Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
→‎Referensi: Menambahkan kategori
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
'''Museum Maritim''' adalah museum yang secara khusus mengangkat maritim sebagai tema utamanya. Di dalam museum maritim, dipamerkan berbagai macam benda-benda bersejarah berbau maritim, seperti kapal, lukisan, senjata angkatan laut, maupun benda-benda lain yang berhubungan dengan dunia maritim. [[Kurator]] museum maritim akan mengatur sedimikian rupa agar benda-benda tersebut menjadi ‘hidup’ dan memiliki alur cerita yang baik sehingga dapat memengaruhi perspektif dan pola pikir pengunjung. Di Indonesia khususnya, museum maritim ada empat buah yang keempatnya tersebar di [[Jakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Magelang]], dan [[Surabaya]]. Keempat museum yang ada memiliki tema spesifik yang berbeda-beda; ada yang khusus mengangkat tema militer dan angkatan laut, ada pula yang mengangkat tentang sejarah maritim.
 
== Latar Belakang ==
Sejak abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Ke Utara mengarungi laut [[Tiongkok]], ke Barat memotong lautan Hindia hingga [[Madagaskar]], ke Timur hingga [[Pulau Paskah]]. Kondisi itu membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa penjelajah samudera. Kenyataan akan kejayaan maritim Indonesia di masa lampau memang bukan sekadar mitos yang dilebih-lebihkan catatan sejarah. Sejak dahulu, bangsa Indonesia telah menjadikan laut sebagai bagian penting dari kehidupan keseharianya. Sebelum kedatangan bangsa penjajah, laut Indonesia juga telah digunakan sebagai “titik temu” berbagai suku bangsa yang saling berinteraksi dalam hal ekonomi, percaturan politik, hingga pertukaran bahasa dan budaya. Di seluruh penjuru [[Nusantara]] telah tersebar berbagai bandar dagang dan pelabuhan-pelabuhan besar. Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritimnya.  
 
Cerita tentang kejayaan maritim Nusantara juga tercermin dalam kisah Kerajaan [[Sriwijaya]]. Sriwijaya merupakan negara maritim yang kuat, sehingga dapat menguasai seluruh [[Sumatera]] dan mengirimkan ekspedisinya ke [[Jawa]] serta menguasai [[Selat Malaka]] hingga [[Tanah genting Kra]].<ref>Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe). Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang melalui journal.um.ac.id</ref> Di puncak kejayaannya, [[Sriwijaya]] menjadi tuan atas [[Selat Malaka]] dan menguasai rute perdagangan yang melalui selat ini. Di tahun 1178, seorang penulis [[Cina]], Chou K’u-fei, melaporkan bahwa beberapa kapal asing yang lewat akan diserang jika tidak masuk pelabuhan Sriwijaya atau membayar tol. Kapal-kapal Sriwijaya melakukan pelayaran sendiri antara Cina dan [[India]]. Ia juga mengirimkan utusan ke Cina dan diakui sebagai negara penguasa di [[Asia Tenggara]].<ref>Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe). Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang melalui journal.um.ac.id</ref>
Baris 11:
 
== Pentingnya Museum Maritim ==
Kehadiran museum bertema [[maritim]] di tengah persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia –pudarnya budaya dan pola pikir maritim– sangat relevan. Budaya [[maritim]] yang begitu kaya membutuhkan ruang untuk terus lestari dan berkembang. Kekayaan dan keberagaman budaya maritim akan hilang apabila tidak dikomunikasikan kepada khalayak dan diberi ruang untuk terus hidup. Terlebih lagi, di tengah dinamika sosial dan budaya yang berkembang begitu cepat, museum bertema maritim dapat menjadi media alternatif pendidikan non-formal yang berfungsi untuk merekonstruksi pola pikir maritim dan wawasan [[Nusantara]]. Hal itu ditegaskan oleh [[Sutan Takdir Alisjahbana]] dalam tulisannya yang mengatakan bahwa museum sebagai alat pendidikan zaman modern akan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dunia modern itu sendiri.<ref name=":0">Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref> Sama seperti museum-museum pada umumnya, museum bertema [[maritim]] di [[Indonesia]] juga memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya maritim baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui pesan-pesan yang dirangkai lewat ''display'' dan ruang pameran, museum bertemakan maritim di [[Indonesia]] berfungsi sebagai sarana komunikasi dan jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat.
 
Keberadaan museum bertema maritim di Indonesia menjadi sangat penting mengingat museum tidak hanya memiliki fungsi sebagai pelindung benda [[cagar budaya]], melainkan juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi publik. Hal itu juga ditegaskan dalam kode etik ''ICOM'', “Museum memiliki tugas penting untuk mengembangkan peran pendidikan dan menarik pengunjung lebih luas dari kalangan masyarakat, lokalitas, atau kelompok yang dilayaninya. Interaksi dengan masyarakat pendukung dan pembinaan serta promosi warisan yang diampunya merupakan bagian integral dari pendidikan yang harus dilaksanakan oleh museum.<ref>Rusdi, Fitriana Uli. 2013. Museum Transportasi Maritim Mengembalikan Kejayaan Maritim Indonesia di Masa Mendatang. Skripsi Sarjana S-1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Lihat: S1-2013-285153-chapter1.pdf </ref>
Baris 41:
 
== Museum Kapal Selam Senopati ==
Museum Kapal Selam Pasopati<ref>{{Cite news|url=http://travel.kompas.com/read/2017/06/22/142100627/monumen.kapal.selam.surabaya.bukti.kejayaan.maritim.indonesia|title=Monumen Kapal Selam Surabaya, Bukti Kejayaan Maritim Indonesia - Kompas.com|last=Media|first=Kompas Cyber|newspaper=KOMPAS.com|language=en|access-date=2017-10-17}}</ref> berada di [[Surabaya]], tepatnya di Jalan Pemuda, Embong Kaliasin, Genteng. Museum ini didirikan pada tahun 1995 atas inisiasi [[Gubernur]] [[Jawa Timur]] pada masa itu, Basofi Soedirman, dan pihak [[TNI Angkatan Laut]]. Di dalam Museum Kapal Selam Pasopati terdapat kapal selam asli bernomor lambung Pasopati 410 di bawah Korps Hiu Kencana TNI-AL. Pengelolaannya sendiri berada di bawah PUSKOPAL (Pusat Koperasi Angkatan Laut) yang merupakan bagian dari usaha [[Angkatan laut]] dalam mengelola aset-asetnya. Adapun pendirian Museum Kapal Selam Pasopati selain sebagai [[Objek wisata]] edukasi juga sebagai upaya untuk mengenang jasa Kapal Selam Pasopati pada masa baktinya.
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur komunikasi pada Museum Kapal Selam Pasopati:
Baris 77:
'''1.Sumber'''
 
Sumber daya manusia dalam Museum Kapal Selam Pasopati Surabaya berperan sebagai  pelaksana dan pengelola museum. Berdasarkan sumber penelitian sebelumnya, sumber daya manusia yang mengelola dan menjalankan fungsi di [[Museum]] Kapal Selam Pasopati termasuk dalam kategori kurang memadai. Hal itu disebabkan oleh banyaknya ketidaksesuaian antara peran yang diampu dengan latar belakang pendidikan. Sebagai contoh, di Museum Kapal Selam Senopati Surabaya, peran kurator, tata pameran, dan konservasi tidak memiliki ''background'' pendidikan formal. Padahal, standar minimal untuk menjadi kurator adalah S1 Permuseuman atau bidang lain yang sejenis; standar minimal untuk tata pameran adalah D3 seni rupa; sedangkan standar minimal untuk konservasi adalah SMA jurusan IPA.
 
'''2. Pesan'''
Baris 85:
'''3. Media'''
 
Media utama yang digunakan dalam Museum Kapal Selam Pasopati adalah Kapal Selam Pasopati itu sendiri. Kapal selam tersebut berpotensi menjadi media komunikasi pesan yang baik karena keunikan dan kelangkaannya. Bahkan, Kapal Selam Pasopati disebut-sebut sebagai satu-satunya di Indonesia dan [[Asia Tenggara]]<ref>{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/menyelami-kejayaan-kri-pasopati-di-monumen-kapal-selam|title=Menyelami Kejayaan KRI Pasopati di Monumen Kapal Selam {{!}} IndonesiaKaya.com - Eksplorasi Budaya di Zamrud Khatulistiwa|last=Kaya|first=Indonesia|website=IndonesiaKaya|access-date=2017-10-17}}</ref>. Oleh karena itu, media utama komunikasi Museum Kapal Selam Pasopati dapat digolongkan sebagai media komunikasi yang unik.
 
'''4. Pengunjung'''
Baris 97:
'''6. Gangguan'''
 
Secara umum, masih banyak terdapat gangguan dalam unsur komunikasi Museum Kapal Selam pasopati. Gangguan itu dibagi menjadi gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik terjadi akibat ukuran ruang kapal yang sempit, penuh, sesak, dan membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Selain itu, panggung hiburan dan kolam renang yang berada di sekitar kapal selam juga menyebabkan ketidaknyamanan. Sementara gangguan psikologis muncul akibat adanya kebingungan pengunjung karena ''storyline'' yang ada tidak dikonsep dengan baik dan unsur sumber komunikasi museum tidak kompeten sehingga menimbulkan kebingungan pada pengunjung.
 
== Museum Kapal Samudraraksa ==
Museum Kapal Samudraraksa<ref>{{Cite news|url=http://news.liputan6.com/read/108468/museum-kapal-di-candi-borobudur|title=Museum Kapal di Candi Borobudur|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-10-16}}</ref> berada di dalam Komplek Taman Wisata [[Borobudur]], Kabupaten [[Magelang]], [[Jawa Tengah]]. Museum ini baru dibangun pada tahun 2004 dan diresmikan pada tahun 2005 oleh Menkokesra dan Presiden Susilo Bambang [https://news.detik.com/berita/431532/sby-resmikan-museum-kapal-samudraraksa Yudhoyono]. Sementara itu, pengelolaan Museum Kapal Samudraraksa dibawahi langsung oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur. Sedangkan tema utama yang diangkat dalam museum tersebut adalah pelayaran Kapal Samudraraksa ke [[Afrika]] dalam rangka ekspedisi kebudayaan maritim sekaligus rekonstruksi pelayaran dan perniagaan pada masa lampau. 
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur pada Museum Kapal Samudraraksa<ref name=":0" />:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
Baris 152:
'''5. Efek'''
 
Dalam hal efek, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak pengunjung yang mengalami keragu-raguan apakah pesan yang disampaikan museum cukup menginspirasi atau tidak. Selain itu, pengunjung kategori pelajar (SMP dan SMA) sebagian besar merasa tidak memperoleh tambahan pengetahuan yang signifikan setelah mengunjungi museum.
 
'''6. Gangguan'''
Baris 199:
'''2. Pesan'''
 
Pada dasarnya, pesan yang dikonsep oleh Museum Bahari [[Yogyakarta]] belum sesuai dengan tema besar yang ingin diangkat. Visi utama Museum Bahari Yogyakarta adalah menanamkan semangat kemaritiman khususnya pada masyarakat [[Yogyakarta]], sementara pesan yang disampaikan sebagian besar mengutip biografi tokoh Laksda (purn) Didik Heru Purnomo. Selain itu, konsep pesan yang ditampilkan tersebut juga tidak terarah sehingga bagi pengunjung yang awam merasa bahwa pesan tidak tersampaikan dengan baik.
 
'''3. Media'''
Baris 207:
'''4. Pengunjung'''
 
Pengunjung utama Museum Bahari [[Yogyakarta]] adalah anak-anak (PAUD, TK, SD), mahasiswa, dan masyarakat umum (orang tua dan guru). Hasil penelitian yang sama mengungkapkan bahwa ruang-ruang museum banyak yang tidak sesuai dengan kategori pengunjung yang didominasi oleh anak-anak dan pelajar. Selain itu, seluruh pengunjung juga menginginkan adanya media komunikasi yang menggunakan teknologi informasi seperti [[Audio visual]] dan smart tablet serta menginginkan ditampilkannya pengetahuan-pengetahuan baru tentang kemaritiman. Namun demikian, ruang videorama dan anjungan kapal cukup diminati oleh pengunjung dan sesuai dengan minat pengunjung.
 
'''5. Efek'''
Baris 254:
'''2. Pesan'''
 
Secara umum, masih terdapat ketidaksesuaian dan ketidakseimbangan pesan antara tema besar yang diangkat dengan isi serta perbandingan antara objek dengan informasi. Sebagai contoh, tema museum tentang kebaharian Indonesia yang seharusnya mengangkat sejarah kemaritiman kerajaan-kerajaan [[Nusantara]] justru malah mengangkat kejayaan VOC. Selain itu, pesan museum yang akan lebih sesuai jika mengangkat kemaritiman pada abad pra-sejarah justru mengangkat pelayaran [[VOC]] dan pelayaran [[Kapal Phinisi]] ke [[Kanada]].  Selain contoh tersebut, masih ada beberapa contoh mengenai ketidaksesuaian pesan museum dengan tema utama yang disampaikan Museum Bahari Jakarta.
 
'''3. Media'''
 
Media utama yang digunakan dalam Museum Bahari [[Jakarta]] adalah koleksi asli, sementara media pendukungnya adalah gambar, poster, replika, dan pemandu museum. Secara garis besar, koleksi asli yang ada di Museum Bahari Jakarta tergolong belum sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan Dirjen Permuseuman. Ada beberapa koleksi yang memiliki nilai penting, tetapi tidak disertai label informasi pendukung sehingga membuat koleksi tersebut tidak bernilai penting.
Baris 270:
== Referensi ==
*
 
[[Kategori:Museum]]
[[Kategori:Sejarah]]