Suku Atoni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kucing air (bicara | kontrib)
→‎Referensi: Andreas Yewangoe (1983) "Pendamaian" dan Asnath Natar (2017) "Perempuan Indonesia Berteologi Dalam Konteks"
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 12:
Suku '''Atoni''' (juga dikenal sebagai '''Atoin Meto'' atau ''Dawan''') adalah suku bangsa yang mendiami pulau [[Timor]], tepatnya di Kabupaten [[Timor Barat]], [[Indonesia]] dan [[enklave]] [[Oecussi-Ambeno]], [[Timor Leste]]. Jumlah Populasi orang Atoni mencacpai 600.000 jiwa. Bahasa yang dipertuturkan ialah [[Uab Meto]].Atoni Meto adalah salah satu suku yang berdiam di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Suku Atoni tersebar hampir di seluruh daratan Pulau Timor yang terletak di bagian selatan provinsi NTT. Atoni Meto terdiri dari dua kata yakni Atoni berarti orang atau manusia, ''Meto'' secara harafiah berarti tanah kering. Pada umumnya orang biasa menyebutkan Atoni Pah Meto yang berarti “orang-orang dari tanah kering."(1)
 
Salah satu nilai fundamental dalam kehidupan Atoni Meto terdapat dalam paham ''feto-mone''. ''Feto-mone'' bisa dikatakan sebagai norma atau sikap hidup masyarakat Atoni yang menjadi panduan untuk menjaga dan melestarikan kehidupan masyarakat Atoni. Konsep ini bisa disejajarkan dengan konsep ''manunggaling kawulo gusti'' pada masyarakat Jawa atau Yin-Yang pada masyarakat Tionghoa, berikut penjelasan dari kata ''feto-mone''.
 
·      Kata ''feto'' berarti perempuan. Dalam hubungan dengan baris keturunan, seorang yang dihitung melalui garis keturunan ibu dikategorikan sebagai feto.
 
·      ''Mone'' berarti laki-laki. Dalam hubungan dengan baris keturunan seseorang yang dihitung melalui garis keturunan ayah dikategorikan sebagai ''mone''. Dalam istilah ini, ''feto-mone'' di erjemahkan sebagai feminis-maskulin untuk menjelaskan konsepsi masyarakat Atoni Meto tentang perempuan dan laki-laki. Konsepsi ini dapat dibangingkan dengan konsepsi Yin-yang dalam masyarakat Tionghoa (2)
 
Pandangan relasi-relasi komis dan sosial juga ikut diekspresikan dalam nilai ini. Relasi-relasi itu meliputi relasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam misalnya: ''Uis Pah-Uis Neno'' (Allah Bumi-Allah Langit), ''Ain-Uis Neno-Am-Uis'' (Allah Ibu-Allah Bapa), ''Bife-Atoni'' (perempuan-laki-laki), dan lain sebagainya. (3)
 
Term ''feto-mone'' mengindikasikan satu kesatuan yang tidak bisa hadir tanpa yang lain, seperti hidup yang tidak bisa ada tanpa kesatuan antara laki-laki dan perempuan .(4) Dilihat pada penerapannya, konsep ''feto-mone'' memiliki dampak kehidupan perempuan dan laki-laki seperti pembagian kerja. Masyarakat Atoni membedakan peranan perempuan dan laki-laki.
 
Laki-laki bertugas dalam ranah publik, seperti berperang, membangun hubungan dengan masyarakat luas, dan bekerja di kebun sedangkan perempuan lebih mengurus persoalan privat seperti memasak, mencuci, menjamu tamu dan lain-lain. Alasan perempuan ditempatkan pada ranah privat dikarenakan juga dikarenakan perempuan pada masyarakat Atoni dilihat sebagai “ibu kehidupan”.
Baris 41:
{{reflist|2 Andreas Yewangoe (1983) "Pendamaian"|Sosial=}}
 
== Lihat pula ==
{{portal|Indonesia}}
{{Indonesia-stub}}