Tionghoa Benteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 18:
== Penggolongan ==
Orang Tionghoa Benteng terbagi menjadi dua golongan berdasarkan keberangkatan mereka dari [[Tiongkok]]:
# Golongan pertama adalah mereka yang datang pada abad ke-15, mereka datang untuk menjadi petani, buruh, pekerja, dan pedagang, mereka mencapai [[Tangerang]] dengan menggunakan perahu sederhana, dan pada awalnya hidup pas-pasan dan bekerja sama dengan kolonial Belanda untuk mencapai standar hidup yang lebih baik. Dewasa ini kebanyakan Tionghoa Benteng golongan pertama ini hidup pas-pas an dan sudah terasimilasi dengan budaya pribumi Sunda dan Betawi. Kebanyakan dari mereka tinggal di pedesaan.
 
# Golongan pertamakedua adalah mereka yang datang pada abad ke-15,18 merekadan datangmendapat untukrestu menjadidan petani,perbekalan buruh,dari pekerjaKaisar, dandengan pedagang,janji bahwa mereka mencapaiakan tetap loyal terhadap Kaisar [[TangerangDinasti Qing]]. denganMereka menggunakandatang perahubersama-sama sederhana,dengan dankapal padadagang awalnyaBelanda hidupdengan pas-pasanmotivasi danmendapat bekerjapenghasilan samayang lebih layak dengan kolonialmenjadi Belandapetani untukkapas mencapaidan standarpadi, hidupbanyak juga yang lebihmenjadi baik.tentara Dewasakolonial ini kebanyakanBelanda. Tionghoa Benteng golongan pertamakedua ini hampir semuanya hidup pas-pas ansejahtera dan sudah terasimilasikental dengan budayasifat pribumiaristokrasi. SundaTerdapat dan7 Betawi.keluarga Kebanyakanbesar dariyang merekaselama tinggalcukup lama menguasai sebagian besar lahan di pedesaanTangerang. Mereka disebut dengan ''"setsei" (seven great families)'' : House of Oey, House of Ong, House of Li, House of Lim, House of Teng, House of The, House of Tan
 
Golongan kedua adalah orang Tionghoa yang datang pada abad ke-18 dan mendapat restu dan perbekalan dari Kaisar, dengan janji bahwa mereka akan tetap loyal terhadap Tiongkok dan Kaisar [[Dinasti Qing]]. Mereka datang bersama-sama dengan kapal dagang Belanda, mereka datang dengan motivasi mendapat penghasilan yang lebih layak dengan menjadi buruh, pedagang, dan banyak juga yang menjadi tentara kolonial Belanda. Tionghoa Benteng golongan kedua ini juga adalah proyek pemerintah kolonial Belanda yaitu "One harmony between 3 races, under one loyalty to the Dutch colonial Empire".
Proyek pemerintah kolonial ini adalah menggabungkan tiga bangsa yaitu Tionghoa, Belanda dan Sunda-Betawi, menjadi satu etnis dengan komposisi 50% tionghoa, 37,5% Sunda-Betawi dan 12,5% Belanda dengan harapan "ras baru" ini hanya akan loyal terhadap pemerintah Belanda. Tionghoa Benteng golongan kedua ini hampir semuanya hidup sejahtera dan mewah.
 
== Pakaian adat ==
Pakaian adat suku Tionghoa Benteng merupakan perpaduan antara pakaian adat suku besar Tionghoa (yang didominasi suku Hokkian) dan pakaian adat [[suku Betawi]]. Pakaian adat prianya berupa baju koko hitam dan celana panjang, dengan topi yang khas yang mirip dengan caping. Sedangkan pakaian adat wanitanya dinamakan hwa kun, yang berupa blus dan bawahan lengkap dengan hiasan kepala serta tirai penutup wajah. Namun seringkali digunakan pula [[kebaya encim]], dengan aksen kembang goyang sebagai hiasan kepala, yang menunjukkan pengaruh Betawi dalam pakaian tersebut.
 
== Kontribusi dalam kelangsunganpada kolonialisme Belanda ==
Tionghoa Benteng golongan kedua tersebut juga adalah proyek pemerintah kolonial Belanda yaitu "One harmony between 3 races, under one loyalty to the Dutch colonial Empire".
Proyek pemerintah kolonial ini adalah menggabungkan tiga bangsa yaitu Tionghoa, Belanda dan Sunda-Betawi, menjadi satu etnis Peranakan mirip dengan Creolle di negara-negara jajahan Spanyol di benua Amerika. Harapan nya "ras baru" ini hanya akan loyal terhadap pemerintah Belanda. Mereka berkontribusi besar terhadap kelangsungan kekuasaan kolonial Belanda di Tangerang, banyak dari mereka yang diangkat menjadi kapitein Tionghoa (House of Oey) pada era feodalisme tuan tanah di Tangerang, dan mereka sangat loyal terhadap Belanda.
Pada saat Jepang menduduki Indonesia, mereka melawan Jepang dengan gagah berani walaupun akhirnya kalah.
Tangerang merupakan daerah terakhir yang dikuasai Belanda di pulau Jawa, daerah ini baru diserahkan kepada Republik pada tahun 50-an.
 
Pada tahun 1946, terjadi kerusuhan etnis di Tangerang, kaum Pribumi menuduh Tionghoa berpihak ke Belanda. Terlebih setelah [[Pao An Tui]], tentara Tionghoa Benteng pro-NICA, mengirim tentara dan mengungsikan masyarakat Tionghoa Benteng yang selamat ke Batavia. Etnis pribumi pendatang (kebanyakan Jawa dan Madura) beserta beberapa kelompoklaskar religiusliar Sundaseperti danLaskar BetawiHitam, melakukan peyerangan terhadap orang Tionghoa Bentengmereka karena dianggap terlalu loyal terhadapcollaborator NICA, akhirnya kerusuhan ini berhasil diredam oleh tentara gabungan NICA dan Pao Au Tui. Tangerang merupakan daerah terakhir yang membeladikuasai orangBelanda Tionghoadi Bentengpulau Jawa, daerah ini baru diserahkan kepada Republik pada tahun 50-an.
 
Orang-orang Tionghoa Benteng merasa sangat kehilangan ketika Belanda meninggalkan Tangerang pada tahun 50-an dan menyerahkan kota itu kepada Republik, karena mereka kehilangan pelindung mereka, maka terjadilah penyerangan dan perampasan terhadap orang-orang Tionghoa Benteng, banyak di antara mereka yang dulunya kaya sekarang menjadi miskin karena harta leluhur mereka dirampas. Orang Tionghoa benteng hidup lebih sejahtera selama pada zaman kolonial belanda daripada setelah Tangerang masuk ke-dalam Republik Indonesia.
Di Belanda dan Oklahoma pun orang Tionghoa Benteng mudah ditemui di antara komunitas tionghoa disana, karena kebanyakan orang tionghoa yg ada di Belanda adalah orang Tionghoa Benteng yang melarikan diri setelah Tentara Pao An Tui mengalami kekalahan melawan tentara republik.
 
== Masa kini ==