Tarombo Batak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 188:
===
===== Teks judul =====
===Untukmu Tarombu Naipospos
Pada pertemuan yayasan Naipospos yang dilaksanakan di senayan (tahunnya lupa) saya mendapat undangan dan hadir. Dalam undangan tertulis Naipospos sipitu ama: 1) Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang. Akbar Tanjung juga hadir waktu itu dengan atribut kenegaraan. Yang kami tangkap itu alasan beliau berbahsa indonesia (bahasa batak sedikit saja).
Konfirmasi kami atas tarombo Naipospos adalah sebagai berikut (fersi tarombo dari orang tua kami): Naipospos mempunyai dua anak yaitu: Toga Marbun dan Toga Sipoholon. Toga Marbun kemudian tinggal di Bakkara dan diakui menjadi marga marbun. Toga Marbun menurunkan tiga putra yaitu: Lumban Batu, Banjarnahor, dan Lumban Gaol. Toga Sipoholon (yang kami ketahui) menurunkan empat putra, yaitu: Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang.
Dari cerita dari mulut ke mulut yang kami ketahui (memang kurang layak disebut, kecuali ada niat demi kebaikan dan kerukunan bersama), bahwa Sibagariang dikenal dengan sifatnya yang kurang demokratis, terutama sebagai anak tertua dalam keluarga Toga Sipoholon. Disana ada cerita penguburan Toga Naipospos yang tergesa-gesa, tanpa ditunggu kehadiran putranya (Toga Marbun) dari Bakkara. Hal demikian sangat tidak biasa bagi orang batak. Yang kami pahami pula, bahwa Marbun adalah putra Naipospos dan Toga Sipoholon juga, akan tetapi terlahir dari dua isterinya. Kami paham bahwa dalam kondisi demikian (marimbang=satu suami dua/lebih isterinya) antara putra dari kedua isteri tersebut, tidak seakrab yang satu bapa satu ibu. Namun keidak harmonisan demikian bukanlah kehendak sendiri, maka tidak baik untuk dipersoalkan.
Harapan kami, tarombo memang penting, karena dengan tarombo kita ketahui kita nomor berapa dan seterusnya, maka partuturan akan mudah ditentukan. Contoh bila nomor 15 ke nomor 14, maka panggilannya adalah bapa (bapa uda atau bapa tua). Bila nomor 15 ke nomor 17, maka dipanggil cucu (atau sebaliknya panggil ompung). Tapi apakah partuturan kita, yang merasa tau silsilah/tarombo sudah benar? Yang kami perhatikan, justru tidak, sering tarombo di abaikan demi kepentingan/keuntungan pribadi. Itu bukan bagian dari pembicaraan tarombo. Semoga dengan martarombo tegur sapa kita semakin berkenan bagi Tuhan, dan tentunya bagi sumangot mereka para leluhur kita.
Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang. Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan, maka padan itu harus jelas, antara siapa dan siapa (sebutkan jelas). Padan yang kami pahami adalah antara Marbun dan Sihotang. Disana ada makna saling menolong yang sangat dalam antara dua sahabat Marbun dan Sihotang yang sering bersama-sama berburu ke ladang, dan lama baru pulang ke rumah.
Note:
Bila ada kata yang salah, jangan disimpan di dalam hati.
Tiniptip sanggar ma laha bahen huru-huruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan. (Buat sesama semarga: Jolo sinukkon nomor asa bonoto partuturan). Tutur mestinya manuturi, jangan yang lain. Syalom... Adios...permios.
=== Raja Naipospos ===
|