Kajian media: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adeninasn (bicara | kontrib)
Adeninasn (bicara | kontrib)
Baris 48:
Hegemoni dalam bahasa Yunani Kuno disebut ''eugemonia'', sebagaimana yang dikemukakan ''Encyclopedia Britannica'' dalam praktiknya di Yunani, yang diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota (''polis'' atau ''city states'') secara individual. Misalnya, yang dilakukan oleh kota Athena dan [[Sparta]] terhadap negara-negara lain yang sejajar. Konsep hegemoni sebenarnya secara historis pertama kali diproduksi di [[Rusia]] pada tahun 1880 oleh Plekhanov yaitu seorang Marxis asal Rusia. Konsep ini dibangun sebagai bagian dari strategi guna menjatuhkan Pemerintah [[Tsar]].{{sfn|Arief|Patria|2009|p=16}}
 
Setelah Plekhanov, konsep hegemoni dijadikan basis material oleh [[Lenin]] dalam mendefinisikan konsep perjuangan politiknya. Bagi Lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi; suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk mendapatkan dukungan dari pihak mayoritas.{{sfn|Simon|2004|p=21}} Lalu [[Antonio Gramsci]] melakukan upaya teoretis dalam pencarian hubungan antara teori dan praktik dalam marxisme yang kemudian dikenal dengan teori hegemoni Gramsci.{{sfn|Amin|2014|p=102}} Menurut Mansour Fakih dalam {{harvcoltxt|Simon|2004|p=XVIII}},; bagi [[Antonio Gramsci|Gramsci]], kelas sosial akan memperolah keunggulan atau supremasi terhadap kelas lain melalui dua cara, yaitu melalui cara dominasi atau paksaan (''force'') atau melalui cara kepemimpinan intelektual dan moral (''consent''). Bagi Gramsci, proses hegemoni terjadi apabila cara hidup, cara berpikir, dan pandangan masyarakat bawah terutama kaum proletar telah meniru dan menerima cara berpikir dan gaya hidup dari kelompok elit yang mendominasi dan mengeksploitasi mereka. Konsep hegemoni Gramsci ini meluas dan digunakan, baik oleh mereka yang Marxis maupun non-Marxis, baik untuk tujuan melawan kapitalisme maupun untuk tujuan lainnya. Selain itu, menurut Gramsci, pada dasarnya setiap hegemon (orang, kelompok, kelas, ataupun penguasa yang melakukan hegemoni), teruatama kelas yang berkuasa, mencoba untuk melegitimasi kekuasaan, kesejahteraan, dan kehormatannya kepada massa secara ideologis; termasuk [[media massa]] yang dapat menjadi lembaga atau alat yang digunakan untuk melancarkan hegemoni kelas penguasa terhadap kelas tertindas.
 
Di sini, kajian emansipasi jelas sangat dibutuhkan sebagai alat kontra hegemoni; dimana media tidak melulu digunakan sebagai alat legitimasi penguasa atau pemilik modal. Misalnya, seperti yang dilakukan oleh [[Roehana Koeddoes]], seorang wartawati dan aktivis pendidikan perempuan asal [[Minangkabau]]; dalam perjuangannya membela hak-hak kaum perempuan dan orang-orang yang termarjinalkan. Roehana berjuang melalui tulisan, dan ikut melahirkan dan memimpin redaksi surat kabar ''Soenting Melajoe'' di Padang pada tahun 1912. ''Soenting Melajoe'' merupakan surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Beberapa isu sentral yang diperjuangkan Roehana, diantaranya adalah isu kemiskinan kaum perempuan, isu keterbelakangan perempuan di ranah publik, dan isu peran ganda perempuan.{{sfn|Mahardika|2014|p=202-203}} Di penghujung hidupnya, Rohana masih aktif menjadi pemimimpin surat kabar ''Perempuan Bergerak'', ''Surat Kabar Radio'', dan ''Cahaja Sumatra''.<ref>{{cite web|url=http://minangkabaunews.com/artikel-2178-rohana-kudus-wartawan-perempuan-pertama-dari-sumatra-barat.html|title=Rohana Kudus, Wartawan Perempuan Pertama dari Sumatra Barat|website=http://minangkabaunews.com|access-date=2017-10-16}}</ref>