Shengnü: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 12:
 
Pada Maret 2011, Federasi Wanita Seluruh Tiongkok mengeluarkan sebuah artikel kontroversial berjudul 'Wanita Sisa Tak Memperdulikan Simpati Kami' tak lama setelah [[Hari Wanita Internasional]].<ref name="NYT" /> Seorang pakar menyatakan, "Gadis-gadis cantik tak butuh lahan pendidikan untuk menikah dalam keluarga kaya dan berkuasa. Namun, gadis-gadis dengan penampilan rata-rata atau jelek akan menemukan kesulitan" dan "Gadis-gadis tersebut lebih mengharapkan pendidikan mereka untuk meningkatkan persaingan mereka, Tragedinya adalah, mereka tak menyadari bahwa saat wanita menua, mereka makin dan makin memburuk. Sehingga saat mereka meraih [[gelar master|MA]] atau [[Dokterandes|PhD]], mereka menjadi tua — seperti [[mutiara]]-mutiara yang menguning."<ref name="BBC" /> Berasal dari setidaknya 15 artikel yang tersedia di situs webnya terkait subyek sheng nu, yang sekarang telah dihapus, itu meliputi nasehat dan tips mak comblang.<ref name="BBC" />
 
== Tiongkok ==
 
===Budaya dan statistik===
[[Berkas:Lin Chi-Ling (cropped).jpg|thumb|left|Model, superstar film, dan televisi [[Lin Chi-ling]], kelahiran tahun 1974, mewakili "wanita kualitas A" yang kaya, sukses secara finansial, dan terdidik di universitas yang masih belum menikah di atas usia akhir dua puluh tahunan.]]
Angka-angka [[Biro Statistik Nasional Republik Rakyat Tiongkok]] (NBS) dan sensus negara melaporkan sekitar 1 dari 5 wanita yang berusia antara 25-29 tahun masih belum menikah.<ref name="BBC" /> Sebaliknya, proporsi pria yang lebih menikah pada rata-rata usia tersebut berjumlah lebih tinggi, berkisar 1 dari 3.<ref name="PULITZER" /> Dalam sebuah Survei Pernikahan Nasional Tiongkok tahun 2010, mereka mengabarkan bahwa 9 dari 10 pria meyakini bahwa wanita harus menikah sebelum mereka berusia 27 tahun.<ref name="BBC" /> 7.4% wanita Tiongkok yang berusia antara 30-34 tahun belum menikah dan persentasenya jatuh menjadi 4.6% antara usia 35–39.<ref name="UCDM" /> Dalam perbandingan dengan negara-negara tetangga lainnya dengan nilai-nilai tradisional yang sama, angka-angak tersebut membuat Tiongkok memiliki peringkat pernikahan perempuan tertinggi di dunia.<ref name="UCDM" /> Disamping dikategorisasikan sebagai demografi "yang relatif langka", budaya sosial dan tradisi Tiongkok menempatkan masalah tersebut dalam sorotan sosial.<ref name="UCDM" />
 
Sebuah kajian dari pasangan berumah tangga di Tiongkok menyatakan bahwa pria memutuskan untuk menikahi [[ketidaksetaraan ekonomi|pasangan yang lebih rendah secara sosio-ekonomi]].<ref name="PULITZER" /> "Terdapat sebuah opini bahwa pria-pria kualitas A akan menemukan wanita kualitas B, pria-pria kualitas B akan menemukan wanita kualitas C, dan pria kualitas C akan menemukan wanita kualitas D," kata Huang Yuanyuan.<ref name="BBC" /> "Masyarakat menyisakan wanita kualitas A dan pria kualitas D. Sehingga jika kamu menjadi wanita sisa, kamu adalah kualitas A."<ref name="BBC" /> Seorang [[demografer]] [[University of North Carolina]] yang mengkaji ketidakseimbangan gender di Tiongkok, Yong Cai, lebih lanjut menyatakan bahwa "pria di bawah masyarakat meninggalkan pasar pernikahan, dan susunan yang sama tersebut datang untuk membuat wanita berada di puncak masyarakat".<ref name="ATL" />
[[Berkas:Adia Chan.jpg|thumb|190px|right|Aktris [[Hong Kong]] [[Adia Chan]] membintangi serial dalam [[Tiongkok]]-[[Singapura]] ''[[You Are the One (serial TV Singapura)|You Are the One]]'' dimana ia memerankan anak sulung yang memikirkan karir.]]
Tiongkok, dan beberapa negara Asia lainnya, berbagi sejarah panjang pandangan pernikahan konservatif dan [[patriakhal]] dan struktur keluarga meliputi pernikahan di usia muda dan [[hipergami]].<ref name="PULITZER" /><ref name="TDM2" /><ref name="BW">{{cite news|url=http://www.businessweek.com/articles/2012-08-22/chinas-leftover-ladies-are-anything-but|title=China's 'Leftover Ladies' Are Anything But|last=Larson|first=Christina|date=23 August 2012|work=[[Bloomberg Businessweek]]|accessdate=29 March 2013|location=China}}</ref> Tekanan dari masyarakat dan keluarga telah menjadi sumber kritikan, permaluan, penyudutan sosial dan [[anksietas sosial]] bagi beberapa wanita yang belum menikah.<ref name="PULITZER" /> Chen, wanita lain yang diwawancara oleh BBC, berkata bahwa sheng nu adalah "membuat teman-teman dan tetangga-tetangga mereka akan menganggapku tak normal. Dan orangtuaku juga akan mereka mereka benar-benar kehilangan muka, saat teman-teman mereka semua memiliki cucu".<ref name="BBC" /> Sentimen serupa telah dialami wanita lainnya di Tiongkok, terutama di kalangan lulusan universitas. Sebuah laporan dari [[CNN]] mengutip survei 900 lulusan universitas perempuan di 17 universitas Tiongkok dimana sekitar 70 persen dari mereka yang disurvei berkata "kekhawatiran terbesar mereka adalah menjadi perempuan 3S".<ref>{{cite news|url=http://travel.cnn.com/shanghai/life/shanghai-graduates-greatest-fear-becoming-3s-lady-455776|title=Shanghai women's biggest fear: Life without a man|date=25 August 2010|work=[[CNN]]|accessdate=29 March 2013}}</ref>
 
Peningkatan populasi wanita yang belum menikah di Tiongkok telah sebagian besar diakreditasikan ke pertumbuhan [[kelas menengah]] terdidik.<ref name="TID" /> Wanita lebih bebas dan hidup mandiri dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.<ref name="TID" /> Pada tahun 2013, ''[[Forbes]]'' mengabarkan bahwa, "11 dari 20 wanita berdikari terkaya di dunia adalah Tionghoa".<ref>{{cite news|url=http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-10-21/special-report/34626853_1_richest-self-made-women-chinese-women-leftover-women|archive-url=http://epaper.timesofindia.com/Default/Scripting/ArchiveView.asp?Daily=TOICH&AppName=1&login=default&pub=TOI&Skin=TOINEW&Enter=true&GZ=T&BaseHref=TOICH%2F2012%2F10%2F21&PageSize=4&Page=15|archive-date=2015-12-20|title=Leftover women are 'yellowed pearls'|date=21 October 2012|work=[[Times of India]]|accessdate=30 March 2013}}</ref> Selain itu, mereka menyatakan bahwa para [[CEO]] perempuan Tiongkok meliputi 19 persen dari wanita dalam pekerjaan manajemen membuatnya terbesar kedua di seluruh dunia setelah [[Thailand]].<ref>{{cite news|url=http://www.businessinsider.com/you-do-not-want-to-be-a-single-woman-over-28-in-china-2012-7|title=You Do Not Want To Be A Single Lady Over 28 In China|last=Keenlyside|first=Sarah|author2=Wang, Lily |date=30 July 2012|work=[[Business Insider]]|accessdate=30 March 2013}}</ref> Yang lainnya menyatakan bahwa hal ini telah mengurangi niat para pria untuk mengkencani wanita yang secara profesional lebih sukses ketimbang mereka atau tak berniat untuk bekerja atau keduanya.<ref name="TDM2" /> Sebuah tren pertumbuhan cepat dalam [[hubungan di luar nikah]] telah menjadi umum disurvei dan dikenal di kalangan wanita di Tiongkok.<ref name="BW" /> Pada 1989, 15% wanita Tiongkok menjalani hubungan di luar nikah bertentangan dengan tahun 2013 dimana antara 60-70% telah melakukannya.<ref name="BW" /> Profesor [[Chinese Academy of Social Sciences]] Li menyatakan bahwa ini menunjukkan peningkatan dalam jenis-jenis hubungan di kalangan generasi baru di Tiongkok.<ref name="BW" />
 
Sebuah gerakan di Tiongkok agar kata tersebut dicekal dari sebagian besar situs web pemerintahan, termasuk situs web Federasi Wanita Seluruh Tiongkok, secara marginal sukses.<ref name="DM" /> Pemakaian kata tersebut diubah menjadi "wanita tua yang belum menikah", namun sheng nu masih merebak dan menjadi gagasan umum.<ref name="DM" /> Istilah tersebut juga dikecam oleh beberapa feminis dengan pembukaan klub-[[klub sosial]] 'sheng nu'.<ref name="PULITZER" /> Dalam sebuah wawancara dengan penyunting fashion Sandra Bao oleh ''[[Pulitzer Center on Crisis Reporting]]'', Bao menyatakan bahwa "beberapa wanita lajang modern di Tiongkok menikmati kemerdekaan mereka dan merasa nyaman memegang hak pria, bahkan saat mereka beranjak tua." Ia kemudian menjelaskan, "Mereka tak ingin membuat kompromi karena usia atau tekanan sosial".<ref name="PULITZER" />
 
Antara 2008 dan 2012, sosiolog Sandy To, saat di [[University of Cambridge]], memakai kajian 'metode teori menurun; di Tiongkok terkait topik tersebut.<ref name="UOC" /> Riset To berfokus pada "pilihan mitra rumah tangga" oleh wanita profesional Tiongkok dalam bentuk [[tipologi psikologi|tipologi]] dari empat "strategi pilihan mitra" yang berbeda.<ref name="UOC" /> Temuan utama dari kajian tersebut menemukan bahwa kepercayaan masyarakat bahwa wanita lajang dan berpendidikan tinggi yang masih belum menikah, atau tak ingin mengambil peran tradisional dalam pernikahan, karena niat sendiri berseberangan dengan mereka yang umumnya berniat untuk menikah dan tantangan utama mereka ada;lah sikap patriarkhal tradisional.<ref name="UOC" /> Kajian tersebut juga menekankan bahwa di negara-negara Asia lainnya seperti [[Jepang]], [[Singapura]], [[Korea Selatan]], dan [[Taiwan]], dimana wanita meraih pendidikan tinggi, yang secara bersamaan, rata-rata usia pernikahan di kalangan mereka berjumlah lebih tinggi.<ref>{{cite news|url=http://news.cn.yahoo.com/ypen/20130307/1644257.html|title=港大博士发表论文 称甲男配乙女观念催生剩女_雅虎资讯|last=者 俞陶然|author2=邬思蓓|date=7 March 2013|work=[[Yahoo! News]]|accessdate=23 April 2013|location=Beijing}}</ref> ''[[People's Daily]]'' dari Tiongkok mengutip sebuah servei [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] tahun 2012 yang menemukan 74 persen wanita di [[Britania Raya]] dan 70 persen wanita di Jepang adalah lajang antara usia 25 dan 29 tahun.<ref name="PD" /> ''[[The China Daily]]'' menerbitkan sebuah artikel yang mengutip angka dari Data Pernikahan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2012 yang mengabarkan 38% wanita di Amerika Serikat, dan lebih dari 50% wanita di Inggris masih belum menikah pada usia 30an tahun.<ref name="UCDM" />
 
== Referensi ==