Musa Asy'arie: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Umar Faruq (bicara | kontrib) |
Umar Faruq (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{kategori:mazhab filsafat Indonesia}}
=== A. Filsafat Islam Adalah Sunnah Nabi Dalam Berpikir ===
Jika disejajarkan dengan beberapa tokoh pemikir [[islam revolusioner]], [[Musa Asy’arie]] sebagai seorang [[filosof]] yang multi talenta, memiliki ciri khas serta karakter tersendiri. [[Syyed Hossein Nasr]] lebih dikenal dengan aspek tasawwuf dan filsafatnya, [[Syyed Muhammad Naquib al-Attas]] dan [[Raji al-Faruqi]] lebih kental dimensai islamisasi ilmu pengetahuannya, [[Hassan Hanafi]] sangat kental dengan bobot kalam dan filsafatnya. Maka Musa Asy’arie bisa dikatakan lebih cenderung pada aspek [[mentalitas]] dan filsafat islamnya. Hal ini dapat ditelusuri dari setiap tulisan Musa yang kerap kali mendobrak kemapanan dalam aspek mentalitas melalui paradigma [[Filsafat Islam]]. “……….Sunnah Rasul dalam berpikir itu tidak lain adalah metode rasional transendental, yaitu menganalisis fakta-fakta empirik dan mengangkatnya pada kesadaran spiritual, kemudian membangun visi transenden dalam memecahkan suatu persoalan. Sunnah berpikir itu dibakukan dalam kitab al-Qur’an dan hikmah filsafat”. “Dalam praktiknya, metode filsafat islam yang rasional transendental itu, berusaha meletakkan al-Qur’an dan [[aqal]] dalam hubungan dialogis yang fungsional, tidak struktural yang subordinatif sesungguhnya fungsi al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia, baik dalam berpikir, berperilaku maupun bertindak, hanya dimungkinkan jika al-Qur’an dan aqal berada dalam hubungan dialogis fungsional”. Prof. Dr. Musa Asy'arie guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, filosof Indonesia mazhab filsafat arab, sekaligus seorang pengusaha sukses dan aktif dalam berbagai organisasi. Saat ini menjabat sebagai staf ahli menteri bidang kebudayaan pada Departemen Komunikasi dan Informatika.
|