Al-Qur'an: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tri Rahmat (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
* [http://tanzil.net/#trans/en.arberry/17:105 Quran 17:105]</ref> saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun hingga kematiannya di tahun 632.<ref name="Britannica"/><ref name = LivRlgP338>''Living Religions: An Encyclopaedia of the World's Faiths'', Mary Pat Fisher, 1997, page 338, I.B. Tauris Publishers.</ref><ref name = QuranC17V106>{{Cite quran|17|106|style=nosup}}</ref> Umat Muslim menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai salah satu tanda dari kenabian,<ref>{{cite book|last=Peters|first=F.E.|title=The Words and Will of God|year=2003|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=0-691-11461-7|pages=12–13}}</ref> dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak Nabi [[Adam]] dan diakhiri dengan Nabi Muhammad.{{efn|[[Surah Ibrahim|Ibrahim]]: 1, [[Surah Ar-Ra'd|Ar-Ra'd]]: 1, [[Surah Yunus|Yunus]]: 108, [[Surah Al-'Ankabut|Al-'Ankabut]]: 49}} Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur'an itu sendiri.<ref name="Wheeler2002">{{cite book|author=Brannon M. Wheeler|title=Prophets in the Quran: An Introduction to the Quran and Muslim Exegesis|url=https://books.google.com/books?id=qIDZIep-GIQC|date=18 June 2002|publisher=A&C Black|isbn=978-0-8264-4957-3|page=2}}</ref>
 
Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan.<ref name="Donner-Companion" /> Setelah Nabi Muhammad wafat, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali Al-Qur'an ini diprakarsai oleh Khalifah [[Utsman bin Affan]] untuk membuat sebuah penyusunan resmi yang disebut susunan Utsman bin Affan, dengan biasanya mempertimbangkan pola dasar Al-Qur'an saat ini.<ref name="Donner-Companion">Donner, Fred, "The historical context" in McAuliffe, J. D. (ed.), ''The Cambridge Companion to the Qur'ān'' (Cambridge University Press, 2006), p. 31–33.</ref>
 
Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral.<ref>Nasr (2003), p. 42{{full citation needed|date=July 2011}}</ref><ref>{{Cite quran|2|67|end=76|style=nosup}}</ref> Al-Qur’an digunakan bersama dengan ''[[hadits]]'' untuk menentukan [[Syari'ah|hukum syari'ah]].<ref>''Handbook of Islamic Marketing'', Page 38, G. Rice – 2011</ref> Saat melaksanakan [[Salat]], Al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab.<ref>Literacy and Development: Ethnographic Perspectives – Page 193, Brian V Street – 2001</ref>
Baris 26:
[[Berkas:Quran cover.jpg|200px|ka|jmpl|Sebuah sampul dari mushaf Al-Qur'an.]]
 
Syaikh [[Muhammad bin Shalih al-Utsaimin]] menjelaskan bahwa Alquran adalah bentuk [[Modus infinitif|kata benda infinitif]] (''{{transl|ar|mashdar}}'') dari kata ''{{transl|ar|qara`a}}'' (قرأ) yang bermakna ''membaca'' atau ''mengumpulkan''.{{efn|Suatu kata dalam bahasa Arab bisa memiliki lebih dari satu makna. Dalam kasus ini, قرأ (''{{transl|ar|qara`a}}'') memiliki makna جمع (''{{transl|ar|jama'a}}'', mengumpulkan) dan تلا (''talâ'', membaca). Dari kata قرأ diambil kata lain: القرية (''{{transl|ar|al-qaryah}}''), yang berarti ''desa'' karena di desa terkumpul keluarga-keluarga.}} Jika Alquran berasal dari kata ''qara`a'' yang bermakna ''membaca'', maka Alquran berarti '''sesuatu yang dibaca''', sedangkan jika berasal dari kata ''qara`a'' yang bermakna ''mengumpulkan'', maka Alquran berarti '''sesuatu yang mengumpulkan''', karena Alquran itu berisi kumpulan kisah-kisah dan hukum.<ref>{{harvnb|Al-Utsaimin|2001|p=3}}</ref>
<!-- Bagian di bawah ini dihapus saja, sitasi yang diberikan tidak bisa diverifikasi. Saya ganti dengan sumber yang bisa diverifikasi.
 
Baris 42:
Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwa wahyu pertama yang diterima oleh [[nabi]] [[Muhammad]] adalah surah Al-'Alaq ayat 1-5.<ref>Al-A'zami, M.M., (2005), ''Sejarah Teks Al-Qur'an dari Wahyu sampai Kompilasi'', (terj.), Jakarta: Gema Insani Press, ISBN 979-561-937-3.</ref> Walaupun hal demikian tidak tertulis secara langsung di Al-Qur'an.<ref>[[Surah Al-Qalam]] : 36-44, Al-Qalam : 57, [[Surah Al-An'am|Al-An'am]] : 148-149, [[Surah Yunus|Yunus]] : 35-36</ref>
 
Para ahli tafsir memiliki definisi tersendiri tentang Al-Qur'an, semisal Dr. [[Subhi Al SalihSaleh]] yang mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
 
{{quote|''"Kalam Allah yang merupakan [[mukjizat]] yang diturunkan kepada Nabi Muhammad {{saw}} dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan [[mutawatir]], membacanya termasuk [[ibadah]]"''.}}
 
Adapun [[Muhammad Ali ashAsh-Shabuni]] mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
 
{{quote|''"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad {{saw}} penutup para [[nabi]] dan [[rasul]], dengan perantaraan [[Malaikat Jibril]] dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara [[mutawatir]], serta membaca dan mempelajarinya merupakan [[ibadah]], yang dimulai dengan surah [[Al-Fatihah]] dan ditutup dengan surah [[An-Nas]]"''}}