Kerapatan Gereja Protestan Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks semi otomatis (-Obyek, +Objek; -obyek, +objek)
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 22:
 
== Kerapatan Gereja Protestan Minahasa ==
 
Perjalanan Sejarah
 
Gereja [["Wale Pinaesaan E Wakan”]]
 
 
Bab 1. Pendahuluan.
 
A. Pokok – Pokok Pemikiran Penyusunan Sejarah.
 
1. Setiap warga Jemaat Wakan sudah tentu sependapat bahwa berdirinya sidang Jemaat Wale Pinaesaan E Wakan perlu penulisan sejarahnya. Suatu kenyataan yang menyedihkan bahwa sejak berdirinya Tahun 1933 hingga sekarang ini belum ada tulisan lengkap mengenai tulisan sejarah Gereja Merdeka Berdiri Sendiri yang dicanangkan pertama - tama di Wakan dengan nama Wale Pinaesaan E Wakan. Hal ini telah mengakibatkan kurangnya kecintaan generasi penerus terhadap sejarah Gereja dan Perjuangan, suka duka dan faktor – faktor keberhasilannya yang dialami oleh para perintis pendiri Wale Pinaesaan E Wakan sejak tahun 1926 – 1933.
 
2. Hal ini perlu secepat mungkin diatasi agar tidak terjadi keadaan tragis yang kita tidak inginkan yaitu bahwa Sidang Wale Pinaesaan E Wakan sebagai Gereja Otonom Merdeka Pertama di Minahasa yang Didirikan dan di Proklamasikan di Wakan pada tanggal 1 Oktober 1933 akan tinggal nama saja tanpa makna.
 
3. Nasib Gereja kita selanjutnya berada ditangan generasi muda yang beriman. Akan merupakan dosa yang melekat pada generasi penerus apabila tidak berusaha memiliki karya penulisan sejarah yang dapat mengungkapkan keberhasilan dan menghayati perjuangan masyarakat dan Jemaat Wakan mencanangkan tonggak berdirinya Gereja Minahasa Merdeka Pertama di Wakan bahkan yang kemudian bertumbuh dan berkembang menjadi Gereja Nasional Pertama Berdiri Sendiri / Otonomi Sidang yang dikenal sebagai Kerapatan Gereja Protestan Minahasa ( KGPM ) Pertama di Minahasa yang Diproklamasika tanggal 29 Oktober 1933 di Wakan. Berdirinya Gereja Minahasa Merdeka Pertama yang terjadi di Wakan adalah merupakan Perjuangan yang heroik yang mempunyai nilai yang sangat berharga yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh warga Jemaat Wale Pinaesaan E Wakan khususnya dan KGPM pada umumnya.
 
B. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Sejarah.
 
Penyusunan sejarah berdirinya Jemaat Wale Pinaesaan E Wakan dimaksudkan untuk :
 
A. Memberikan informasi dasar pegangan bagi seluruh warga masyarakat Wakan untuk mengetahui sejarah Gereja tersebut yang ditahbiskan pada 1 Oktober 1933 dengan nama Wale Pinaesaan E Wakan.
 
B. Dari sejarah tersebut dapat dipelajari dan ditarik pengalaman bahkan menjadi pengetahuan bagi generasi penerus tentang peristiwa yang dialami oleh para pendahulu pendiri Jemaat Wale Pinaesaan E Wakan yang merupakan modal utama dan motivasi Proklamasi lahirnya Gereja dan Jemaat Kerapatan Gereja Protestan Minahasa Pertama di Wakan pada tanggal 29 Oktober 1933.
 
C. Membina dan meningkatkan iman agar tetap teguh, tabah dan setia melaksanakan tugas panggilan Gereja dibawah panji KGPM.
 
C. Metode Dan Tehnik Penyusunan.
 
1. Dalam penyusunan sejarah ini oleh tim penyusun mengambil dari bahan – bahan tulisan dan cuplikan naskah sejarah dari kumpulan tulisan - tulisan beberapa orang nara sumber yang dianggap reprentative ada hubungan dengan pelaku – pelaku sejarah antara lain :
Baris 61 ⟶ 34:
 
2. Penulisan sejarah ini menggunakan metode dan teknik penyusunan dengan memverifikasi, membandingkan, merangkaikan, dan menganalisa data – data terutama kronologis tanggal dan tahun yang sempat dikumpulkan dari berbagai pihak.
 
Bab 2. Situasi Di Minahasa Pada Abad XV.
 
A. Agama Mula – Mula Di Minahasa.
 
1. Sebelum usaha Penginjilan oleh Bangsa Portugis 1512 dan Spanyol 1251 di Wilayah Timur Indonesia khususnya di Ternate, Tidore dan pesisir pantai Manado, Amurang, orang Minahasa yang meliputi kaum Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tolour, Tonsawang, Ratahan, Bantiq dan Ponosakan pada mulanya menganut unsur agama / kepercayaan Alifuru. Lebih sepertiga kaum Minahasa yaitu Minahasa Tengah dan Minahasa Selatan adalah penganut Alifuru Tontembuan.
 
• Kasuruan, Nimena Intana wo Langit / Allah yang menjadikan bumi dan langit.
 
• Wailan Kasuruan Wangko, Allah Maha Karya, Maha Kuasa (Ban. Kej 1:1-3, Maz. 121:2-3 ).
 
• Kasuruan Wangko tempatnya di Kayaan ( Ruang, Luas, Terang, Mulia ) Singgasana Kasuruan Wangko, Allah dibumi, yaitu dikuntung I Wailan kompleks gunung Soputan ( band. Dengan gunung Moria dan Sion di Alkitab ).
 
Selain itu ada Se Kasuruan maruru, masule, yaitu malak pendamping, pembantu si Kasuruan Wangko ( sama dengan malak Hua di Alkitab ) Singasana Malak – Malak pendamping / pembantu di gunung Manembo-Nembo didekat tiap – tiap desa tua.
 
• Sungai Allah Kasuruan Wangko ialah sungai Ranoiapo yang berhulu di pegunungan Wulur Maatus seratus jijir / puncak dan di gunung Soputan, bermuara di Kota Amurang teluk Amurang ( Band sungai Yarden ).
 
• Orang Tontembuan khususnya dan Minahasa umumnya mempercayai adanya Wara endo dan Wara wengi / burung manguni sebagai pesuru rurudan dan juru bahasa pemberi tanda suara dari Kasuruan Wangko bagi manusia ( Band. Pengkh. 10:20 ) dewa Wara endo dan Wara wengi bertempat di karondoran kuntung I Walian di Tombasian dekat Kawangkoan Atas.
 
• Pada umumnya orang Minahasa tidak menyembah pohon, batu, patung dsb. Batu dan pohon hanya untuk tempat meletakkan persembahan untuk memohon pada yang ilahi, ( Band. Abraham membawa persembahan di gunung Tuhan dan Yakub dengan batu Bethel ).
 
• Orang mati mula-mula jiwanya mengembara ( Band. Ibr. 11:13,38 ) lalu ke gunung apo atau manembo dekat desa kemudian ke Karandoran bilik orang-orang benar atau Wuni Kaengkolan bilik orang-orang berdosa terhukum.
 
2. Kedatangan orang Portugis dan Spanyol di Wilayah Timur Indonesia membawa dua pengaruh kepada penduduk Minahasa yaitu pertama: pengaruh kebudayaan barat modern dan kedua: pengaruh agama Kristen; maka cepat sekali orang Minahasa menerima menjadi pemeluk agama Kristen karena agama / kepercayaan Alifuru tersebut diatas ternyata mempunyai banyak persamaan dengan yang ada di Alkitab ( Band. Rom.1:19-20 ).
 
Hal ini disebabkan oleh sifat kepribadian Minahasa yang dibentuk oleh budaya dan pendidikan kepahlawanan sebagaimana yang terlukis dalam tarian perang kabasaran / cakalele, ternyata dapat dilunakkan dalam penjabaran agama berpangkal pada ajaran opo Wailan Kasuruan yang artinya dapat dikembangkan pengertian Tuhan Allah Pencipta. Selain itu sifat ramah tamah dan keterbukaan orang Minahasa untuk menyesuaikan diri dengan menerima kebudayaan barat. Dan sebaliknya kepribadian orang Minahasa yang menarik bagi orang asing / Eropa yaitu suatu sifat yang tidak dapat disepelekan dimana dalam keadaan pertentangan orang Minahasa dapat menguasai keadaan dengan strategi menyerang dan menaklukkan lawan-lawannya.
 
B. Bangsa Eropa Di Minahasa.
 
Misi Pengkristenan Di Minahasa.