Seminari Garum: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: penggantian teks otomatis (-Olah raga, +Olahraga; -olah raga, +olahraga |
||
Baris 6:
Romo Karl Prent CM menulis pengantar artikelnya demikian:
:"Tanggal 29 Juni 1959, [[Pesta Santo Petrus dan Paulus|Pesta]] [[Santo Petrus]] dan [[Santo Paulus]], di sebuah desa yang tenang, yaitu [[Garum, Blitar|Garum]] (terletak di jalan [[Malang]]-[[Blitar]]), sekitar pukul sepuluh pagi ada keramaian yang tidak biasa. Ratusan umat Katolik dari [[Blitar]], [[Garum, Blitar|Garum]], [[Wlingi]], dan Slorok datang berduyun-duyun ke seminari. Mereka menghadiri misa agung yang dipersembahkan oleh Yang Mulia Mgr. J. Klooster, CM., Vikaris Apostolik [[Surabaya]] dan kemudian bersama-sama sarapan di ruang makan seminari. Puluhan mobil mengantar para undangan (di antaranya banyak pejabat sipil dan militer) untuk resepsi. Pesta di Garum. Hari ini ulang tahun ke-11 pendirian seminari [di keuskupan Surabaya], sebuah kompleks gedung baru secara resmi mulai digunakan. Sejumlah program pesta telah disusun: Pada malam hari akan ada pertunjukan wayang kulit untuk rakyat di sekitar dan besok pagi ratusan anak akan datang di lapangan
Dari kutipan reportase Romo Karl Prent CM di atas, Seminari Garum ternyata sudah dimulai (di tempat lain: di sebuah "kamar pastoran yang kotor") sebelas tahun yang silam (dari tahun [[1959]]). Berarti, Seminari Garum memiliki awal pendirian tahun [[1948]]. Dan, diketahui bahwa ketika Seminari Garum pertama kali digunakan tahun 1959, di situ terdapat pula pelajaran filsafat untuk 16 frater. Maksudnya, Seminari Garum pada awalnya juga sekaligus merupakan Seminari Tinggi (bagi para calon CM ketika itu), disamping pendidikan seminari menengah. Seminari Garum didirikan oleh para perintis Gereja Keuskupan Surabaya, para Romo CM, sebagai salah satu "puncak" karya misi bagi Keuskupan Surabaya.<ref>Bdk. dengan artikel dari Romo Jan Wolters CM, "Seminarie St. Vincentius te Surabaya," dalam ''Missiefront'', Agustus 1950, hlm. 150-154. Di dalam artikel itu, Romo Wolters CM menyebut bahwa karya seminari adalah karya puncak dari misi pengorbanan dan perintisan Romo-Romo CM bagi kevikariatan Surabaya.</ref>
|