Konsili Trento: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Ign christian (bicara | kontrib)
Baris 38:
Konsili Trento juga membahas masalah dalam musik gereja. Ada dua masalah mendasar yang dibahas. Yang pertama, sifat duniawi dianggap telah menodai musik gereja, termasuk misa-misa yang berdasarkan ''cantus firmus'' sekuler, misa parodi berdasarkan ''chanson'', dan [[polifoni]] kompleks. Itu semua membuat pelafalan teks dalam musik gereja tidak terdengar jelas. Masalah yang kedua adalah ucapan kata-kata yang kurang jelas, pemakaian alat-alat keras dalam gereja, kesembronoan, dan sikap dari para penyanyi koor. <ref name="Rod">McNeill, Rhoderick J. ''Sejarah Musik: Musik Awal Sejak Masa Yunani Kuno Sampai Akhir Masa Barok''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1998.</ref>
 
Hasil terakhir Konsili Trento tentang musik gereja adalah ”segala hal yang bersifat tidak sempurna atau menimbulkan nafsu birahi{{clarification needed|reason=Apa benar yang dimaksud "birahi"?}} harus dicegah supaya Rumah Allah menjadi benar-benar disebut rumah doa”. Pemakaian polifoni dan teknik parodi dengan musik sekuler dalam misa secara khusus tidak dilarang. Hal ini disebabkan karena Palestrina{{who|reason=Palestrina adalah nama tempat}} (komponis paling agung diseluruh dunia) berhasil memperlihatkan musik polifonik dalam enam suara yang tidak mengganggu kehikmatan ibadah dan teksnya tetap terdengar jelas. <ref name="Rod"/>
 
Efek dari Konsili Trento dalam hal musik gerejawi adalah, menjadikan gaya musik Roma sebagai contoh gaya musik gerejawi “ sebagaimana mestinya” yang disimpulkan sebagai berikut: