundi]]|date=1962|volume=16|issue=1|page=134|doi=10.1080/03085696208592208|jstor=1150309|quote=Carena (for Carena), deep in the bight, refers to Sarawak, the Kuching area, where there is clear archaeological evidence of an ancient trade center just inland from Santubong.}}</ref> Pada awal abad ke-19, Sarawak kurang diperintah oleh Kekaisaran Brunei. Kekaisaran Brunei hanya memiliki otoritas di sepanjang kawasan pesisir Sarawak yang dipegang oleh para pemimpin [[etnis Melayu|Melayu]] semi-independen. Sementara itu, wilayah dalam Sarawak utamanya didominasi suku-suku yang terdiri dari [[suku Iban]], [[suku Kayan|Kayan]] dan [[suku Kenyah|Kenyah]], yang agresif dalam ekspansi teritorial mereka.<ref name=Fairlandsarawak>{{cite book|last1=Alastair|first1=Morrison|title=Fair Land Sarawak: Some Recollections of an Expatriate Official|date=1 January 1993|publisher=[[Cornell Southeast Asia Program|SEAP Publications]]|isbn=978-0-87727-712-5|url=https://books.google.com/books?id=U80cU8Fx1kAC&pg=PA10|page=10|accessdate=29 October 2015}}</ref> Setelah penemuan tambang entimon di kawasan Kuching, Pangeran Indera Mahkota (perwakilan Sultan Brunei) mulai mengembangkan wilayah tersebut antara 1824 dan 1830. Saat produksi antimon meningkat, Kesultanan Brunei meraih pajak tinggi dari Sarawak; hal ini berujung kepada ketegangan dan pertikaian saudara.<ref>{{cite book|last1=Trudy|first1=Ring|last2=Noelle|first2=Watson|last3=Paul|first3=Schellinger|title=Asia and Oceania: International Dictionary of Historic Places|date=12 November 2012|publisher=[[Cornell Southeast Asia Program|SEAP Publications]]|isbn=978-0-87727-712-5|page=497|url=https://books.google.com/books?id=voerPYsAB5wC&pg=PA497|accessdate=29 October 2015}}</ref> Pada 1839, Sultan [[Omar Ali Saifuddin II]] (1827–1852), memerintahkan pamannya Pangeran Muda Hashim untuk mengembalikan keadaan. Pangeran Muda Hashim meminta bantuan pelaut Inggris [[James Brooke]] dalam hal materi, yang Brooke sepakati. James Brooke berhasil meredam pemberontakan tersebut dan kemudian ditunjuk oleh Pangeran Muda Hashim untuk memerintah Sarawak.