Liyan (filsafat): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Sejarah Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
|||
Baris 6:
Dalam pandangan Freud, anak laki-laki menginginkan ibunya, dan secara tak sadar mau mengganti ayahnya, tetapi karena mengetahui ayahnya kuat, ia takut akan hukum kastrasi. Kecemasan akan kastrasi ditambah dengan konflik [[Oidipus|Oedipus]] diselesaikan dengan menekan perasaan-perasaan seksualnya terhadap ibunya; yaitu dengan berhenti bersaing dengan ayahnya, dan mulai mengidentifikasi diri dengannya. Apabila pemecahan dalam tahap ini tidak sempurna, anak laki-laki akan semakin membenci ayahnya dan menggeneralisasikan perasaan ini kepada semua figur autoritas.{{sfn|Semiun|2006|p=46}} Sebaliknya, dalam kasus anak perempuan, Freud berpendapat bahwa ia menginginkan ayahnya dan secara tak sadar ingin mengganti ibunya. Akan tetapi, tidak seperti anak laki-laki yang mengalami kecemasan akan kastrasi; anak perempuan menemukan bahwa dirinya tidak memiliki penis, yang menyebabkan perasaan iri terhadap penis (''penis envy''). Kompleks ini disebut kompleks [[Elektra]], yang diambil dari watak [[Agamemnon|Agamemmon]] yang membujuk saudara laki-laki-nya untuk membunuh ibu mereka, sehingga ia bisa mengawini ayahnya. Kompleks ini diselesaikan dengan menekan keinginan akan ayahnya dan bersaing dengan ibunya serta mengidentifikasikan diri dengannya. Freud berpendapat bahwa kebanyakan anak perempuan sesungguhnya tidak pernah bisa mengatasi perasaan iri terhadap penis atau benar-benar mengidentifikasikan diri dengan ibunya. Akibatnya, Freud mengemukakan bahwa para perempuan pada umumnya memiliki tingkat moralitas lebih rendah daripada para laki-laki.{{sfn|Semiun|2006|p=46}} [[Simone de Beauvoir|Beauvoir]] menolak pendapat Freud yang menempatkan perempuan sebagai manusia kelas dua, berdasarkan [[anatomi]] tubuhnya. Menurutnya, perempuan iri terhadap mereka yang memiliki penis, bukan karena mereka ingin penis itu sebagai penis; tetapi karena mereka menginginkan keuntungan material dan psikologis yang diberikan kepada pemilik penis. Status sosial laki laki tidak dapat ditelusuri dari karakteristik tertentu dari anatomi laki laki; tetapi, wibawa penis harus dijelaskan melalui kekuasaan Sang Ayah dalam mitos [[Oidipus|Oedipus]]. Perempuan adalah liyan bukan karena mereka tidak memiliki penis, melainkan karena mereka tidak memiliki kekuasaan.{{sfn|Sumiarni|2004|pp=264–265}} [[Jacques Lacan]] menjelaskan [[tatanan simbolik]] sebagai fase [[kompleks oedipus]] dalam pemikiran Freud; serta menafsirkan teori "''penis envy''" sebagai hasrat ingin mengetahui seperti apa rasanya berada dalam suatu kelompok lain;{{sfn|Lukman|2011|p=94}} dalam [[tatanan simbolik]] perempuan disingkirkan atau direpresi, dan dipaksa untuk tunduk dalam tatanan itu di luar keinginannya. Karena perempuan menolak untuk menginternalisasi 'Hukum Ayah’, maka hukum ini harus ditekan dari luar. Perempuan diberikan bahasa yang sama seperti yang diberikan kepada laki-laki, yaitu, bahasa maskulin. Meskipun demikian, bahasa ini tidak mengekspresikan apa yang dirasakan perempuan. Perempuan harus bergumam atau tetap bisu dalam [[tatanan simbolik]].{{sfn|Kurniasih|2006|p=320}}
== Jenis kelamin dan gender ==
Pengertian jenis kelamin merupakan pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, manusia jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, jakun, dan memproduksi sperma, sedangkan manusia jenis kelamin perempuan adalah manusia yang memiliki rahim, mempunyai payudara, mempunyai vagina, mempunyai indung telur.
== Catatan kaki ==
{{reflist|3}}
|