Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
Menilai Kualitas Museum Maritim: Menambahkan deskripsi
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
Menambahkan deskripsi
Baris 74:
|}
Berikut ini dijabarkan analisis kualitas unsur-unsu Museum Kapal Selam Pasopati [[Surabaya]]:<ref name=":0" />
 
# 1.Sumber
 
Sumber daya manusia dalam Museum Kapal Selam Pasopati Surabaya berperan sebagai  pelaksana dan pengelola museum. Berdasarkan sumber penelitian sebelumnya, sumber daya manusia yang mengelola dan menjalankan fungsi di [[Museum]] Kapal Selam Pasopati termasuk dalam kategori kurang memadai. Hal itu disebabkan oleh banyaknya ketidaksesuaian antara peran yang diampu dengan latar belakang pendidikan. Sebagai contoh, di Museum Kapal Selam Senopati Surabaya, peran kurator, tata pameran, dan konservasi tidak memiliki ''background'' pendidikan formal. Padahal, standar minimal untuk menjadi kurator adalah S1 Permuseuman atau bidang lain yang sejenis; standar minimal untuk tata pameran adalah D3 seni rupa; sedangkan standar minimal untuk konservasi adalah SMA jurusan IPA.
 
Baris 96 ⟶ 98:
 
Secara umum, masih banyak terdapat gangguan dalam unsur komunikasi Museum Kapal Selam pasopati. Gangguan itu dibagi menjadi gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik terjadi akibat ukuran ruang kapal yang sempit, penuh, sesak, dan membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Selain itu, panggung hiburan dan kolam renang yang berada di sekitar kapal selam juga menyebabkan ketidaknyamanan. Sementara gangguan psikologis muncul akibat adanya kebingungan pengunjung karena ''storyline'' yang ada tidak dikonsep dengan baik dan unsur sumber komunikasi museum tidak kompeten sehingga menimbulkan kebingungan pada pengunjung.
 
== Museum Kapal Samudraraksa ==
Museum Kapal Samudraraksa<ref>{{Cite news|url=http://news.liputan6.com/read/108468/museum-kapal-di-candi-borobudur|title=Museum Kapal di Candi Borobudur|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-10-16}}</ref> berada di dalam Komplek Taman Wisata [[Borobudur]], Kabupaten [[Magelang]], [[Jawa Tengah]]. Museum ini baru dibangun pada tahun 2004 dan diresmikan pada tahun 2005 oleh Menkokesra. Sementara itu, pengelolaan Museum Kapal Samudraraksa dibawahi langsung oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur. Sedangkan tema utama yang diangkat dalam museum tersebut adalah pelayaran Kapal Samudraraksa ke [[Afrika]] dalam rangka ekspedisi kebudayaan maritim sekaligus rekonstruksi pelayaran dan perniagaan pada masa lampau. 
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur pada Museum Kapal Samudraraksa<ref name=":0" />:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi Museum'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber             
|Staff museum teridiri dari penanggung jawab museum, juru penerang, resepsionis, perawatan, dan penjual souvenir.
|-
|2.
|Pesan
|Secara umum, Museum Kapal Samudraraksa mengangkat tema pelayaran kapal Borobudur dan kaitannya dengan sejarah maritim Nusantara.
|-
|3.
|Media
|Perahu asli Samudraraksa, peralatan kapal dan awak kapal, keramik China, label informasi, lemari kaca, gambar, poster, replika relief Candi Borobudur, lukisan dinding goa, dan diorama jalur perdagangan.
|-
|4.
|Pengunjung
|Mayoritas pengunjung adalah pelajar, kemudian mahasiswa, dan terakhir masyarakat umum.
|-
|5.
|Gangguan
|Gangguan fisik muncul sebagai akibat kerusakan pada bagian media pendukung museum, seperti LCD, diorama, informasi audiovisual. Sementara gangguan psikologis muncul akibat sumber (SDM) yang kurang komunikatif.
|-
|6.
|Efek
|Efek yang muncul adalah adanya suatu kebingungan yang memunculkan keraguan, tidak terinspirasi: penambahan pengetahuan tidak signifikan.
|}
Berdasarkan data unsur-unsur komunikasi Museum Kapal Samudraraksa di atas, kelemahan-kelemahan unsur komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut<ref name=":0" />:
1.Sumber Daya Mansia
Sumber daya manusia yang ada dalam Museum Kapal Samudraraksa terdiri dari direktur, kurator, dan perencana pameran. Menurut data mengenai latar belakang pendidikan dan tugas fungsional di Museum Kapal Samudraraksa, dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada masih kurang memadai. Sebagai contoh adalah peran fungsional kurator, pustakawan, tata pameran, dan koleksi yang tidak memiliki ''basic'' pendidikan formal. Padahal, posisi fungsional tersebut memerlukan standar minimal kualifikasi pendidikan S1 bidang permuseuman atau bidang lain yang sejenis.
 
2. Pesan
 
Menurut evaluasi dan hasil penelitian yang ada, pesan yang dikomunikasikan dalam Museum Kapal Samudraraksa tergolong cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tingginya tingkat pemahaman pengunjung pada pesan yang dikomunikasikan oleh unsur sumber, besarnya prosentase pengunjung untuk kembali lagi mengunjungi museum, dan cukup tingginya prosentase pengunjung yang merasa terinspirasi serta memperoleh pengetahuan baru setelah mengunjungi Museum Kapal Samudraraksa.
 
3. Media
 
Media komunikasi utama yang digunakan oleh Museum Kapal Samudraraksa adalah Kapal Samudraraksa itu sendiri. Sementara media pendukungnya adalah poster, gambar, dan informasi koleksi. Menurut hasil penelitian Sadzali (2014), media komunikasi museum yang diterapkan tergolong cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada warna-warni poster dan gambar yang edukatif serta penjelasan pada informasi koleksi yang jelas. Namun demikian, dalam media komunikasi tersebut masih terdapat beberapa kerusakan sehingga mengakibatkan pola komunikasi yang diterapkan kurang komunikatif
 
4. Pengunjung
 
Pengunjung Museum Kapal Samudraraksa didominasi oleh pelajar (SMP dan SMA), mahasiswa, kalangan umum (guru dan orang tua). Berdasarkan hasil penelitian yang ada, 95% pengunjung menginginkan sebuah pengetahuan baru, misalnya pengetahuan tentang perkembangan maritim di Indonesia. Pengunjung juga menginginkan adanya pelayanan yang maksimal dari pegawai museum, salah satunya melalui partisipasi aktif pengunjung dan pemanfaatan teknologi informasi. Selain itu, pengunjung juga menyukai koleksi museum yang unik dan langka. 
 
5. Efek
 
Dalam hal efek, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak pengunjung yang mengalami keragu-raguan apakah pesan yang disampaikan museum cukup menginspirasi atau tidak. Selain itu, pengunjung kategori pelajar (SMP dan SMA) sebagian besar merasa tidak memperoleh tambahan pengetahuan yang signifikan setelah mengunjungi museum.
 
6. Gangguan
 
Gangguan fisik pada Museum Kapal Samudraraksa diakibatkan oleh penempatan lokasi museum pada jalur keluar Candi Borobudur yang mengakibatkan rendahnya minat pengunjung. Gangguan fisik juga disebabkan oleh beberapa media pendukung yang mengalami kerusakan sehingga menghambat proses komunikasi museum. Sementara itu, gangguan psikologis Museum Kapal Samudraraksa diakibatkan oleh kurang komunikatif-nya staff museum dalam mengkomunikasikan pesan-pesan museum dan perasaan lelah pengunjung setelah mengunjungi Candi Borobudur yang menyebabkan rasa malas mengunjungi museum.
*