Selat Malaka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Kepentingan Asing: Mendeskripsikan bentuk intervensi Amerika Serikat berikut referensinya |
→Kepentingan Asing: Menjelaskan lebih detail bentuk-bentuk intervensi Amerika Serikat |
||
Baris 31:
Pada tanggal 31 Maret 2004, Amerika Serikat melalui Kepala Angkatan Laut, Thomas B. Fargo, menawarkan suatu kerjasama pengamanan militer perairan Selat Malaka melalui proposal yang bernama ''Regional Maritime Security Initiative'' (RMSI). RMSI merupakan suatu usaha mengoperasionalkan suatu inisiasi pengamanan dalam bentuk kerjasama maritim regional dalam bidang pengamanan kawasan Asia Timur dan Pasifik terkhusunya Selat Malaka<ref>Puspitasari, Maygy Dwi. 2003. Alasan Indonesia, Malaysia & Singapura Menjalin Kerjasama Trilateral Patroli Terkoordinasi Malsindo di Tahun 2004. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No.1</ref>. Secara mudah adalah penempatan personel Amerika Serikat sebagai salah satu penjaga keamanan di Selat Malaka.
Penawaran Amerika Serikat kepada negara Asia Tenggara terutama kepada negara di kawasan Malaka mengalami pro dan kontra. Indonesia dan Malaysia secara tegas menolak tawaran Amerika Serikat. Secara langsung konsep tawaran Amerika Serikat dapat mengancam kedaulatan nasional masing-masing negara. Namun Singapura sendiri menyambut positif tawaran Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat secara wajar sebab Singapura adalah negara yang paling lemah pertahanan dan keamanannya. Jumlah angkatan militer yang tidak terlalu banyak menjadikan Singapura rawan terhadap ancaman nasional mereka. Sehingga wajar Singapura menyambut baik tawaran Amerika Serikat. Akan tetapi tanggapan negara sekitar seperti Indonesia dan Malaysia yang cenderung menolak menjadikan rencana tersebut mengalami hambatan dalam realisasi.
Rencana Amerika Serikat ini didasari pemetaan mereka terhadap kawasan Asia Tenggara sebagai area yang rawan terjadinya terorisme. Semenjak terjadinya kasus 9/11 upaya Amerika Serikat dalam mencegah dan menyelesaikan kasus terorisme menjadi suatu prioritas penting. Plot daerah Asia Tenggara sebagai ''second front in the war on terrorism'' menjadikan munculnya usaha dalam menginisiasikan suatu ''base'' militer dalam menangani bibit-bibit terorisme<ref>Nuswantoro, Edhi. 2008. Strategi Penanganan Perompakan di Selat Malaka dalam Rangka Menegakkan Kedaulatan Negara di Laut. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Ketahanan Nasional Minat Manajemen Pertahanan. Universitas Gadjah Mada: Tidak Dipublikasikan</ref>. Hal ini perlu dilihat sebagai bentuk kegiatan laten Amerika Serikat dalam meperluas pengaruh mereka terutama di kawasan Selat Malaka.
== Lihat pula ==
|