Jim Supangkat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JohnThorne (bicara | kontrib) k menghapus Kategori:Senirupa menggunakan HotCat |
tautan untuk remy sylado dan perbaikan tanda baca sesuai puebi |
||
Baris 3:
== Latar belakang ==
Jim Supangkat menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di [[Bandung]], [[Jawa Barat]], kemudian melanjutkan
Sejak tahun [[1970]] ia sudah mulai berpameran senirupa secara berkelompok, di [[Bandung]] dan [[Jakarta]]. Bersama beberapa senirupawan Bandung, ia membentuk Kelompok Pamer 74 ([[1974]]) yang kemudian mengadakan pameran di Balai Budaya. Setahun kemudian, Lewat sebuah pameran di [[Taman Ismail Marzuki]], pada Agustus 1975, ia dan 10 perupa muda, muncul dengan sebuah gebrakan yang dikenal sebagai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia. Tahun [[1976]], Jim ikut serta dalam Pameran Besar Seni Lukis Indonesia II di TIM. Pada Maret [[1977]], ia dan kelompoknya mengadakan lagi Pameran Seni Rupa Baru Indonesia ’77. Settahun kemudian, ia ikut serta dalam Pameran Besar Seni Lukis Indonesia III di TIM. Dalam pameran terakhir Gerakan Seni Rupa Baru di tahun 1979, terbit pula buku ''Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia''. Pada Juni 1987, ia berupaya membangkitkan kembali Gerakan Seni Rupa Baru, di TIM, dengan pameran seni rupa Baru ''Pasar Raya Dunia Fantasi'', yang lebih lagi menempatkan senirupa ke dalam dan sebagai objek sehari-hari supermarket. Dua tahun kemudian, juga di TIM, ia dan sejumlah kawan Gerakan Seni Rupa Baru terdahulu membuat lagi pameran seni rupa ’The Silent World’, sebuah tema bagi epidemi global AIDS, yang juga dipamerkan pada pameran ARX (Artist of Region Exhange), [[Perth]], [[Australia]], [[1989]].<ref>[http://koranopini.com/tokoh/wawancara/item/3373-jim-supangkat-belum-ada-karya-yang-dapat-pengakuan-dunia Koran Opini: Jim Supangkat: Belum ada karya yang dapat pengakuan dunia], diakses 14 Maret 2015</ref>
Ia juga menulis sejumlah buku seni rupa yang sebagian besar muatannya adalah suatu upaya membangun paradigma seni rupa Indonesia di antara seni rupa dunia pada masa kini, di antaranya yang terpenting, yakni Lukisan, Patung dan Grafis Sidharta (STSI-Bandung, 1995), Indonesia Modern Art and Beyond (Indonesia Fine Art Foundation, 1997), The Contemporary Art of The Non-Aligned Country (Balai Pustaka-Jakarta, 1997), Jim Supangkat (et.al), Outlet, Yogyakarta Within the Contemporary Indonesia Art Scene (Prince Claus Fund-Cemeti Faoundation, Den Haag-Yogyakarta, 2001) Seni Rupa Indonesia, Seni dan Budaya di Ruang Ketiga (KPG-Jakarta, 2005). Pernah menjadi redaktur majalah gaya hidup pop paling terkenal masa itu, ''Aktuil'', bersama [[Remy Sylado|Remy Syalado]] di Bandung. Redaktur majalah ''Zaman'' dan ''Tempo.''
Selain buku juga menulis esai dan kritik seni rupa untuk berbagai kesempatan diskusi, seminar dan kuratorial pameran seni rupa, maupun pada sejumlah media seni rupa, di dalam maupun di negara lain, seperti ''Art and Asia Pacific'', [[Australia]] dan ''Asian Artnews'', [[Hongkong]]. Fokus bahasannya terutama berpokok pada upaya mengontruksikan kembali wacana modernisme di dalam historiografi seni rupa Indonesia yang terlalu dikuasai oleh persoalan identias dalam konteks universalisme Barat, yang tak bisa lagi diberlakukan, karena potensi-potensin modernisme dalam seni rupa Indonesia sesungguhnya telah muncul bersama lahirnya karya-karya seni rupa Indonesia sejak pertengahan abad ke-19. Tahun [[1990]], ia mulai menjadi kurator untuk Yayasan Seni Rupa Indonesia. Pada tahun [[1995]], menjadi kurator Pameran Seni Rupa Gerakan Non-Blok, sebagai bagian dari Konferensi negara-negara Non-Blok yang diadakan di Jakarta. Mengelola Art Space di Washington DC, [[Amerika Serikat]] sejak [[2001]]. Pada September [[2003]], ia menjadi kurator utama untuk CP Open Biennale International: “Interterpelation”, di Galeri Nasional, Gambir, [[Jakarta]].
|