Aji Muhammad Sulaiman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Pemerintahan: minor cosmetic change
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 27:
|religion = [[Islam]]
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sultan Aji Muhammad Sulaiman van Kutai met zijn gevolg voor het oude paleis TMnr 10003342.jpg|thumbjmpl|300px|Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan pengiringnya]]
[[Berkas:Sultansulaiman-kukar.gif|thumbjmpl|300px|Sultan Aji Muhammad Sulaiman bersama putra mahkota dan para menteri kerajaan]]
'''Aji Muhammad Sulaiman''' yang bergelar ''Sri Paduka Sultan Aji Muhammad Sulaiman al-Adil Khalifatul-Mu'minin bin Aji Muhammad Salehuddin'' (dilahirkan dengan nama Aji Biduk/Pangeran 'Umar) adalah Sultan [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura|Kutai Kartanegara]] ke-18, memerintah dari tahun [[1845]] sampai [[1899]] merupakan putera ke-8 dari Sultan [[Aji Muhammad Salehuddin]], dengan istrinya Aji Kinchana.<ref name="royal4">''[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/kutai4.htm Royal Ark]''</ref><ref>[http://books.google.co.id/books?id=j8kZAQAAIAAJ&dq=adji%20mandoera&pg=RA1-PA355#v=onepage&q&f=true {{nl}} Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853]</ref>
 
Baris 38:
Pada tahun [[1853]], pemerintah Hindia Belanda menempatkan [[J. Zwager]] sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan [[politik]] dan [[ekonomi]] masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899). Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Kutai 100.000 jiwa.<ref>{{nl}} {1853){{cite book|pages=358|url=http://books.google.co.id/books?id=c6AAAAAAMAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA358#v=onepage&q&f=false|title=Verhandelingen en berigten betrekkelijk het zeewezen en de zeevaartkunde|volume=13}}</ref> Tahun 1855, Kesultanan Kutai termasuk sebagai bagian dari ''de zuid- en oosterafdeeling van Borneo''.<ref>{{nl}} {{cite book|pages=242|url=http://books.google.co.id/books?id=0GM-AAAAcAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA242#v=onepage&q&f=false|title=Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz|volume=1|author=J. B. J Van Doren|publisher=J. D. Sybrandi|year=1860}}</ref>
Pada tahun [[1863]], kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
[[Berkas:Keratonlawas.gif|thumbjmpl|220px|Keraton Kesultanan pada masa [[Aji Muhammad Alimuddin|Sultan Alimuddin]].]]
Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di [[Loa Bakung, Sungai Kunjang, Samarinda|Batu Panggal]] oleh insinyur tambang asal Belanda, [[J.H. Menten]]. Menten juga meletakkan dasar bagi [[eksploitasi]] minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun nampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal pada masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sulaiman