Mo ashibi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 10:
==Kaitan dengan budaya Jepang dan daratan Asia==
Menurut sejarawan dan penulis asal Jepang, tradisi serupa juga terdapat di wilayah lain di [[Asia Timur]], contohnya pada masyarakat [[Suku Dong]] di [[Guizhou]], [[Tiongkok]]. Beberapa penulis mengaitkan adanya hubungan tradisi mo ashibi dengan tradisi kuno Jepang yang bernama ''utagaki'' atau ''kagai''. Referensi mengenai Utagaki ditemukan dalam koleksi puisi-puisi kuno di [[Kojiki]], [[Manyoshu]] dan [[Kokin waka shu]].<ref name="okinawanmusic-gillan"/> Pada masa lalu, dalam masyarakat agraris, aktivitas seksual dipandang sebagai bagian dari ritual kesuburan.<ref name="seigawa-courtesan">{{cite book|last= Segawa Seigle|first=Cecilia|coauthors=|year=1993|month=|title=Yoshiwara: The Glittering World of the Japanese Courtesan|publisher=University of Hawaii Press|location= |isbn= |pages=}}</ref> Utagaki adalah tradisi kuno Jepang kira-kira pada Periode Nara (710-784) dimana warga desa di provinsi-provinsi di sebelah timur
Menurut penulis Jepang, [[Roo Takenaka]] (1901-1990) yang meneliti tentang musik Okinawa, tradisi menyanyi lagu-lagu yang dibumbui [[erotisisme]] telah lenyap dari [[musik Jepang|minyo Jepang]], namun masih dipertahankan dalam ''shunka'' (lagu erotis) dan ''nasake uta'' (lagu percintaan) dalam kategori ''uta sanshin'' (menyanyi dengan petikan sanshin) di Kepulauan Ryukyu.<ref name="okinawanmusic-gillan"/> Ahli folklor [[Kuno Yanagita]] menuliskan bahwa mo ashibi dan musik bertema erotis dianggap sebagai tradisi rakyat jelata yang vulgar dan tidak pantas, ditolak oleh pemusik yang menjalankan aliran musik istana.<ref name="okinawanmusic-gillan"/>
|