Band Gipsy: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Pada awal 1970-an, keduanya pernah manggung bersama di [[Bank Indonesia]] dengan mengolaborasikan musik barat dengan musik Bali. Saat itu, musik Bali dipimpin oleh kelompok gamelan, yaitu ''[[Waya Suparta Wijaya]]''. Dengan gaya khas Gipsy sebagai grup band dengan jiwa gipsy, menjadikan band tersebut menjadi unik dan berhasil dalam mengembangkan karirnya di rancah musik Indonesia.<ref>{{Cite book|title=Almanak Musik Indonesia 2005-2015|last=M. Nugroho|first=Kelik|publisher=Yayasan Tali Kemanusiaan|year=2015|isbn=978-602-73654-0-7|location=Jakarta|pages=133}}</ref>
 
''[[Chopin Larung]],'' merupakan salah satu lagu karya Guruh Gipsy. Dengan bertemakan Dewa Laut, lagu ini menggambarkan adanya rasa kebingungan karena tidak mengerti jika bangsanya merusak seni budaya. Hal ini seperti merefleksikan kegelisahan Guruh atas seni budaya Bali yang tercemar oleh kehadiran budaya asing. Untuk mendukung gambaran pada lagu ini, liriknya menggunakan bahasa Bali. Sebenarnya, tidaklah mudah bagi Guruh Gipsy untuk mempersatukan musik mereka ke dalam sebuah komposisi. Seringkali lagu yang mereka padukan harus direkam ulang karena adanya persoalan teknis. Saat itu, [[Studio Tri Angkasa]] (tempat Guruh Gipsy rekaman), masih menggunakan sistersistem rekam 16 track, oleh sebab itu pengerjaan album harus melewati waktu 1 tahun (Juli 1975 hingga November 1976) hingga akhirnya siap dipublikasikan. <ref>{{Cite web|url=https://qubicle.id/story/guruh-gipsy-salah-satu-inspirator-musik-rock-progresif-indonesia|title=Guruh Gipsy: Salah Satu Inspirator Musik Rock Progresif Indonesia|last=|first=|date=|website=Qubicle|publisher=|access-date=}}</ref>
 
== Referensi ==