Reklamasi daratan di Singapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
Farras (bicara | kontrib)
Baris 39:
Tahun 2009, [[Vietnam]] mengikuti jejak Malaysia dan Indonesia dengan melarang ekspor pasir ke Singapura.<ref name="ftn60">Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors,” ''The Sydney Morning Herald'' (2016).&nbsp;</ref>
 
Pada tahun itu juga, [[Kamboja]] melarang ekspor pasir, tetapi tidak total seperti negara-negara lain. Meski pasir dari dasar laut boleh diekspor, pasir sungai tidak boleh lagi dikeruk dan diperjualbelikan.<ref name="ftn65"/> MoreBeberapa recently,sungai however,yang certainsecara riversalami thatterisi receiveendapan replenishmentspasir ofkarena sanddekat naturallylaut duedikecualikan todari theirlarangan proximity to seawater have been made exempt from this bantersebut.<ref name="ftn65"/> Meski dibatasi, Kamboja saat ini merupakan pemasok pasir utama bagi Singapura. Sebagai pemasok 25% pasir Singapura tahun 2010, Kamboja mengalami perubahan ekosistem yang drastis.<ref name="ftn65"/> Setelah Sungai Tatai (pengecualian larangan) mulai digali tahun 2010, jumlah tangkapan ikan, kepiting, dan lobster warga setempat berkurang sebesar 85%; jumlah wisatawan juga berkurang karena kebisingan proyek meningkat.<ref name="ftn65"/> Warga Kamboja meminta penambangan pasir dihentikan.<ref name="ftn65"/> Kerusakan besar terjadi di seluruh [[Provinsi Koh Kong]] akibat pengerukan ini.<ref name="ftn68">Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors”.</ref>
 
Pemerintah Singapura tidak mau mengungkap sumber pasir impornya.<ref name="ftn68"/> [[Kementerian Pembangunan Nasional (Singapura)|Kementerian Pembangunan Nasional]] mengatakan bahwa pemerintah membeli pasir dari "berbagai sumber yang disetujui", tetapi menegaskan bahwa rincian lebih lanjut bukan informasi publik.<ref name="ftn68"/>