Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan deskripsi |
→Museum Bahari Yogyakarta: menambahkan deskripsi |
||
Baris 215:
Efek yang diberikan museum kepada pengunjung masih dikategorikan kurang baik. Hal itu didasari oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa 97% kunjungan hanya bersifat satu kali kunjungan, 47% pengunjung masih ragu-ragu, dan tidak ada penambahan pengetahuan baru yang signifikan pada pengunjung.
== Museum Bahari Jakarta ==
Museum Bahari Jakarta terletak di Jalan Pasar Ikan, Jakarta Barat dan menempati sebuah gedung tua berukuran sangat luas. Gedung tua tersebut adalah hasil dari pembangunan yang dilakukan Belanda sejak tahun 1965 sampai 1759. Gedung tersebut semula digunakan untuk menyimpan rempah-rempah oleh VOC dan kini digunakan oleh Museum Bahari Jakarta untuk menyimpan berbagai koleksi benda laut dan kemaritiman. Museum Bahari Jakarta secara resmi dibuka oleh Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, pada tahun 1977 dan berada di bawah Unit Pelaksanaan Teknis atau UPT Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta. Sebagai salah satu institusi resmi pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Museum Bahari Jakarta memiliki tugas untuk melayani masyarakat, merawat, menyimpan, meneliti, dan memperagakan koleksi museum untuk kepentingan sejarah, pendidikan, sosial, dan rekreasi.
Berikut ini adalah unsure-unsurnya:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber/SDM
|Staff museum terdiri dari kepala museum, KASI koleksi, administrasi, edukasi dan pameran, staff umum, pemandu, dan preparasi.
|-
|2.
|Pesan
|Secara umum, pesan yang disampaikan mengangkat kebaharian Indonesia dari masa ke masa yang sesuai dengan visi museum, yaitu mengangkat tema kemaritiman.
|-
|3.
|Media
|Perahu asli, alat navigasi, replika, lemari kaca, standing banner, poster, gambar, label informasi, patung peraga, dan pemandu museum.
|-
|4.
|Pengunjung
|Mayoritas pengunjung adalah pelajar, lalu mahasiswa, dan terakhir masyarakat umum.
|-
|5.
|Gangguan
|Terdapat gangguan secara fisik yang diakibatkan oleh ruang-ruang museum, maupun konsep tata pamer, sedangkan gangguan psikologis diakibatkan oleh staff museum.
|-
|6.
|Efek
|Pada umumnya, efek adalah suatu kebingungan yang memunculkan keraguan. Efek lain berupa rasa bosan yang kemudian mengakibatkan sikap tidak tertarik pada bidang kemaritiman serta penambahan pengetahuan yang bersifat statis.
|}
Dari hasil penelitian tersebut, berikut ini diuraikan kelemahan pada tiap-tiap unsur komunikasi Museum Bahari Jakarta.
# Sumber
Sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan Museum Bahari Jakarta adalah kepala museum, koleksi, administrasi, pustakawan, dan lain-lain. Ditinjau dari latar belakang pendidikannya, SDM dalam Museum Bahari Jakarta sangat beragam: SMA, D3, Keguruan, S1, dan S2. Namun, apabila ditinjau dari tugas fungsionalnya, latar belakang SDM Museum Bahari Jakarta masih banyak yang tidak sesuai. Sebagai contoh, Museum Bahari Jakarta tidak memiliki kurator, konservasi, dan bidang komunikasi museum. Dengan demikian, SDM yang ada pada Museum Bahari Jakarta masih tergolong kurang memadai.
# Pesan
Secara umum, masih terdapat ketidaksesuaian dan ketidakseimbangan pesan antara tema besar yang diangkat dengan isi serta perbandingan antara objek dengan informasi. Sebagai contoh, tema museum tentang kebaharian Indonesia yang seharusnya mengangkat sejarah kemaritiman kerajaan-kerajaan Nusantara justru malah mengangkat kejayaan VOC. Selain itu, pesan museum yang akan lebih sesuai jika mengangkat kemaritiman pada abad pra-sejarah justru mengangkat pelayaran VOC dan pelayaran Kapal Phinisi ke Kanada. Selain contoh tersebut, masih ada beberapa contoh mengenai ketidaksesuaian pesan museum dengan tema utama yang disampaikan Museum Bahari Jakarta.
# Media
Media utama yang digunakan dalam Museum Bahari Jakarta adalah koleksi asli, sementara media pendukungnya adalah gambar, poster, replika, dan pemandu museum. Secara garis besar, koleksi asli yang ada di Museum Bahari Jakarta tergolong belum sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan Dirjen Permuseuman. Ada beberapa koleksi yang memiliki nilai penting, tetapi tidak disertai label informasi pendukung sehingga membuat koleksi tersebut tidak bernilai penting.
# Pengunjung
Pengunjung Museum Bahari Jakarta didominasi oleh pelajar (SD, SMP, SMA), mahasiswa, dan umum. Penelitian lapangan yang dilakukan oleh Sadzali (2014) menunjukkan bahwa 96% pengunjung menginginkan suatu pengetahuan baru, seperti perkembangan maritim dari masa ke masa. Pengunjung juga menginginkan adanya komunikasi menggunakan teknologi seperti audiovisual, pelayanan maksimal dari staff museum, dan adanya koleksi unik dan langka.
# Gangguan
Gangguan fisik pada Museum Bahari Jakarta disebabkan oleh banyaknya ruang kosong, adanya genangan air di pintu masuk ketika musim penghujan, minimnya koleksi asli yang menyebabkan kebosanan pengunjung, dan minimnya label informasi pada replika koleksi. Sementara gangguan psikologis disebabkan karena adanya proses komunikasi yang tidak dikonsep dengan baik oleh unsur komunikasi (sumber, pesan, media), munculnya ketakutan pada pengunjung akibat minimnya pencahayaan, dan ''storyline'' yang tidak dikonsep dengan baik sehingga menimbulkan kebosanan dan kebingungan.
*
|