Pengejaran SMS Goeben dan SMS Breslau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 31:
 
== Armada Sekutu di Laut Tengah yang terkait pengejaran ==
[[Berkas:AdmiralArchibaldMilne.jpg|kiri|jmpl|Laksamana Archibald Berkeley Milne yang pada peristiwa ini merupakan komandan skuadron Angkatan Laut Kerajaan Inggris di Laut Tengah.|284x284px]]
Pada saat-saat awal meletusnya Perang Dunia I, pangkalan Armada Laut Kerajaan Inggris di Malta memiliki sedikitnya 27 kapal laut yang terdiri dari 11 kapal laut berukuran besar dan beberapa lainnya yang berukuran kecil, dan secara keseluruhan dikomandani oleh laksamana Archibald Berkeley Milne . Skuadron kapal utama yang dikomandani oleh terdiri dari tiga buah kapal besar—[[HMS]]{{efn|name= HMS}} ''[[Indomitable]]'', ''[[Inflexible]]'', dan ''[[Indefatigable]]{{efn|name= cf Indefatigable}}.'' Ketiga kapal ini dari segi ukuran dan bobot dapat dikatakan hampir sebanding dengan SMS Goeben, tetapi kedua kapal Inggris ini masih kalah jika dibandingkan berdasarkan bobot dan kecepatan jelajah maksimum. Skuadron kapal Inggris lainnya merupakan skuadron kapal penjelajah ringan dan skuadron kapal penjelajah berlapis baja. Skuadron kapal penjelajah ringan terdiri dari 4 kapal yakni : HMS Dublin, Gloucester, Chatham, dan Weymouth. Skuadron ini memiliki teknologi yang lebih modern dan dapat bergerak dengan relatif lebih cepat dan gesit. Skuadron terakhir adalah skuadron kapal jelajah berlapis baja (''armoured cruiser'') yang terdiri dari : HMS Defence, Duke of Edinburgh, Black Prince, dan Warrior. Kapal dalam skuadron ini memiliki kecepatan yang lebih lambat, mesin yang kurang efisien, serta sistem persenjataan yang dapat dikatakan ketinggalan zaman.
 
Baris 36 ⟶ 37:
 
== Kontak awal dengan Sekutu ==
[[Berkas:AdmiralArchibaldMilne.jpg|kiri|jmpl|Laksamana Archibald Berkeley Milne yang pada peristiwa ini merupakan komandan skuadron Angkatan Laut Kerajaan Inggris di Laut Tengah.]]
Angkatan laut Inggris dan Perancis sebenarnya telah mewaspadai pergerakan SMS Goeben dan Breslau di Laut Tengah yang diyakini akan mengganggu kapal-kapal transportasi Perancis. Perkiraan ini sesuai dengan perintah Kaisar Wilhelm II yang telah mengintruksikan SMS Goeben dan Breslau untuk melakukan serangan di bagian barat Laut Tengah, sebagai antisipasi kembalinya pasukan Perancis dari koloninya di Aljazair ke Eropa, ataupun kemudian meloloskan diri ke Samudra Atlantik untuk kembali ke perairan Jerman. Namun, Jerman telah bersiap lebih awal akan hal ini — sebelum dideklarasikannya perang. Pada tanggal 3 Agustus 1914, Souchon telah mengarahkan kedua kapalnya ke Aljazair, dan dalam perjalanan, Souchon menerima kabar bahwa, Kekaisaran Jerman telah mendeklarasikan perang terhadap Perancis. Pada 4 Agustus 1914, setibanya di wilayah Aljazair, SMS Goeben kemudian membombardir kota Philippevile. Berselang 10 menit kemudian, SMS Breslau memborbardir kota Bône sesuai perintah Kaisar. Meskipun serangan ini mengakibatkan kerusakan yang relatif minor, serangan ini berhasil menunda pengiriman tentara Perancis ke Eropa. Setelah melakukan serangan tersebut, Wilhelm Souchon menerima telegram perintah lain dari atasannya— Alfred von Tirpitz dan Hugo von Pohl — untuk secara diam-diam berlayar ke Konstantinopel. Perintah ini berlawanan dan bahkan dilakukan tanpa sepengetahuan Kaisar Wilhelm II.
 
== Pengejaran ==
Dikarenakan Goeben dan Breslau tidak dapat sampai ke Konstantinopel tanpa mengisi ulang bahan bakar yang berupa batubara, kedua kapal ini kemudian berlayar kearah timur menuju Messina untuk mengisi ulang bahan bakar. Dalam perjalanan, mereka bertemu dua kapal Inggris—HMS Indomitable dan Indefatigable—yang bergerak berlawanan arah. Pada saat itu, Inggris belum mendeklarasikan perang terhadap Jerman sehingga tidak terjadi kontak senjata antar kapal. Kapal-kapal Inggris ini kemudian hanya diperintahkan melacak dan mengikuti pergerakan dari SMS Goeben dan Breslau. Mengetahui kapalnya diikuti, Souchon memerintahkan agar skuadronnya berlayar dengan kecepatan penuh untuk sampai ke Messina. Meskipun diketahui bahwa, kecepatan maksimum dari SMS Goeben adalah 25.5 knot (47,2 km/jam), kerusakan komponen menyebabkan Goeben hanya dapat berlayar dengan kecepatan 22 knot. Hal ini pun tercapai setelah melalui usaha yang sangat keras dari kru kapalnya. Tercatat setidaknya empat orang kru kapal yang bertugas di tungku pembakaran SMS Goeben tewas akibat kepanasan.
 
Dikarenakan Goeben dan Breslau tidak dapat sampai ke Konstantinopel tanpa mengisi ulang bahan bakar yang berupa batubara, kedua kapal ini kemudian berlayar kearah timur menuju Messina untuk mengisi ulang bahan bakar. Dalam perjalanan, mereka bertemu dua kapal Inggris—HMS Indomitable dan Indefatigable—yang bergerak berlawanan arah. Pada saat itu, Inggris belum mendeklarasikan perang terhadap Jerman sehingga tidak terjadi kontak senjata antar kapal. Kapal-kapal Inggris ini kemudian hanya diperintahkan melacak dan mengikuti pergerakan dari SMS Goeben dan Breslau. Mengetahui kapalnya diikuti, Souchon memerintahkan agar skuadronnya berlayar dengan kecepatan penuh untuk sampai ke Messina. Meskipun diketahui bahwa, kecepatan maksimum dari SMS Goeben adalah 25.5 knot (47,2 km/jam), kerusakan komponen menyebabkan Goeben hanya dapat berlayar dengan kecepatan 22 knot. Hal ini pun tercapai setelah melalui usaha yang sangat keras dari kru kapalnya. Tercatat setidaknya empat orang kru kapal yang bertugas di tungku pembakaran SMS Goeben tewas akibat kepanasan. Dibandingkan Goeben dan Breslau, kedua kapal Inggris ini memiliki kecepatan yang lebih rendah, sehingga tak lama kemudian Goeben dan Breslau lolos dari pantauan kedua kapal ini. Keesokan paginya, pada 5 Agustus 1914, ketika Inggris dan Jerman secara resmi telah dalam keadaan berperang, dan skuadron kapal Souchon telah sampai tanpa gangguan ke wilayah Messina.
 
== Pengejaran ==
 
Saat mengisi batu bara di Messina, Souchon menerima telegram yang berisi perintah pembatalan misi ke Konstantinopel, dikarenakan Kekaisaran Ottoman saat itu telah membatalkan izin yang sebelumnya diberikan kepada Goeben dan Breslau untuk melewati Dardanelles. Di bawah tekanan dari pemerintah Italia di Messina yang menghendaki kepergian kedua kapal secepatnya, Souchon pada akhirnya memutuskan untuk tetap berlayar ke Konstantinopel. Ia mengetahui bahwa, kapal-kapal Inggris dan Perancis telah menunggunya di Laut Tengah, dan lebih memilih memaksa Ottoman untuk menerima kedua kapalnya.