Demokrasi di Jerman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Gilang Syawal Ajiputra memindahkan halaman Demokrasi di Jerman Barat ke Demokrasi di Jerman: Masukan dari Panitia Proyek Ganesha, karena latarbelakang menjelaskan kondisi politik diseluruh Jerman, bukan hanya Jerman Barat |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
[[Berkas:West German border warning sign at Schlagsdorf.jpg|jmpl|Tanda peringatan batas Jerman Barat di Schlagsdorf]]▼
'''Demokrasi di Jerman Barat''' adalah sebuah proses politik, khususnya dalam proses perkembangan prinsip dan nilai-nilai [[demokrasi]] di [[Jerman]] yang dimulai dari [[Jerman Barat]]. Setelah kejayaan masa [[Kekaisaran Jerman]] hingga keruntuhan [[otoritarianisme]] pada masa kekuasaan [[Reich Ketiga]] atau Rezim [[Jerman Nazi]] pasca-[[Perang Dunia II]] yang mendorong terpecahnya Jerman menjadi dua negara, [[Jerman Barat]] dan [[Jerman Timur]]. Proses [[demokratisasi]] di [[Jerman Barat]] menjadi salah satu langkah penting bagi pertumbuhan dan pembentukan kembali identitas politik Negara [[Jerman]] sebagai sebuah negara yang [[demokratis]] saat ini, sekaligus tantangan dalam menghadapi pengaruh [[komunisme]] yang menguasai [[Jerman Timur]] selama [[Perang Dingin]].<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 417</ref>
Baris 13 ⟶ 12:
Nilai-nilai Nasionalisme Romantik itu kemudian terserap oleh masyarakat Jerman kala itu, dan salah satu tokohnya adalah [[Johann Gottfried von Herder]] (1744-1803). Von Herder percaya bahwa [[Tuhan]] telah menciptkan semua bangsa-bangsa dari asal-usul yang berbeda, sehingga setiap bangsa memiliki keunikan bahasa, budaya, dan tradisi yang berbeda-beda dan setiap bangsa itu memiliki kontribusinya masing-masing dalam pembentukan peradaban dengan keunikannya masing-masing. Bagi Von Herder, penerimaan terhadap kebudaayan bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya adalah sesuatu yang salah dan membuatnya gusar, terutama saat kelas [[elit]] di [[Jerman]] yang saat itu menerima [[Bahasa Perancis]] melalui sebuah usaha yang disebut [[sofistifikasi]], sehingga menurut Von Herder hal ini telah merusak kebudayaan asli [[Jerman]].<ref>Ian Adams, Ideologi Politik Muktahir, diterjemahkan dari judul asli, Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 125</ref>
[[Berkas:Bundesarchiv Bild 146-2004-0096, Kaiser Wilhelm II. minifoto.jpg|jmpl|257x257px|Kaisar Wilhelm II]]
Nasionalisme Jerman semakin menjadi ketika Pasukan [[Revolusi Perancis]] atau [[Republik Ketiga Perancis]] menduduki [[Jerman]] atas nama “Pembebasan Jerman”, banyak orang Jerman kemudian bereaksi melawan [[Perancis]] dan melahirkan suatu konsepsi nasionalisme, yang kemudian menjadi [[Nasionalisme Jerman]], salah satu tokohnya adalah [[Johann Fitche]] (1763-1814). Fitce menghonversi pemikiran Von Herder menjadi lebih politis dalam salah satu bukunya yang berjudul [[Address to The German Nation of 1807-08]], di dalam bukunya itu, Fiche menyerukan agar seluruh [[Bangsa Jerman]] bersatu untuk melawan pendudukan [[Perancis]] dan Bangsa Jerman tidak boleh hanya membersihkan dirinya sendiri dari pengaruh politik asing, tetapi juga pengaruh budaya dan intelektual asing. Ide-ide Fitche dan Von Herder itulah yang kemudian melandasi konsep [[Nasionalisme Jerman]] dan [[Pan-Jermanisme]].<ref>Ian Adams, Ideologi Politik Muktahir, diterjemahkan dari judul asli, Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 123 dan 137</ref>
Baris 19 ⟶ 18:
[[Nasionalisme Jerman]] yang diejawantahkan oleh [[Kaisar Wilhelm II]] dalam semangat [[Pan-Jermanisme]] melalui penyatuan berbagai [[Bangsa Jermanik]] dalam sebuah [[Kekaisaran Jerman]] telah mendorong pecahnya [[Perang Dunia I]].<ref>Ian Adams, Ideologi Politik Muktahir, diterjemahkan dari judul asli, Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 137</ref> [[Kekaisaran Jerman]] kemudian menggabungkan diri dalam [[Blok Sentral]] bersama kekuatan-kekuatan [[monarkis]] lainnya, sisa-sisa dari [[Perang Salib]], seperti [[Austria-Hungaria]] dan [[Kesultanan Utsmaniyah|Turki Usmaniyah]] untuk mengadapi [[Blok Sekutu]] atau [[Entente Tiga|Tiga Entente]], yang terdiri dari [[Britania Raya]], [[Perancis]], dan [[Kekaisaran Rusia]].<ref>{{Cite news|url=https://www.britannica.com/event/World-War-I|title=World War I {{!}} Facts & History|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-11-25}}</ref>
== Demokrasi
Semangat [[Pan-Jermanisme]] yang digagas [[Kaisar Wilhelm II]] harus pupus karena [[Kekaisaran Jerman]] kalah dalam [[Perang Dunia I]]. [[Kekaisaran Jerman]] akhirnya dibubarkan sebagai bentuk konsekuensi atas tuntutan [[Sekutu]] pemenang perang, sebagai gantinya terjadi perubahan sistem politik kenegaraan di Jerman, dari sistem
arki menjadi sebuah negara [[republik]], yaitu [[Republik Weimar]].<ref>{{Cite news|url=https://www.britannica.com/topic/Weimar-Republic|title=Weimar Republic {{!}} German history [1919-1933]|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-11-25}}</ref> Berdirinya [[Republik Weimar]] sekaligus menegaskan konstitusi demokratis pertama bagi [[Jerman]] yang mulai berlaku pada 1919. Dalam konstitusi demokratis [[Republik Weimar]] itu, masyarakat [[Jerman]] mulai dikenalkan dengan proses-proses politik yang berdasarkan nilai-nilai [[demokrasi]], seperti memberikan hak pilih universal dengan mengikut sertakan perempuan dalam badan pemilihan umum untuk pertama kalinya dan sistem pemilihan yang proporsional dalam perwakilan, sejak saat itu mendadak seluruh warga Jerman ikut serta dalam proses politik.<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 418</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.britannica.com/topic/Weimar-Republic|title=Weimar Republic {{!}} German history [1919-1933]|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-11-25}}</ref>
Baris 29 ⟶ 30:
== Otoritarianisme Nazi ==
[[Berkas:Bundesarchiv Bild 102-14439, Rede Adolf Hitlers zum Ermächtigungsgesetz.jpg|jmpl|[[Adolf Hitler]] berpidato di [[Reichstag]] saat [[Partai Nazi]] masih berkuasa]]
Ditengah keputusasaan rakyat [[Jerman]] dan tingkat ketidakpercayaan yang semakin tinggi terhadap pemerintah, partai-partai politik saling berebut untuk berkuasa di [[Reichstag]] ([[Parlemen Jerman]]), salah satu partai politik yang mampu merebut simpati masyarakat Jerman saat itu adalah [[Partai Nazi|Nationalsozialistische Deutsche Arbeiter Partei]] (NSDAP) atau biasanya disebut [[Partai Nazi]] saja. Sejak Partai Nazi berdiri pada 1919 dan partai ini masih dipimpin oleh [[Anton Drexler]], mereka hanya memiliki 12 kursi di Reichstag pada 1928. Elektabilitas Partai Nazi meningkat, ketika estafet kepemimpinan diambil alih oleh [[Adolf Hitler]], jumlah kursi Reichstag yang berhasil diperoleh Partai Nazi pada 1930 adalah 107 kursi, kemudian jumlah ini berlipat menjadi 230 pada Juli 1932.<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 418</ref>
Baris 44 ⟶ 46:
== Menuju Kemapanan Demokrasi ==
[[Berkas:West Germany & East Germany Flag Map (1948 - 1990).png|jmpl|Peta bendera Jerman Barat dan Jerman Timur]]
=== Dua Jerman: Demokrasi dan Kediktatoran Soviet ===
▲[[Berkas:West German border warning sign at Schlagsdorf.jpg|jmpl|Tanda peringatan batas Jerman Barat di Schlagsdorf]]
Pasca [[Perang Dunia II]], banyak anggota ataupun keluarga anggota [[Partai Nazi]] dan tentara [[Jerman]] yang bertugas saat [[Perang Dunia II]] diadili sebagai Penjahat Perang, mereka diburu hingga ke [[Spanyol]] dan [[Argentina]].<ref>{{Cite news|url=http://www.theguardian.com/news/2017/aug/31/the-last-nazi-hunters|title=The last Nazi hunters|last=Kinstler|first=Linda|date=2017-08-31|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2017-11-25}}</ref> Selain itu, para perempuan Jerman banyak mengalami [[pemerkosaan]] oleh [[Tentara Merah]] [[Uni Soviet]] selama [[Pertempuran Berlin]] tetapi tak satupun dari personel [[Tentara Merah]] yang dibawa ke [[Pengadilan HAM|Pengadilan HAM Internasional]] (lihat film [[A Woman in Berlin]]),<ref>{{Cite news|url=http://www.dailymail.co.uk/news/article-1080493/Stalins-army-rapists-The-brutal-war-crime-Russia-Germany-tried-ignore.html|title=Stalin's army of rapists: The brutal war crime that Russia and Germany tried to ignore|newspaper=Mail Online|access-date=2017-11-25}}</ref> dan yang paling buruk dalam sejarah [[Jerman]] adalah terbentuknya dua “Negara-Bangsa” Jerman, yaitu [[Jerman Barat]] dan [[Jerman Timur]].<ref>{{Cite news|url=http://www.spiegel.de/international/germany/out-of-the-ashes-a-new-look-at-germany-s-postwar-reconstruction-a-702856.html|title=Out of the Ashes: A New Look at Germany's Postwar Reconstruction|last=Leick|first=Romain|date=2010-08-10|last2=Schreiber|first2=Matthias|newspaper=Spiegel Online|last3=Stoldt|first3=Hans-Ulrich|access-date=2017-11-25}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.ranker.com/list/germany-after-world-war-2/david-sharp|title=14 Harsh Realities of Life in Germany After WWII|newspaper=Ranker|language=en|access-date=2017-11-25}}</ref>
Kebangkitan demokrasi di Jerman tidak memungkinkan dimulai oleh [[Jerman Timur]], karena pada 7 Oktober 1949, [[Uni Soviet]] yang berkuasa di Jerman Timur secara resmi mendirikan sebuah [[negara komunis]] di wilayah itu yaitu [[Republik Demokratik Jerman]] (nama resmi dari [[Jerman Timur]]). Dalam menjalankan pemerintahannya, Jerman Timur banyak dipengaruhi oleh kelola pemerintahan di [[Uni Soviet]], yaitu [[kediktatoran proletariat]]. Salah satunya yang diadopsi oleh Jerman Timur adalah dibentuknya unit polisi rahasia''[[Staatssicherheit]]'' (mirip dengan [[NKVD]] di [[Uni Soviet]]). ''Staatssicherheit'' sebenarnya bukan anggota polisi berseragam dan bersenjata, mereka lebih mirip intelejen. Anggota ''Staatssicherheit'' direkrut dari warga negara biasa yang bertugas untuk pemerintah, hal ini menyebabkan kebebasan politik di [[Jerman Timur]] menjadi tertekan dan mempersulit tumbuhnya nilai-nilai [[demokrasi]].<ref>{{Cite news|url=http://global.liputan6.com/read/3123782/5-fakta-menarik-jerman-timur-di-masa-komunisme|title=5 Fakta Menarik Jerman Timur di Masa Komunisme|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-11-27}}</ref>
Selain tidak adanya kebebasan politik karena adanya polisi rahasia ''Staatsicherheit,'' warga Jerman Timur juga ditekan dalam kehidupan ekonominya. Bahkan, warga Jerman Timur dilarang menggunakan [[calana jeans]], karena pemerintah yang dikendalikan oleh rezim [[komunis]] menganggap celana jeans adalah simbol dari "kebudayaan [[kapitalisme]] Barat", meskipun banyak warga Jerman Timur yang ingin memiliki celana jeans, namun mereka takut. Selain itu, warga Jerman Timur juga membutuhkan waktu lama hanya untuk membeli sebuah mobil, bahkan untuk mobil yang paling murah saat itu. Keterbelakangan ekonomi ini artinya warga Jerman Timur memiliki daya beli yang rendah dan bukan karena warga tidak punya keinginan untuk maju, tetapi karena pemerintah membatasi kepemilikan pribadi warga negara.<ref>{{Cite news|url=http://global.liputan6.com/read/3123782/5-fakta-menarik-jerman-timur-di-masa-komunisme|title=5 Fakta Menarik Jerman Timur di Masa Komunisme|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-11-27}}</ref>
▲Pasca [[Perang Dunia II]], banyak anggota ataupun keluarga anggota [[Partai Nazi]] dan tentara [[Jerman]] yang bertugas saat [[Perang Dunia II]] diadili sebagai Penjahat Perang, mereka diburu hingga ke [[Spanyol]] dan [[Argentina]].<ref>{{Cite news|url=http://www.theguardian.com/news/2017/aug/31/the-last-nazi-hunters|title=The last Nazi hunters|last=Kinstler|first=Linda|date=2017-08-31|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2017-11-25}}</ref> Selain itu, para perempuan Jerman banyak mengalami [[pemerkosaan]] oleh [[Tentara Merah]] [[Uni Soviet]] selama [[Pertempuran Berlin]] tetapi tak satupun dari personel [[Tentara Merah]] yang dibawa ke [[Pengadilan HAM|Pengadilan HAM Internasional]] (lihat film [[A Woman in Berlin]]),<ref>{{Cite news|url=http://www.dailymail.co.uk/news/article-1080493/Stalins-army-rapists-The-brutal-war-crime-Russia-Germany-tried-ignore.html|title=Stalin's army of rapists: The brutal war crime that Russia and Germany tried to ignore|newspaper=Mail Online|access-date=2017-11-25}}</ref> dan yang paling buruk dalam sejarah [[Jerman]] adalah terbentuknya dua “Negara-Bangsa” Jerman, yaitu [[Jerman Barat]] dan [[Jerman Timur]].<ref>{{Cite news|url=http://www.spiegel.de/international/germany/out-of-the-ashes-a-new-look-at-germany-s-postwar-reconstruction-a-702856.html|title=Out of the Ashes: A New Look at Germany's Postwar Reconstruction|last=Leick|first=Romain|date=2010-08-10|last2=Schreiber|first2=Matthias|newspaper=Spiegel Online|last3=Stoldt|first3=Hans-Ulrich|access-date=2017-11-25}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.ranker.com/list/germany-after-world-war-2/david-sharp|title=14 Harsh Realities of Life in Germany After WWII|newspaper=Ranker|language=en|access-date=2017-11-25}}</ref>[[Berkas:West Germany & East Germany Flag Map (1948 - 1990).png|jmpl|Peta bendera Jerman Barat dan Jerman Timur]]
[[Jerman Timur]] yang menjadi daerah pendudukan [[Uni Soviet]] memang harus diakui lebih terbelakang daripada [[Jerman Barat]] yang menjadi pendudukan [[Amerika Serikat]], [[Britania Raya]], dan [[Perancis]]. Sikap Uni Soviet yang sangat membenci Jerman (terutama saat dibangun [[Tembok Berlin]]) mengindikasikan bahwa pada awalnya Uni Soviet tidak berniat untuk hengkang dari daerah pendudukan mereka di [[Jerman Timur]], hal ini menjadikan harapan untuk bangkit bagi [[Bangsa Jerman]] adalah dari [[Jerman Barat]].<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
===
Keterbelakangan Jerman Timur terjadi dibanyak sektor, Uni Soviet jelas menjalankan praktek balas dendamnya dengan membuat warga Jerman Timur menderita, hal berbeda dialami Jerman Barat yang perlahan dibangkitkan secara ekonomi dan politik, salah satunya dengan proses-proses menuju [[demokratisasi]], oleh karena itu harapan bagi Bangsa Jerman bertopang pada Jerman Barat. Langkah pertama [[Jerman Barat]] untuk merekonstruksi [[demokrasi]] di [[Jerman]] adalah melalui [[Hukum Dasar Bonn]].<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
[[Hukum Dasar Bonn]] diawali dengan bersedianya [[Amerika Serikat]], [[Perancis]], [[Britania Raya]] untuk menyerahkan kembali kekuasaannya atas daerah pendudukan di [[Jerman Barat]] kepada penduduk asli atau [[pribumi]] [[Jerman]] pada 1949. Kemudian setelah itu, karena [[Berlin]] tidak kondusif lagi untuk dijadikan ibukota, selain karena sudah terpecah menjadi [[Berlin Barat]] dan [[Berlin Timur]], Berlin sendiri secara [[de jure]] masuk ke dalam wilayah pendudukan [[Uni Soviet]] di [[Jerman Timur]], maka Kota [[Bonn]] yang terletak di tepi [[Sungai Rhein]] ditunjuk menjadi ibukota dari [[Jerman Barat]] sekaligus memulai untuk dilaksanakannya pasal-pasal dalam [[Hukum Dasar Bonn]].<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
[[Berkas:Bundesarchiv B 145 Bild-F034157-0031, Bonn, Bundeskanzler Brandt empfängt Schauspieler.jpg|jmpl|307x307px|Willy Brandt (pria di sebelah kiri)]]
Sebenarnya pada saat Hukum Dasar Bonn diterapkan dan Kota [[Bonn]] menjadi ibukota dari [[Jerman Barat]], muncul kesadaran dari para elit politik [[Jerman Barat]]. Kesadaran itu muncul karena jika Hukum Dasar Bonn disahkan menjadi [[konstitusi]], maka sama saja dengan mengakui pembagian Jerman untuk selama-lamanya. Oleh karena itu para elit [[Jerman Barat]] memanfaatkan instrument politik yang dibangun oleh sistem [[demokrasi]] yang ada untuk memperjuangakan “Persatuan Jerman” melalui [[demokrasi]] pula.<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
Sejak 1949, kebangkitan dan perkembangan [[Jerman Barat]] menjadi tolok ukur perkembangan [[demokrasi]] di [[Jerman]]. Selain dari [[Hukum Dasar Bonn]], demokratisasi di Jerman Barat juga terindikasikan dari prestasi pemerintahan [[Sosial demokrat|Sosial-Demokrat]] dibawah Kanselir [[Willy Brandt]] (1969 – 1974), prestasi itu adalah “pengakuan” [[Jerman Barat]] atas kedaulatan [[Jerman Timur]], meskipun terlihat kontra-produktif dengan tujuan menyatukan kembali Jerman, “pengakuan” dari [[Jerman Barat]] terhadap [[Jerman Timur]] itu menjadi langkah awal untuk menormalisasi hubungan kedua Jerman, bahkan juga normalisasi hubungan dengan [[Uni Soviet]].<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
Pasukan [[Sekutu]] [[Barat]] yang menduduki [[Jerman Barat]] setelah memenangkan [[Perang Dunia II]] mengawali usaha-usaha terciptanya lembaga demokratis yang baru sama sekali, jadi meskipun Jerman punya pengalaman demokrasi pada masa [[Republik Weimar]], tetapi pasukan pendudukan Sekutu tidak ingin mengulangi kesalahan demokrasi Weimar, akhirnya sebagian besar proses demokratisasi di [[Jerman Barat]] meniru sistem [[demokrasi]] di [[Amerika Serikat]]. Salah satu lembaga demokratis yang dibangun oleh [[Jerman Barat]] adalah [[Mahkamah Konstitusi Jerman]].
Seperti halnya fungsi dan tugas [[Mahkamah Konstitusi]] pada umunya di seluruh dunia, Mahkamah Konstitusi di Jerman Barat berfungsi sebagai pelindung hak-hak konstitusi warga negara. Dengan kekuasaan untuk meninjau hasil keputusan dan menggagalkan setiap undang-undang atau peraturan yang menunjang [[otoritarianisme]] yang dihasilkan parlemen ataupun pemerintah, Mahkamah Konstitusi Jerman Barat telah memulai satu langkah lanjutan bagi Jerman di kemudian hari sebagai negara yang demokratis sampai saat ini.<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
Selain berdirinya Mahkamah Konstitusi, para elit politik di [[Jerman Barat]] terus mencontoh [[Amerika Serikat]] sebagai negara demokratis yang mapan di dunia, salah satunya adalah memapankan sistem negara [[federalisme]] sebagai komitmen Jerman Barat terhadap [[otonomi daerah]] dan [[desentralisasi]]. Untuk membentuk suatu negara [[federasi]] yang kuat, [[Jerman Barat]] terdiri dari sepuluh negara bagian (yang disebut sebagai [[Lander]]), sementara [[Bonn]] menjadi tempat dari pemerintahan pusat yang sekaligus menjadi “pemerintahan federal khusus” (kurang lebih mirip dengan otonomi yang dimiliki [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]] di [[Indonesia]]).<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
Namun, yang berbeda antara [[Jerman Barat]] dengan [[Amerika Serikat]] adalah bentuk pemerintahannya, yaitu kedudukan [[kanselir Jerman Barat]] lebih mirip [[Perdana Menteri Inggris]] daripada [[Presiden Amerika Serikat]]. Majelis Tinggi di [[Parlemen Jerman Barat]] atau [[Bundesrat]] memiliki hak veto mutlak atas pembuatan undang-undang dan kewenangan tertinggi untuk menunjuk seorang kanselir. Memposisikan parlemen sebagai lembaga tertinggi juga sekaligus mencegah terulangnya kedudukan presiden menjadi otoritas tertinggi seperti era [[Paul von Hindenburg]]. [[Presiden Republik Federal Jerman Barat]] lebih sebagai kepala negara saja, dipilih melalui Majelis Rendah atau [[Bundestag]]. Karena tidak memiliki mandat dari rakyat dan kewenangan konstitusinya sempit, maka posisi Presiden Republik Federal Jerman tidak strategis.<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
|