Sensitivitas pengolahan sensorik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Sensory processing sensitivity"
 
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Sensitivitas pengolahan sensorik''' ('''SPS''') merupakan suatu ciri kepribadian yang menjadi besaran ukuran untuk mendefinisikan orang dengan tingkat sensitivitas yang sangat tinggi atau '''''highly sensitive person''''' ('''HSP''').<ref name=":0">{{Cite journal|last=Booth|first=Charlotte|last2=Standage|first2=Helen|last3=Fox|first3=Elaine|title=Sensory-processing sensitivity moderates the association between childhood experiences and adult life satisfaction|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S019188691500464X|journal=Personality and Individual Differences|volume=87|pages=24–29|doi=10.1016/j.paid.2015.07.020}}</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Boterberg|first=Sofie|last2=Warreyn|first2=Petra|title=Making sense of it all: The impact of sensory processing sensitivity on daily functioning of children|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0191886915301033|journal=Personality and Individual Differences|volume=92|pages=80–86|doi=10.1016/j.paid.2015.12.022}}</ref> Ciri kepribadian SPS ini dijelaskan dengan adanya hipersensitivitas terhadap [[Stimulus (fisiologi)|rangsangan]] eksternal, pengolahan[[Kognisi| kognitif]] yang mendalam, dan reaktivitas emosi yang tinggi.<ref name=":0" /> Istilah SPS dan HSP diciptakan pada pertengahan tahun 1990-an1990an oleh pasangan [[psikolog]] Elaine Aron dan suaminya Arthur Aron, dengan SPS diukur melalui skala yang diciptakan Aron sebagai bentukpilihan jawaban atas daftar pertanyaan berkenaan dengan HSP, yang disebut dengan skala HSP (''Highly Sensitive Person Scale''-HSPS).<ref name=":0" /> Beberapa peneliti lain juga telah menggunakan berbagai istilah lain untuk merujuk pada respon terhadap rangsangan seperti yang ditunjukkan oleh SPS, yang telah dibuktikan pada manusia dan spesies lainnya.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Wolf|first=Max|last2=Doorn|first2=G. Sander van|last3=Weissing|first3=Franz J.|date=2008-10-14|title=Evolutionary emergence of responsive and unresponsive personalities|url=http://www.pnas.org/content/105/41/15825|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences|language=en|volume=105|issue=41|pages=15825–15830|doi=10.1073/pnas.0805473105|issn=0027-8424|pmid=18838685}}</ref>
 
Berdasarkan penelitian Aron dan kawan-kawan, orang-orang dengan SPS yang tinggi terdapat sebanyak 15-20% populasi dan mereka mengolah data sensorik secara lebih mendalam karena sifat alami dari [[sistem saraf pusat]] mereka.<ref name=":1" /> Meskipun banyak peneliti secara konsisten menghubungkan SPS yang tinggi dengan hasil negatif,<ref name=":0" /><ref name=":3">{{Cite journal|last=Liss|first=Miriam|last2=Mailloux|first2=Jennifer|last3=Erchull|first3=Mindy J.|title=The relationships between sensory processing sensitivity, alexithymia, autism, depression, and anxiety|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0191886908001281|journal=Personality and Individual Differences|volume=45|issue=3|pages=255–259|doi=10.1016/j.paid.2008.04.009}}</ref> Aron dan kawan-kawan menyatakan bahwa SPS yang tinggi merupakan suatu ciri kepribadian dan bukan suatu bentuk gangguan;<ref name=":4">Aaron, E.N. (2006). "The Clinical Implication of Jung's Concept of Sensitiveness". Journal of Jungian Theory and Practice. 8: 11-43.</ref> sementara peneliti lain ada yang mengaitkan SPS yang tinggi dengan peningkatan respon untuk hasil positif maupun hasil negatif.<ref name=":5">{{Cite journal|last=Belsky|first=Jay|last2=Pluess|first2=Michael|title=Beyond diathesis stress: Differential susceptibility to environmental influences.|url=http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/a0017376|journal=Psychological Bulletin|language=en|volume=135|issue=6|pages=885–908|doi=10.1037/a0017376}}</ref><ref name=":6">{{Cite journal|last=Boyce|first=W Thomas|date=2015-09-22|title=Differential Susceptibility of the Developing Brain to Contextual Adversity and Stress|url=http://www.nature.com/doifinder/10.1038/npp.2015.294|journal=Neuropsychopharmacology|language=en|volume=41|issue=1|pages=142–162|doi=10.1038/npp.2015.294|issn=1740-634X}}</ref><ref name=":7">Boyce, W. Thomas; Ellis, Bruce J. (2005). [https://www.researchgate.net/profile/Bruce_Ellis3/publication/7020822_Biological_sensitivity_to_context_I_An_evolutionary-developmental_theory_of_the_origins_and_functions_of_stress_reactivity_Development_and_Psychopathology_17_271-301/links/5458e4940cf2cf516483c099.pdf "Biological sensitivity to context: I. An evolutionary–developmental theory of the origins and functions of stress reactivity"] (PDF). ''Development and Psychopathology''. '''17''': 271–301. </ref><ref name=":8">{{Cite journal|last=Pluess|first=Michael|last2=Belsky|first2=Jay|title=Vantage sensitivity: Individual differences in response to positive experiences.|url=http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/a0030196|journal=Psychological Bulletin|language=en|volume=139|issue=4|pages=901–916|doi=10.1037/a0030196}}</ref>
Berdasarkan penelitian Aron dan kawan-kawan, orang-orang dengan SPS yang tinggi terdiri dari sekitar 15-20% populasi dan mereka mengolah data sensorik secara lebih mendalam karena sifat alami dari [[sistem saraf pusat]] mereka. Meskipun banyak peneliti secara konsisten mengaitkan SPS yang tinggi dengan hasil yang negatif, Aron dan kawan-kawan menyatakan bahwa SPS yang tinggi merupakan suatu ciri kepribadian dan bukan suatu gangguan; sementara peneliti lain ada yang mengaitkan SPS yang tinggi dengan peningkatan respon untuk hasil yang positif maupun hasil yang negatif.
 
== Asal-usul dan perkembangan istilah ==
Buku Elaine Aron yang terbit pada tahun 1996, berjudul ''The Highly Sensitive Person'' (orang dengan tingkat sensitivitas yang sangat tinggi)<ref> Kaufman, Scott Barry (May 4, 2015). [http://blogs.scientificamerican.com/beautiful-minds/shades-of-sensitivity/ "Shades of Sensitivity"]. ''Scientific American''. [https://web.archive.org/web/20151208080417/http://blogs.scientificamerican.com/beautiful-minds/shades-of-sensitivity/ Archived] from the original on December 8, 2015. Kaufman explains Smolewska ''et al.'' (2006).</ref> menjelaskan populasi orang-orang yang mengalami peningkatan sensitivitas terhadap stimulasirangsangan, dan orang-orang yang lebih menyadari akan kepelikan yang halus dan memproses informasi secara lebih mendalam, dengan cara yang lebih reflektif.<ref>Madrigal, Alix, [http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=/c/a/1997/07/28/DD28970.DTL "She Writes About a Touchy Subject / Book aims to help sensitive people] ([http://www.webcitation.org/67lmUHmaI WebCite archive]), ''San Francisco Chronicle,'' July 28, 1997.</ref> Pada tahun 1997, Elaine dan Arthur Aron secara resmi mengidentifikasi<ref name=":9">{{Cite journal|last=Aron|first=Elaine N.|last2=Aron|first2=Arthur|title=Sensory-processing sensitivity and its relation to introversion and emotionality.|url=http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/0022-3514.73.2.345|journal=Journal of Personality and Social Psychology|language=en|volume=73|issue=2|pages=345–368|doi=10.1037/0022-3514.73.2.345}}</ref> ''sensitivitas pengolahan sensorik'' (SPS), istilah ilmiah untuk kesensitivitasan yang sangat tinggi atau hipersensitif,<ref name=":1" /> sebagai ciri penentu untuk orang dengan tingkat sensitivitas yang sangat tinggi atau ''highly sensitive person'' (HSP).<ref name=":0" /> Dengan menggunakan definisi tersebut, Aron & Aron (1997) menulismenyampaikan bahwa ''pengolahan sensorik'' yang dimaksud tidak merujuk pada organ-organ penginderaan manusia, namun mengacu pada informasi sensorik yang dikirimkan ke otak atau yang diproses di dalam otak.<ref name=":9" /> Ciri tersebut dapat dipandang sebagai suatu kelemahan ataupun sebagai suatu hadiah[[anugerah]], ... merupakan suatu penguat dari efek yang ada pada lingkungan.<ref>Bartz, Andrea (July 5, 2011). [https://www.psychologytoday.com/articles/201107/sense-and-sensitivity "Sense and Sensitivity"]. ''Psychology Today''. [https://web.archive.org/web/20160512022704/https://www.psychologytoday.com/articles/201107/sense-and-sensitivity Archived Last reviewed: June 9, 2016. "... the double-edged nature of sensitivity. Neither flaw nor gift, it is, rather, an amplifier of an environment's effects."]</ref>
 
Artikel Aron dalam jurnal profesional ataupun dalam publikasi yang dilakukannya sendiri memberi perhatian terhadap perbedaan antara SPS yang tinggi dengan perilaku sosial pendiam,<ref>{{Cite journal|last=Chen|first=Xinyin|last2=Rubin|first2=Kenneth H.|last3=Sun|first3=Yuerong|date=1992|title=Social Reputation and Peer Relationships in Chinese and Canadian Children: A Cross-Cultural Study|url=http://www.jstor.org/stable/1131559|journal=Child Development|volume=63|issue=6|pages=1336–1343|doi=10.1111/j.1467-8624.1992.tb01698.x}}</ref> atau dengan suatu bentuk gangguan,<ref name=":10">{{Cite journal|last=Aron|first=Elaine N.|last2=Aron|first2=Arthur|last3=Jagiellowicz|first3=Jadzia|date=2012-01-30|title=Sensory Processing Sensitivity|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1088868311434213|journal=Personality and Social Psychology Review|language=en|volume=16|issue=3|pages=262–282|doi=10.1177/1088868311434213}}</ref> yang mana SPS yang tinggi dapat dengan mudah tertukar dengannya;<ref name=":11">{{Cite journal|last=Aron|first=Elaine N.|last2=Aron|first2=Arthur|last3=Davies|first3=Kristin M.|date=2016-07-02|title=Adult Shyness: The Interaction of Temperamental Sensitivity and an Adverse Childhood Environment|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0146167204271419|journal=Personality and Social Psychology Bulletin|language=en|volume=31|issue=2|pages=181–197|doi=10.1177/0146167204271419}}</ref> membantu mengatasi hal yang tidak dapat diterima secara sosial yang menyebabkan timbulnya rasa rendah diri;<ref name=":11" /> dan menekankan hal-hal positif/keuntungan memiliki SPS yang tinggi<ref>{{Cite journal|last=Rioux|first=Charlie|last2=Castellanos-Ryan|first2=Natalie|last3=Parent|first3=Sophie|last4=Vitaro|first4=Frank|last5=Tremblay|first5=Richard E.|last6=Séguin|first6=Jean R.|date=2016/02|title=Differential susceptibility to environmental influences: Interactions between child temperament and parenting in adolescent alcohol use|url=https://www.cambridge.org/core/journals/development-and-psychopathology/article/differential-susceptibility-to-environmental-influences-interactions-between-child-temperament-and-parenting-in-adolescent-alcohol-use/E087766F3EF5D13B3485D83FD1365C14|journal=Development and Psychopathology|volume=28|issue=1|pages=265–275|doi=10.1017/s0954579415000437|issn=0954-5794}}</ref> untuk menyeimbangkan dampak negatif/kerugian yang dikatakan oleh orang lain.<ref name=":3" /><ref name=":11" /><ref>{{Cite journal|last=Belsky|first=J|last2=Jonassaint|first2=C|last3=Pluess|first3=M|last4=Stanton|first4=M|last5=Brummett|first5=B|last6=Williams|first6=R|date=2009-05-19|title=Vulnerability genes or plasticity genes?|url=http://www.nature.com/doifinder/10.1038/mp.2009.44|journal=Molecular Psychiatry|language=en|volume=14|issue=8|pages=746–754|doi=10.1038/mp.2009.44|issn=1476-5578}}</ref>
Artikel Aron dalam jurnal profesional ataupun dalam publikasi yang dilakukannya sendiri memberi perhatian terhadap perbedaan antara SPS yang tinggi dengan perilaku sosial [[wiktionary:reticent|pendiam]], serta dengan gangguan, yang mana SPS yang tinggi dapat dengan mudah tertukar dengannya; membantu mengatasi hal yang tidak dapat diterima secara sosial yang menyebabkan timbulnya rasa rendah diri; dan menekankan hal-hal positif/keuntungan memiliki SPS yang tinggi untuk menyeimbangkan dampak negatif/kerugian yang dikatakan oleh orang lain.
 
Elizabeth Bernstein yang pada tahun 2015 menulis dalam sebuah jurnal bernama ''Wall Street'' (''[[The Wall Street Journal]]'') bahwa orang-orang dengan sensitivitas yang sangat tinggi (HSP) mempunyai "saat-saat tertentu" (mengacu pada kesensitivitasan mereka yang timbul pada saat tertentu karena terpicu oleh suatu faktor/stimulus), mencatat bahwa terdapat ratusan studi penelitian telah dilakukan pada topik-topik terkait kesensitivitasan yang tinggi pada orang dengan sensitivitas yang sangat tinggi atau HSP tersebut, dan  konferensi ilmiah internasional yang pertama kali dilakukan di bidang kesensitivitasan yang tinggi atau SPS tersebut, diadakandiselengarakan di Vrije Universiteit Brussel.<ref>Bernstein, Elizabeth (May 18, 2015). [https://www.wsj.com/articles/do-you-cry-easily-you-may-be-a-highly-sensitive-person-1431971154 "Do You Cry Easily? You May Be a 'Highly Sensitive Person']". ''The Wall Street Journal''. [https://web.archive.org/web/20150601020528/http://www.wsj.com/articles/do-you-cry-easily-you-may-be-a-highly-sensitive-person-1431971154 Archived] from the original on June 1, 2015.</ref> Pada tahun 2015, lebih dari satu juta eksemplar buku ''The Highly Sensitive Person'' yang telah terjual.<ref>Lally, Maria (October 12, 2015). [http://www.telegraph.co.uk/wellbeing/health-advice/highly-sensitive-people/ "Highly sensitive people: a condition rarely understood"]. ''The Telegraph'' (U.K.). [https://web.archive.org/web/20151018103243/http://www.telegraph.co.uk/wellbeing/health-advice/highly-sensitive-people/ Archived] from the original on October 18, 2015.</ref>
 
== Atribut, karakteristik, dan prevalensi ==
Boterberg dkk. (2016) mendeskripsikan SPS yang tinggi sebagai temperamental- perasaan yang mudah tergugah, atau ciri kepribadian yang terdapat di dalam beberapa individu dan mencerminkan peningkatan sensitivitas pada sistem saraf pusat dan pengolahan kognitif yang lebih dalam akibat adanya rangsangan pada fisik, sosial, maupun emosional mereka.<ref name=":1" />
 
Orang-orang dengan SPS yang tinggi menyatakan bahwa mereka mempunyai respon yang sangat tinggi terhadap rangsangan seperti rasa sakit, rasa lapar, dan suara bising.<ref name=":3" /> Berdasarkan penelitian Boterberg dkk., masing-masing individu dengan SPS yang sangat tinggi tersebut percaya bahwa mereka mudah terstimulasi secara berlebihan oleh adanya rangsangan eksternal karena mereka mempunyai ambang batas perseptual yang lebih rendah dan mengolah rangsangan kognitif secara lebih mendalam dibandingkan sebagian besar orang lainnya.<ref name=":1" /> Pengolahan rangsangan secara lebih mendalam ini dapat berakibat pada meningkatnyapeningkatan waktu reaksi karena lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk merespons isyarat di lingkungan, dan dapat juga berakibat pada munculnya perilaku hati-hati dan mengambil risiko rendah.<ref name=":1" />
 
Skala HSP yang mula-mula di awal pembuatannya di tahun 1997 merupakan sebuah kuesioner yang didesain untuk mengukur SPS dengan skala satu dimensi, dalam perkembangannya terurai menjadi dua,<ref>{{Cite journal|last=Evans|first=David E.|last2=Rothbart|first2=Mary K.|title=Temperamental sensitivity: Two constructs or one?|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0191886907002723|journal=Personality and Individual Differences|volume=44|issue=1|pages=108–118|doi=10.1016/j.paid.2007.07.016}}</ref><ref>Boterberg ''et al.'' (2016): overreaction to stimuli (OS) and depth of processing (DP).</ref> tiga,<ref>Smolewska ''et al.'' (2006): Aesthetic Sensitivity (AES, having greater awareness of beauty), Low Sensory Threshold (LST, easily unpleasantly aroused by external stimuli), and Ease of Excitation (EOE, easily overwhelmed by stimuli); results showing the (unidimensional) HSP Scale was "a valid and reliable measure of the construct of SPS"). Liss ''et al.'' (2008).</ref> atau empat<ref>Per Boterberg ''et al.'' (2016), a "theoretical redefinition" by E. Aron, ''Psychotherapy and the Highly Sensitive Person'' (2010): "DOES" acronym: Depth of processing, Overstimulation, Emotional intensity, Sensory sensitivity.</ref> faktor atau sub-skala.<ref name=":1" /> Hampir semua skala tersebut dihubungkan dengan sesuatu yang secara tradisional diterima sebagai hasil psikologi negatif,<ref name=":0" /><ref name=":1" /> termasuk tingkat stress yang tinggi; mudah mengalami kewalahan; meningkatnya laju depresi, rasa cemas, dan gejala autisme; masalah tidur; dan masalah kesehatan fisik lainnya;<ref name=":1" /> Model tegangan diathesis berfokus untuk meningkatkan kerentanan terhadap pengaruh negatif.<ref name=":5" /> Sementara [[teori kerentanan diferensial]] (''differential susceptibility theory-''DST)<ref name=":5" /><ref name=":6" /> dan [[sensitivitas biologis terhadap teori konteks]] (''biological sensitivity to context theory''-BSCT)<ref name=":7" /> dan sensitivitas pengolahan sensorik (''sensory processing sensitivity''-SPS)<ref>{{Cite journal|last=Ellis|first=Bruce J.|last2=Boyce|first2=W. Thomas|last3=Belsky|first3=Jay|last4=Bakermans-Kranenburg|first4=Marian J.|last5=Ijzendoorn|first5=Marinus H. van|date=2011/02|title=Differential susceptibility to the environment: An evolutionary–neurodevelopmental theory|url=https://www.cambridge.org/core/journals/development-and-psychopathology/article/differential-susceptibility-to-the-environment-an-evolutionaryneurodevelopmental-theory/721733A3D8F132B483E69DD1DA4255B2|journal=Development and Psychopathology|volume=23|issue=1|pages=7–28|doi=10.1017/s0954579410000611|issn=1469-2198}}</ref> menganjurkan untuk meningkatkan plastisitas (responsif) terhadap kedua pengaruh, positif and negatif; and konsep sensitivitas yang menguntungkan ([[wiktionary:vantage|vantage]] sensitivity-VS) menekankan peningkatan responsif terhadap pengalaman/hasil yang positif.<ref name=":8" /><ref>{{Cite journal|last=Ellis|first=Bruce J.|last2=Boyce|first2=W. Thomas|last3=Belsky|first3=Jay|last4=Bakermans-Kranenburg|first4=Marian J.|last5=Ijzendoorn|first5=Marinus H. van|date=2011/02|title=Differential susceptibility to the environment: An evolutionary–neurodevelopmental theory|url=https://www.cambridge.org/core/journals/development-and-psychopathology/article/differential-susceptibility-to-the-environment-an-evolutionaryneurodevelopmental-theory/721733A3D8F132B483E69DD1DA4255B2|journal=Development and Psychopathology|volume=23|issue=1|pages=7–28|doi=10.1017/s0954579410000611|issn=1469-2198}}</ref> Smolewska dkk. (2006) mengatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukannya, hasil yang positif lebih banyak didapat dari individu dengan sensitivitas [[estetis]] yang tinggi, yang cenderung mengalami peningkatan emosi positif dalam menghadapi rangsangan yang datang dan umumnya mempunyai nilai yang tinggi dalam keterbukaan pada model lima faktor besar ([[Big Five factors model|''Big Five factors model'']]).<ref>{{Cite journal|last=Smolewska|first=Kathy A.|last2=McCabe|first2=Scott B.|last3=Woody|first3=Erik Z.|title=A psychometric evaluation of the Highly Sensitive Person Scale: The components of sensory-processing sensitivity and their relation to the BIS/BAS and “Big Five”|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0191886905003909|journal=Personality and Individual Differences|volume=40|issue=6|pages=1269–1279|doi=10.1016/j.paid.2005.09.022}}</ref>
Skala HSP yang mula-mula di awal pembuatannya di tahun 1997 merupakan sebuah kuesioner yang didesain untuk mengukur SPS dengan skala satu dimensi, dalam perkembangannya terurai menjadi dua tiga, atau empat faktor atau sub-skala.
Hampir semua skala tersebut dihubungkan dengan sesuatu yang secara tradisional diterima sebagai hasil psikologi yang negatif, termasuk tingkat stress yang tinggi; mudah mengalami kewalahan; meningkatnya laju depresi, rasa cemas, dan gejala autisme; masalah tidur; dan masalah kesehatan fisik lainnya; Model tegangan diathesis berfokus untuk meningkatkan kerentanan terhadap pengaruh negatif. Sementara teori kerentanan diferensial (''differential susceptibility theory-''DST) dan sensitivitas biologis terhadap teori konteks (''biological sensitivity to context theory''-BSCT) dan sensitivitas pengolahan sensorik (''sensory processing sensitivity''-SPS) menganjurkan untuk meningkatkan plastisitas (responsif) terhadap kedua pengaruh, positif and negatif; and konsep sensitivitas yang menguntungkan ([[wiktionary:vantage|vantage]] sensitivity-VS) menekankan peningkatan responsif terhadap pengalaman/hasil yang positif. Smolewska dkk. (2006) mengatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukannya, hasil yang positif lebih banyak didapat dari individu dengan sensitivitas estetis yang tinggi, yang cenderung mengalami peningkatan emosi positif dalam menghadapi rangsangan yang datang dan umumnya mempunyai nilai yang tinggi dalam keterbukaan pada model lima faktor besar (Big Five factors model).
 
Penelitian di bidang biologi evolusioner membuktikan bahwa ciri SPS dapat teramati, dalam berbagai istilah, pada lebih dari seratus spesies bukan manusia.<ref name=":1" /><ref name=":2" /> Aron menambahkan bahwa ciri SPS tersebut berarti mencakup pula apa yang dideskripsikan oleh psikolog kepribadian dengan menggunakan berbagai nama lainnya. Selain itu<ref>Paraphrasing Aron jugaand membedakanciting SPSWolf darire apadifferent yangnames tidakfor termasuksame keor dalamnya,equivalent membedakan secara eksplisit SPS yang tinggi dari ciri lain yang kemungkinan mempunyai bentuk tampilan yang sama atau membedakannya dari suatu gangguan (misalnya sifat pemalu, sifat suka mencari sensasi, gangguan pengolahan sensorik, dan autisme), dan lebih jauh, bahwa SPS mungkin merupakan variabel dasar yang menjadi pokok beragam ciri berbeda lainnya  (seperti sifat introvert dan sifat ekstrovert).concepts:
 
From "Adult shyness: ..." (2005): ''weak nervous system''(Pavlov), ''low screening'' (Mehrabian), ''augmenting'' (of stimulation; Petrie), ''reducing'' (of evoked potential; Buchsbaum, Haier, & Johnson), ''reactivity'' (Strelau), ''avoidance temperament'' (Elliot & Thrash), and ''nondisinhibition'' or ''reflectivity'' (Patterson & Newman), and what child temperament researchers have described as ''inhibitedness'' (Kagan), ''infant'' (or ''innate'') ''shyness'' (Cheek & Buss; Daniels & Plomin), ''reactivity'' (Rothbart; Strelau), and ''threshold of responsiveness'' (Thomas & Chess).
Di dalam diri manusia dan spesies lainnya, dua sub-populasi individu secara terus menerus ada berdampingan dan secara konsisten menunjukkan tingkat responsif yang berbeda terhadap rangsangan lingkungan; masing-masing sub-populasi memiliki strategi untuk "memberikan respon" atau "tidak memberikan respon," berdasarkan pertimbangan harga yang harus dikeluarkannya (''evolutionary cost'') dan keuntungan yang akan diperolehnya. Pengamatan ini paralel dengan pernyataan tegas Aron bahwa SPS bukan merupakan suatu bentuk gangguan, melainkan ciri kepribadian yang diikuti dengan hadirnya keuntungan dan kerugian.
 
From "The Clinical Implications of Jung's Concept of Sensitiveness" (2006): ''innate sensitiveness'' (Jung),
Dalam 2015, ciri SPS telah didokumentasikan pada berbagai level studi, termasuk watak dan perilaku (psikologi kepribadian), fungsi otak dan sensitisasi saraf, serta genetika. Sebagai contoh, studi genetika memberikan bukti bahwa tingkat SPS yang tinggi berhubungan dengan pengangkut serotonin 5-HTTLPR yang pendek atau tipe genotipe yang pendek, polimorfisme pada gen neurotransmiter dopamine, dan variasi gen yang berkaitan dengan ADRA2b norepinefrin.
 
From "Adult shyness: ..." (2005): ''arousal focus'' (Feldman), and the physiological differences underlying introversion and extroversion (Eysenck; Stelmack; Stelmack & Geen).
Pola penilaian dalam skala HSP pada orang dewasa diketahui menyebar dalam variabel kategoris yang terdikotomi dengan ''breakpoint'' antara 10% dan 35%, dan Aron memilih batas/''cut-off'' pada skor 20% pada individu untuk mendefinisikan kategori HSP.
 
From Wolf ''et al.'' (2008): ''coping style, reactivity, flexibility, plasticity,'' and ''differential susceptibility.''</ref> Selain itu Aron juga membedakan SPS dari apa yang tidak termasuk ke dalamnya, membedakan secara eksplisit<ref name=":12">Paraphrasing Aron re what SPS is ''not'':
 
From "'The Power of (Shyness)' and High Sensitivity..." (2012): (re introversion) 30% of HSPs are social ''ex''troverts.
 
From "Adult shyness: ..." (2005): SPS doesn't inherently possess shyness' fear of negative social evaluations.
 
From p. 2 of "The HSP in love" (<=2007): an HSP who is also a High Sensation Seeker will find ways to have novel experiences without taking ill-considered risks.
 
From "... A Review... " (2012): SPS is "unrelated to Sensory Processing Disorder"
 
From "The Clinical Implications of Jung's Concept of Sensitiveness" (2006): (re autism) HSPs are very aware of social and emotional cues and relate well socially once familiarity is achieved.</ref> SPS yang tinggi dari ciri lain yang kemungkinan mempunyai bentuk tampilan yang sama atau membedakannya dari suatu gangguan (misalnya sifat pemalu,<ref>Aron, Elaine N. (February 2, 2012). [http://www.psychologytoday.com/blog/attending-the-undervalued-self/201202/time-magazine-the-power-shyness-and-high-sensitivity "''Time'' Magazine: 'The Power of (Shyness)' and High Sensitivity"]. ''Psychology Today''. [https://web.archive.org/web/20160313024758/https://www.psychologytoday.com/blog/attending-the-undervalued-self/201202/time-magazine-the-power-shyness-and-high-sensitivity Archived] from the original on March 13, 2016.</ref> suka mencari sensasi,<ref>[https://web.archive.org/web/20070927005339/http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=53955 On or before September 27, 2007]. "The Highly Sensitive Person in Love with Elain Aron". WebMD Live Events Transcript. p. 2. [https://web.archive.org/web/20121007214705/http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=53955&page=2 Archived] from the original on October 7, 2012.</ref> gangguan pengolahan sensorik,<ref name=":10" /> dan autisme<ref name=":4" />), dan lebih jauh, bahwa SPS mungkin merupakan variabel dasar yang menjadi pokok beragam ciri berbeda lainnya<ref name=":10" /> (seperti [[introversi dan ekstroversi]]<ref name=":12" />).
 
Di dalam diri manusia dan spesies lainnya, dua sub-populasi individu secara terus menerus ada berdampingan dan secara konsisten menunjukkan tingkat responsif yang berbeda terhadap rangsangan lingkungan; masing-masing sub-populasi memiliki strategi untuk "memberikan respon" atau "tidak memberikan respon," berdasarkan pertimbangan harga yang harus dikeluarkannya (''evolutionary cost'') dan keuntungan yang akan diperolehnya.<ref name=":2" /> Pengamatan ini paralel dengan pernyataan tegas Aron bahwa SPS bukan merupakan suatu bentuk gangguan, melainkan ciri kepribadian yang diikuti dengan hadirnya keuntungan dan kerugian.<ref name=":4" />
 
Dalam 2015, ciri SPS telah didokumentasikan pada berbagai level studi, termasuk watak dan perilaku (psikologi kepribadian), fungsi otak dan sensitisasi saraf, serta genetika.<ref name=":6" /> Sebagai contoh, studi genetika memberikan bukti bahwa tingkat SPS yang tinggi berhubungan dengan [[serotonin transporter 5-HTTLPR]] yang pendek atau tipe genotipe yang pendek,<ref> ● Licht, C., Mortensen, E. L., & Knudsen, G. M. (2011). "Association between sensory processing sensitivity and the serotonin transporter polymorphism 5-HTTLPR short/short genotype." Center for integrated molecular brain imaging. [https://web.archive.org/web/20120606024730/http://hsperson.com/pdf/Poster_SOBP%20meeting%202011_Licht_030511.pdf Archived]  ● Licht, C., Mortensen, E. L., & Knudsen, G. M. (2011). "Association between sensory processing sensitivity and the serotonin transporter polymorphism 5-HTTLPR short/short genotype."''Biological Psychiatry'', 69, supplement for Society of Biological Psychiatry Convention and Annual Meeting, abstract 510.</ref> polimorfisme pada gen neurotransmiter dopamine,<ref>{{Cite journal|last=Chen|first=Chunhui|last2=Chen|first2=Chuansheng|last3=Moyzis|first3=Robert|last4=Stern|first4=Hal|last5=He|first5=Qinghua|last6=Li|first6=He|last7=Li|first7=Jin|last8=Zhu|first8=Bi|last9=Dong|first9=Qi|date=2011-07-13|title=Contributions of Dopamine-Related Genes and Environmental Factors to Highly Sensitive Personality: A Multi-Step Neuronal System-Level Approach|url=http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0021636|journal=PLOS ONE|volume=6|issue=7|pages=e21636|doi=10.1371/journal.pone.0021636|issn=1932-6203}}</ref> dan variasi gen yang berkaitan dengan [[ADRA2b norepinefrin]].<ref>{{Cite journal|last=Todd|first=Rebecca M.|last2=Ehlers|first2=Mana R.|last3=Müller|first3=Daniel J.|last4=Robertson|first4=Amanda|last5=Palombo|first5=Daniela J.|last6=Freeman|first6=Natalie|last7=Levine|first7=Brian|last8=Anderson|first8=Adam K.|date=2015-04-22|title=Neurogenetic Variations in Norepinephrine Availability Enhance Perceptual Vividness|url=http://www.jneurosci.org/cgi/doi/10.1523/JNEUROSCI.4489-14.2015|journal=Journal of Neuroscience|volume=35|issue=16|pages=6506–6516|doi=10.1523/jneurosci.4489-14.2015}}</ref>
 
Pola penilaian dalam skala HSP pada orang dewasa diketahui menyebar dalam [[variabel kategoris]] yang terdikotomi dengan ''breakpoint'' antara 10% dan 35%, dan Aron memilih batas/''cut-off'' pada skor 20% pada individu untuk mendefinisikan kategori HSP.<ref name=":1" />
 
== Lihat juga ==