Sarawak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 182.253.50.51 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Rachmat-bot |
|||
Baris 89:
}}
'''Sarawak''' ({{IPAc-en|s|ə|ˈ|r|ɑː|w|ɒ|k}}; {{IPA-may|saˈrawaʔ|lang}})<!--, yang berjuluk ''Bumi Kenyalang'' ("Tanah [[Rangkong]]"),--> adalah salah satu negara bagian [[Malaysia]].
Pemukiman manusia terawal di Sarawak bermula dari 40,000 tahun yang lalu di [[Taman Nasional Niah|Gua-Gua Niah]]. Negara bagian tersebut telah memiliki hubungan dagang dengan Tiongkok pada abad ke-8 sampai ke-13 Masehi. Wilayah tersebut berada di bawah pengaruh [[Kekaisaran Brunei]] pada abad ke-16. Negara bagian tersebut [[Kerajaan Sarawak|diperintah oleh keluarga Brooke]] pada abad ke-19 dan ke-20. Pada [[Perang Dunia II]], negara bagian tersebut [[Pendudukan Jepang di Borneo Britania|diduduki oleh Jepang]] selama tiga tahun sebelum dijadikan sebagai [[Koloni Mahkota Sarawak|Koloni Mahkota Britania]] pada 1946. Pada 22 Juli 1963, Sarawak meraih pemerintahan sendiri oleh Inggris. Setelah itu, Sarawak menjadi salah satu anggota pendiri [[Federasi]] Malaysia (didirikan pada 16 September 1963) bersama dengan [[Borneo Utara]] (sekarang Sabah), [[Singapura]] (keluar pada 1965), dan [[Federasi Malaya]] ([[Semenanjung Malaysia]] atau Malaysia Barat). Namun, federasi tersebut ditentang oleh Indonesia, dan berujung pada [[konfrontasi Indonesia–Malaysia]] selama tiga tahun. Negara bagian tersebut juga mengalami [[Pemberontakan Komunis Sarawak|pemerontakan komunis]] dari 1960 sampai 1990.
Negara bagian tersebut dikenal karena
Sarawak memiliki keragaman sumber daya alam, dan ekonominya sangat berorientasi ekspor, terutama minyak dan gas, [[kayu]], dan [[minyak sawit]]. Industri lainnya meliputi pabrik, energi dan pariwisata.
Baris 99:
== Etimologi ==
[[Berkas:Buceros rhinoceros -Kuala Lumpur Bird Park, Malaysia-8a (1).jpg|jmpl|[[Rangkong badak]] adalah [[Lambang negara bagian Malaysia|burung negara bagian]] Sarawak]]
Penjelasan resmi dari kata "Sarawak" adalah bahwa kata tersebut berasal dari kata [[Melayu Sarawak]] ''serawak'', yang artinya [[antimon]]. Penjelasan populer
Sarawak juga berjuluk "Tanah Rangkong" (Bumi Kenyalang) karena rangkong merupakan sebuah salah satu simbol kebudayaan penting untuk suku Dayak di Sarawak.
== Sejarah ==
Baris 118:
[[Berkas:The barque of Rajah of Sarawak.jpg|jmpl|ka|Sebuah [[barque]] bernama Rajah Sarawak, dalam menghormati James Brooke, beroperasi antara [[Swansea]] di Inggris, [[Australia (benua)|Australia]], dan [[Hindia Timur]] dari akhir 1840an.]]
Para pemukim awal diketahui tinggal di sekitaran mulut barat [[Gua-Gua Niah]] (berjarak {{convert|110|km|mi}} dari barat daya [[Miri]]) pada 40,000 tahun yang lalu.<ref name=Sarawakforestry>{{cite web|title=Niah National Park – Early Human settlements|url=http://www.sarawakforestry.com/htm/snp-np-niah.html|publisher=Sarawak Forestry|accessdate=23 March 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150218010128/http://www.sarawakforestry.com/htm/snp-np-niah.html|archivedate=18 February 2015}}</ref><ref name=worldarcheology>{{cite book|last1=Faulkner|first1=Neil|title=Niah Cave, Sarawak, Borneo|date=7 November 2003|publisher=[[Current World Archaeology]] Issue 2|url=http://www.world-archaeology.com/features/niah-cave-sarawak-borneo.htm|accessdate=23 March 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150323011312/http://www.world-archaeology.com/features/niah-cave-sarawak-borneo.htm|archivedate=23 March 2015}}</ref> Sebuah tengkorak manusia modern yang ditemukan di dekat Gua-Gua Niah
Pada abad ke-16, wilayah Kuching dikenal oleh para [[kartografi|kartografer]] Portugis sebagai ''Cerava'', salah satu dari lima pelabuhan besar di pulau Borneo.<ref>{{cite book|last1=Donald F|first1=Lach|title=Asia in the Making of Europe, Volume I: The Century of Discovery, Book 1|date=15 July 2008|publisher=[[University of Chicago Press]]|isbn=978-0-226-46708-5|page=581|url=https://books.google.com/books?id=xD52ge5a8vYC&pg=PA581|accessdate=21 March 2016|quote=... but Castanheda lists five great seaports that he says were known to the Portuguese. In his transcriptions they are called "Moduro" (Marudu?), "Cerava" (Sarawak?), "Laue" (Lawai), "Tanjapura" (Tanjungpura), and "Borneo" (Brunei) from which the island derives its name.}}</ref><ref>{{cite journal|last1=Broek|first1=Jan O.M.|title=Place Names in 16th and 17th Century Borneo|journal=[[Imago Mundi]]|date=1962|volume=16|issue=1|page=134|doi=10.1080/03085696208592208|jstor=1150309|quote=Carena (for Carena), deep in the bight, refers to Sarawak, the Kuching area, where there is clear archaeological evidence of an ancient trade center just inland from Santubong.}}</ref> Pada awal abad ke-19, Sarawak kurang diperintah oleh Kekaisaran Brunei. Kekaisaran Brunei hanya memiliki otoritas di sepanjang kawasan pesisir Sarawak yang dipegang oleh para pemimpin [[etnis Melayu|Melayu]] semi-independen. Sementara itu, wilayah dalam Sarawak utamanya didominasi suku-suku yang terdiri dari [[suku Iban]], [[suku Kayan|Kayan]] dan [[suku Kenyah|Kenyah]], yang agresif dalam ekspansi teritorial mereka.<ref name=Fairlandsarawak>{{cite book|last1=Alastair|first1=Morrison|title=Fair Land Sarawak: Some Recollections of an Expatriate Official|date=1 January 1993|publisher=[[Cornell Southeast Asia Program|SEAP Publications]]|isbn=978-0-87727-712-5|url=https://books.google.com/books?id=U80cU8Fx1kAC&pg=PA10|page=10|accessdate=29 October 2015}}</ref> Setelah penemuan tambang entimon di kawasan Kuching, Pangeran Indera Mahkota (perwakilan Sultan Brunei) mulai mengembangkan wilayah tersebut antara 1824 dan 1830. Saat produksi antimon meningkat, Kesultanan Brunei meraih pajak tinggi dari Sarawak; hal ini berujung kepada ketegangan dan pertikaian saudara.<ref>{{cite book|last1=Trudy|first1=Ring|last2=Noelle|first2=Watson|last3=Paul|first3=Schellinger|title=Asia and Oceania: International Dictionary of Historic Places|date=12 November 2012|publisher=[[Cornell Southeast Asia Program|SEAP Publications]]|isbn=978-0-87727-712-5|page=497|url=https://books.google.com/books?id=voerPYsAB5wC&pg=PA497|accessdate=29 October 2015}}</ref> Pada 1839, Sultan [[Omar Ali Saifuddin II]] (1827–1852), memerintahkan pamannya Pangeran Muda Hashim untuk mengembalikan keadaan. Pangeran Muda Hashim meminta bantuan pelaut Inggris [[James Brooke]] dalam hal materi, yang Brooke sepakati. James Brooke berhasil meredam pemberontakan tersebut dan kemudian ditunjuk oleh Pangeran Muda Hashim untuk memerintah Sarawak.
|