Hartono (militer, lahir 1927): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arif putra 2302 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 35:
 
== Kepimpinan di KKO ==
Pada saat kepimpinannya KKO AL tengah mengalami perkembangan jumplah personil dan meteriil yang pesat salah satu pandangannya adalah menyingkat waktu untuk pendidikan [[Tamtama]] dan [[Bintara]], [[Perwira]] dan dilancarkannya kampanye pembebasan [[Irian Jaya]]. Dibidang material saat itu [[KKO]] membentuk Pasukan Komando Armada (Paskoarma). Namun sebelum Operasi Jaya Wijaya terlaksana tercapai kesepakatan antara RI - Belanda guna melaksanakan tugas pemulihan keamanan wilayah [[Irian Barat]], KKO AL bersama [[Kodam XVII/Cenderawasih|Kodam XVII/Cenderawasih]] melancarkan Operasi Sadar (1965-1969) dan Operasi Wibawa (1969). Ketika berlangsung kofrontasi RI - Malaysia dalam rangka [[Dwikora]]. Panglima KKO AL Hartono mengirim beberapa Pasukan KKO AL yang tergabung dalam Paskoarma keperbatasan [[Kalimantan Timur]] tahun 1965 dengan meletusnya pemberotakan [[G 30 S/PKI]] KKO AL membantu [[TNI AD]] dalam usaha membantu pengangkatan jenazah 7 Perwira yang telah jadi korban. Sementara itu dalam penumpasan pemberontakan [[G 30 S/PKI]]. KKO AL terlibat dalam Operasi Penegak di [[Jawa Tengah]] dan [[Lampung]] (1965), Operasi Sapu Bersih (Satgas Sarutomo I-III) (1967-1968) di [[Kalimantan Barat]].<ref>Profil Panglima KKO Ke-3, ''"LETNAN JENDERAL (KKO) R. HARTONO"'', ''Marinir'', NO. 73 Edisi Khussus - 15 NOPEMBER 1995 MARINIR, hlm. 30.</ref>
 
== Misteri Kematian ==
Pada masa kejatuhan [[Presiden RI]] [[Sukarno]], ia menjadikan [[KKO]] sebagai benteng pelindung [[Sukarno]] dari tipu daya [[Soeharto]] seperti yang dicerminkan pidatonya: "Hitam kata Bung Karno, Hitam Kata KKO, Putih kata Bung Karno, Putih Kata KKO", "[[KKO]] selalu kompak di belakang Bung Karno". Ia menyelenggarakan demo [[KKO]] yang pro–[[Sukarno]] pada 1966. Slogan terkenal dalam demo ini ialah ''"Pejah Gesang Melu Bung Karno"'' artinya "Mati Hidup Ikut Bung Karno".<ref>[http://ceritadamai.blogspot.com/2014/01/letjen-kko-r-hartono-kematian-misterius.html "Kematian Letjen KKO Hartono Misterius"]</ref>
 
Ia "dibuang" oleh [[Presiden RI]] [[Soeharto]] menjadi [[Duta Besar]] Indonesia untuk [[Korea Utara]] dan pada 1971 ia dipanggil ke [[Jakarta]] dan pada [[7 Januari]] [[1971]], Jakarta dikejutkan dengan berita duka. Duta Besar Indonesia di [[Pyongyang]], [[Korea Utara]], meninggal dunia di kediamannya, Jalan Soepomo, Jakarta. Ia adalah seorang jenderal bintang marinir yang legendaris, Letjen KKO Hartono. Sebagai kesuma bangsa, ia dimakamkan secara militer di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]], [[Jakarta Selatan]]. [[Kepala Staf Angkatan Laut]] [[Sudomo|Laksamana Madya TNI Sudomo]] bertindak selaku inspektur upacara pemakaman tersebut.
 
Beberapa sahabat korban tidak yakin Letjen KKO Hartono meninggal akibat bunuh diri. [[Gubernur DKI Jakarta]] saat itu, [[Ali Sadikin|Letjen KKO Ali Sadikin]], dan Laksaman Madya TNI Rachmat Sumengkar, mantan Wakil KSAL, termasuk yang tidak yakin dengan penyebab kematian misterius itu. Kedua tokoh angkatan laut mengakui sulit memercayai bahwa Letjen KKO Hartono wafat karena bunuh diri hanya dengan data yang ditemukan di kediaman korban pada waktu itu. Apalagi, almarhum tidak divisum oleh dokter Rumah Sakit Angkatan Laut ataupun RSCM. Setelah ditemukan meninggal di rumahnya sekitar pukul 05.30 WIB, jenazah almarhum Letjen KKO Hartono langsung dibawa ke [[RSPAD|Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat]]. Baru setelah itu, jenazahnya disemayamkan di rumahnya, selanjutnya dibawa ke [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]]. “Almarhum bukan tipe manusia yang mudah putus asa. Apalagi mau bunuh diri hanya karena ada dugaan ia putus asa atas hasil pekerjaannya yang tidak berhasil sebagai Duta Besar Luar Biasa untuk [[Korea Utara]],” ujar [[Ali Sadikin|Letjen KKO Ali Sadikin]]. Namun, keraguan itu ditepis oleh [[Komandan Korps Marinir]] ke-12 yang mejabat tahun 1996-1999, [[Suharto (Komandan Korps Marinir)|Letjen TNI Marinir (Purn.) Soeharto]]. Menurutnya, sesepuh [[Korps Marinir]] itu memang meninggal akibat bunuh diri. Semua data tentang peristiwa kematian Letjen KKO R. Hartono menguatkan jika mantan komandannya itu bunuh diri dan tidak perlu dijadikan sebagai polemik di masyarakat. “Tidak perlu lagi dipolemikkan,” ujar [[Suharto (Komandan Korps Marinir)|Letjen TNI Marinir (Purn.) Soeharto]]. Terlepas apakah kematiannya akibat bunuh diri atau menjadi korban konspirasi pembunuhan, yang jelas Letjen KKO R. Hartono menjadi salah satu legenda marinir. Ia dikenal sebagai perwira tinggi yang berani terang-terangan mendukung [[Bung Karno]].