Hegemoni budaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Caw252 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Caw252 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Antonio Gramsci mencetuskan teori Perang Manuver, yaitu, perebutan hegemoni budaya secara frontal (biasanya melalui aksi militer), dan teori Perang Posisi dimana perebutan hegemoni budaya dilakukan secara bertahap dan melalui proses panjang.
 
== Latar belakangEtimologi ==
 
=== Etimologi ===
Evolusi etimologi dan historis dari kata Yunani ''ἡγεμονία ''berlangsung demikian:
* Di [[Yunani Kuno]] (abad ke-8 SM – abad ke-6 M), ''ἡγεμονία'' (kepemimpinan) melambangkan dominasi politik–militer sebuah [[Negara kota|kota-negara]] terhadap kota-negara lainnya, seperti di [[Liga Korinthos|Gedung League]] (338 SM), sebuah [[federasi]] negara–kota Yunani yang didirikan oleh Raja [[Filipus II dari Makedonia|Philip II dari Makedonia]], untuk memudahkan akses ke dan pemanfaatan militer Yunani dalam melawan K[[Kekaisaran Persia|ekaisaran Persia]].
Baris 14 ⟶ 12:
* Pada abad ke-20, denotasi politik-ilmu dari ''hegemoni'' (dominasi) meluas hingga mencakup [[Imperialisme budaya|penjajahan budaya]]; budaya, dan dominasi oleh kelas penguasa di masyarakat yang memiliki strata sosial. Bahwa dengan memanipulasi ideologi dominan (nilai-nilai budaya dan adat istiadat) masyarakat setempat, kelas penguasa dapat mendominasi kelas-kelas sosial lainnya secara intelektual dengan memberlakukan [[pandangan dunia]] (''Weltanschauung'') yang membenarkan ''status quo ''di ranah sosial, politik, dan ekonomi masyarakat seolah-olah hal tersebut wajar, normal, dan tidak dapat dihindari.<ref>Clive Upton, William A. Kretzschmar, Rafal Konopka: ''Oxford Dictionary of Pronunciation for Current English''. Oxford University Press (2001)</ref><ref>''[//en.wiki-indonesia.club/wiki/Oxford_English_Dictionary Oxford English Dictionary]''</ref><ref>{{Citation|title=US Hegemony|url=http://www.flagrancy.net/timeline.html|contribution=Timeline|publisher=Flagrancy}}</ref>
 
=== SejarahLatar Belakang ===
Pada tahun 1848, [[Karl Marx]] berteori bahwa [[Resesi|resesi ekonomi]] dan kontradiksi praktis di masyarakat kapitalis akan memprovokasi [[Buruh|kelas pekerja]] untuk melakukan revolusi untuk menggulingkan [[kapitalisme]] dan merestrukturisasi lembaga-lembaga sosial (ekonomi, politik, sosial) sesuai faham [[sosialisme]]. Semua ini akan membawa masyarakat tersebut menuju [[komunisme]]<nowiki/>. Dalam istilah Marxisme, perubahan [[Dialektik|dialektika]] pada fungsi [[ekonomi]] masyarakat menentukan budaya dan politik sosial dan ekonomi. Proses ini terjadi seakan seperti sesuatu hal yang wajar dan sudah seharusnya terjadi.
 
Antonio Gramsci mengambil teori hegemoni Marxisme tersebut, namun mengusulkan bahwa hegemoni budaya akan sosialisme bukanlah sesuatu hal yang niscaya tetapi merupakan bagian dari dialektik kritis masyarakat dimana ada kemungkinan lahirnya filsafat dari akal sehat rakyat sendiri.<ref name=":0">{{Cite news|url=https://nurulhuda.wordpress.com/2006/11/21/perihal-hegemoni-dan-perang-posisi/|title=Perihal Hegemoni dan Perang Posisi|date=2006-11-21|newspaper=Rumah Indonesia|language=en-US|access-date=2017-10-29}}</ref> '''Perang Posisi''' merupakan aksi perebutan atau pengambil alihan hegemoni yang ada melalui manuver panjang dari berbagai lini sosial politik. Gramsci percaya bahwa perjuangan masyarakat umum untuk menciptakan budaya proletar yang sistem nilai aslinya melawan hegemoni budaya [[Borjuis|kaum borjuis]] harus melalui perang budaya dan pengetahuan tentang [[antikapitalisme]]. Budaya ini kemudian akan meningkatkan kesadaran kelas, mengajarkan tentang teori [[revolusi]] dan analisis sejarah, serta menyebarkan organisasi revolusi ke kelas-kelas sosial. Kemudian, pemimpin sosialis biasanya akan berusaha memegang kekuasaan politik dan mendapatkan dukungan untuk memulai manuver kesejahteraan yang dikumandangkan sistem sosialisme. Karena itulah, Gramsci menekankan bahwa revolusi proletariat baru dapat terjadi jika masyarakat kelas bawah siap secara intelektual, budaya, dan politik karena semua ini diperlukan agar kaum proletar dapat berhasil merebut hegemoni budaya, atau dalam kata lain memenangkan Perang Posisi. Gramsci menggunakan strategi Perang Posisi untuk mematahkan hegemoni borjuis melalui kepemimpinan intelektual, budaya, dan ideologis dalam lembaga-lembaga swasta, sekolah-sekolah, gereja, industri, dan asosiasi kota dan pedesaan.<ref name=":0" /> Di lain sisi, '''Perang Manuver''' adalah konflik frontal terbuka antar kelas sosial yang hasilnya akan terlihat dari hasil revolusi tersebut. Contoh Perang Manuver adalah revolusi Lenin di Rusia, represi berdarah gerakan Spartan di Jerman (1918), dan pelucutan dewan pekerja di Italia oleh Bienno Rosso (1919-20).<ref>{{Cite news|url=https://blog.p2pfoundation.net/p2p-tactics-war-of-position-and-war-of-maneuver/2013/08/07|title=P2P Tactics: War of Position and War of Maneuver? {{!}} P2P Foundation|date=2013-08-07|newspaper=P2P Foundation|language=en-US|access-date=2017-10-29}}</ref>
 
Dominasi budaya awalnya diterapkan sebagai sebuah analisis Marxisme mengenai "kelas ekonomi" ([[Infrastruktur dan suprastruktur (filosofis)|basis dan suprastruktur]]). Antonio Gramsci kemudian mengembangkannya untuk memahami kelas sosial; oleh karena itu, hegemoni budaya mengusulkan bahwa norma-norma budaya yang berlaku di suatu masyarakat dan diterapkan oleh kelas penguasa ([[Borjuis|hegemoni budaya]] borjuis), tidak seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang alami dan tak terhindarkan. Sebaliknya, harus dianggap sebagai konstruksi sosial (oleh [[Pranata|lembaga]], praktek, [[Keyakinan dan kepercayaan|keyakinan]], dan sebagainya) yang harus diselidiki lebih lanjut tentang akar filosofisnya hingga dapat menjadi universal. Pengetahuan praksis seperti ini sangat diperlukan untuk pembebasan intelektual dan politik dari kaum [[proletariat]], sehingga pekerja dan petani, orang-orang perkotaan, dan bangsa suatu negara dapat membuat budaya kelas pekerja mereka sendiri yang membahas kebutuhan sosial dan ekonomi kelas sosial mereka masing-masing.