Liyan (filsafat): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adeninasn (bicara | kontrib)
Adeninasn (bicara | kontrib)
Baris 2:
== Sejarah ==
=== Filsafat ===
Menurut [[Simone de Beauvoir|Simone de Beauvior]], liyan adalah jenis kelamin kedua. Di mana perempuan adalah liyan. Perempuan disebut demikian karena jenis kelaminnya. Jenis kelamin yang dimaksud; bukan kategori psikologis, juga bukan kategori sosiologis, serta bukan pula antropologis; tetapi kategori ontologis keseharian dan transendental. Liyan adalah konsep ontologis etis; di mana dalam liyan dipertaruhkan nilai keluhuran manusia. Menurut [[Simone de Beauvoir|Beauvior]] perempuan itu dikonstruksi hingga menjadi demikian; dengan kata lain perempuan telah lama terdiskriminasi. Perempuan bukanlah terlahir secara alami, melainkan dikonstruksi.{{sfn|Riyanto|2011|p=55}} [[Simone de Beauvoir|Beauvior]] menegaskan bahwa menjadi manusia bebas adalah menjadi [[subjek]]; dia menempatkan perempuan sebagai liyan, karena menurutnya perempuan dikonstruksi oleh [[kebudayaan|budaya]] melalui penciptaan [[mitos]] tentang perempuan yang irasional, kompleks, sulit dimengerti, dan tercipta untuk menjadi pelengkap laki-laki.{{sfn|Tong|2010|pp=265-266}} Menurut Beauvoir perempuan menerima ke-liyan­-an mereka sebagai misteri [[feminin]], yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui sosialisasi perempuan. Perempuan didefinisikan dengan referensi kepada laki-laki dan bukan referensi kepada dirinya sendiri, dengan demikian perempuan adalah insidental semata, bukan esensial; di mana laki-laki adalah subjek., Sedangkansedangkan perempuan adalah orang lain atau liyan.{{sfn|Beauvior|2004|p=568}} Tetapi, menurut Dorothy Kauffman McCall, opresi perempuan oleh laki-laki terjadi, justru karena dua alasan: “''Pertama'', opresi terhadap perempuan merupakan fakta historis dan saling berhubungan, suatu peristiwa dalam waktu yang berulangkali dipertanyakan dan diputarbalikkan; di manadan perempuan selalu tersubordinasi oleh laki-laki. ''Kedua'', perempuan telah menginternalisasi cara pandang asing bahwa laki-laki adalah esensial, sedangkan perempuan tidak esensial.{{sfn|Tong|2010|p=262}}
=== Psikologi ===
Dalam pandangan Freud, anak laki-laki menginginkan ibunya, dan secara tak sadar mau mengganti ayahnya, tetapi karena mengetahui ayahnya kuat, ia takut akan hukum kastrasi. Kecemasan akan kastrasi ditambah dengan adanya [[Kompleks Oidipus|kompleks Oedipus]] yang diselesaikan dengan menekan perasaan-perasaan seksualnya terhadap ibunya; yaitu dengan berhenti bersaing dengan ayahnya, dan mulai mengidentifikasi diri dengannya. Apabila penyelesaian konflik dalam tahap ini tidak sempurna, anak laki-laki akan semakin membenci ayahnya dan menggeneralisasikan perasaan ini kepada semua figur otoritas.{{sfn|Semiun|2006|p=46}} Sebaliknya, dalam kasus anak perempuan, Freud berpendapat bahwa anak perempuan menginginkan ayahnya dan secara tak sadar ingin mengganti ibunya. Akan tetapi, tidak seperti anak laki-laki yang mengalami kecemasan akan kastrasi; anak perempuan menemukan bahwa dirinya tidak memiliki penis, yang menyebabkan adanya perasaan iri terhadap penis ("''penis envy"''). Kompleks ini disebut Kompleks [[Elektra]], yang diambil dari watak [[Agamemnon|Agamemmon]] yang membujuk saudara laki-laki-nya untuk membunuh ibu mereka, sehingga ia bisa mengawini ayahnya. Kompleks ini diselesaikan dengan menekan keinginan akan ayahnya dan bersaing dengan ibunya serta mengidentifikasikan diri dengannya. Freud berpendapat bahwa kebanyakan anak perempuan sesungguhnya tidak pernah bisa mengatasi perasaan iri terhadap penis atau benar-benar mengidentifikasikan diri dengan ibunya. Akibatnya, Freud menyimpulkan bahwa perempuan pada umumnya memiliki tingkat moralitas lebih rendah daripada laki-laki.{{sfn|Semiun|2006|p=46}} [[Simone de Beauvoir|Beauvoir]] menolak pendapat Freud yang menempatkan perempuan sebagai manusia kelas dua, berdasarkan [[anatomi]] tubuhnya. Menurutnya, perempuan iri terhadap mereka yang memiliki penis, bukan karena mereka ingin penis itu sebagai penis; tetapi karena mereka menginginkan keuntungan material dan psikologis yang diberikan kepada pemilik penis. Status sosial laki laki tidak dapat ditelusuri dari karakteristik tertentu dari anatomi laki laki; tetapi, adanya 'Hukum Ayah' yang dijelaskan melalui kekuasaan Sang Ayah dalam mitos [[Oidipus|Oedipus]]. Perempuan adalah liyan bukan karena mereka tidak memiliki penis, melainkan karena mereka tidak memiliki kekuasaan.{{sfn|Sumiarni|2004|pp=264–265}} [[Jacques Lacan]] menjelaskan melalui teorinya tentang [[tatanan simbolik]] sebagai fase [[kompleks oedipus|kompleks Oedipus]] dalam pemikiran Freud. Dia menafsirkan teori "''penis envy''" sebagai hasrat ingin mengetahui seperti apa rasanya berada dalam suatu kelompok yang lain;{{sfn|Lukman|2011|p=94}} selain itu, dalam [[tatanan simbolik]] perempuan disingkirkan atau direpresi, dan dipaksa untuk tunduk dalam tatanan itu di luar keinginannya. Karena perempuan menolak menginternalisasi 'Hukum Ayah’, maka hukum ini harus ditekan dari luar. Perempuan diberikan bahasa yang sama seperti yang diberikan kepada laki-laki, yaitu, bahasa [[Maskulinitas|maskulin]]. Meskipun demikian, bahasa ini tidak mengekspresikan apa yang dirasakan perempuan. Perempuan harus bergumam atau tetap bisu dalam [[tatanan simbolik]].{{sfn|Kurniasih|2006|p=320}}