Islam di Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k perbaiki; perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Tokyo Camii.jpg|rightka|Sebuah masjid di [[Tokyo]].|thumbjmpl|200px]]
{{Islam by country}}
'''Islam di Jepang''' biasanya dianut oleh orang Turki, Arab, Melayu, dan Indonesia yang melakukan studi atau bekerja di Jepang.{{cn}} Islam dalam bahasa Jepang adalah イスラム教 ([[bahasa Jepang]]: ''isuramukyou'')
Baris 15:
Dua orang Jepang Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawat negara Turki disebabkan turut berduka cita dengan korban tewas dalam kecelakaan maut Ertugrul. Dia mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.
 
Bagaimana punBagaimanapun, kehidupan komunitas Muslim yang benar tidak bermula sehingga beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kirghizstan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan Rusia, pengaruh Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini.
 
<!--[[Berkas:Shaykh Ibrahim Sawada.jpg|right|Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Center di [[Tokyo]]|thumb|200px]]-->
Baris 21:
 
=== Setelah Perang Dunia II ===
[[Berkas:Kobe mosque01 2816.jpg|thumbjmpl|rightka|250px|Gerbang muka [[Masjid Kobe]].]]
Saat [[Perang Dunia II]], salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer di Jepang melalui pendirian pusat-pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negara [[Asia Tenggara]] sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan ''"La ilaha illa Allah"'' digunakan ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, lebih dari 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, pusat-pusat pengkajian ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di negara [[RRT]] dan negara-negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun [[1945]], pusat-pusat pengkajian ini menghilang sama sekali.