Geng motor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Hampir di setiap daerah di Indonesia, penduduknya memiliki setidaknya satu unit sepeda motor per kepala rumah tangga. Faktor ekonomi, lingkungan, serta iklim di Indonesia yang menunjang luasnya penggunaan sepeda motor menjadikan sepeda motor sebagai alat transportasi darat terpopuler di Indonesia. Pergeseran nilai dan pandangan pun muncul berkenaan dengan semaraknya kendaraan roda dua bermotor tersebut. Masyarakat seperti tidak mengenal lagi batas minimal usia pengendara sepeda motor, pada praktiknya. Aturan berkendara yang telah ada ketentuannya, yang sebetulnya dibuat demi keselamatan bermobilisasi, seolah hanya berlaku di “jalan besar” atau di lokasi yang masuk rentang pantau pihak berwenang, dan menaatinya merupakan suatu keputusan yang bersifat opsional.
 
Kondisi yang tidak ideal pasti menimbulkan celah yang termanifestasi dalam pelbagai fenomena sosial. Lemahnya kedisiplinan berlalu-lintas merupakan celah, yang karenanya membuka peluang seperti contohnya kehadiran geng motor yang meresahkan di tengah masyarakat. Kelompok ini selalu datang dengan pemberitaan mengenai kegiatannya yang mengarah pada kenakalan remaja dan pelanggaran hukum.
 
Kelahiran geng motor rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang gemar melakukan balapan liar dan aksi-aksi menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Komunikasi dan interaksi sosial diantara anggotanya pada akhirnya menghasilkan cara pandang, pola berpikir, hingga tujuan yang sama.<ref>{{Cite journal|last=Gani|first=Nur Salwiyani|last2=Unde|first2=Andi Alimuddin|date=2017-06-11|title=BEGAL DAN KERESAHAN MASYARAKAT (JARINGAN KOMUNIKASI KELOMPOK ANARKIS DI KOTA MAKASSAR)|url=http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/view/1907|journal=KAREBA : Jurnal Ilmu Komunikasi|language=id|volume=5|issue=2|pages=286–298|issn=2088-4117}}</ref>