Ekspansi hominini awal keluar Afrika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 65:
 
=== Berkembang penyakit zoonosis ===
Bar-Yosef dan [[Cohen]]<ref name="Bar-Yosef, O. 2001" /> berpendapat bahwa keberhasilan dari hominid di Eurasia setelah keluar dari Afrika, sebagian disebabkan karena tidak adanya [[Zoonosis|penyakit zoonosis]] di luar habitat asli mereka. Penyakit zoonosis merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Sementara penyakit yang spesifik untuk hominid dapat menjaga tubuh hominid tersebut hidup cukup lama untuksebelum menularkanpenyakit dirinyaitu ditularkan kepada individu sendirilain, penyakit zoonosis tidak selalu seperti demikianitu karena penyakit zoonosis dapat menyelesaikan siklus hidup mereka tanpa manusia. Namun demikian, infeksi penyakit zoonosis terbiasa dengan kehadiran manusia, dan telah berkembang bersama mereka. Semakin tinggi kepadatan populasi kera Afrika, semakin baik penyebaran penyakit. 55% simpanse di pusat reservasi Gombe mati karena penyakit, yang hampir semua penyakit tersebut merupakan penyakit zoonosis.<ref>Goodall, J., (1986). ''The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior''. Belknap Press of Harvard University Press, Cambridge, MA</ref> Sebagian besar penyakit-penyakit itu masih terbatas pada lingkungan Afrika yang panas dan lembab. Setelah hominid berpindah ke habitat yang lebih kering dan lebih dingin di lintang bumi yang lebih tinggi, salah satu faktor pembatas utama pertumbuhan populasi itu dapat dihilangkan.
 
=== Biologi hominini ===
[[Berkas:Homo_habilis-2.JPG|jmpl|241x241px|<span>Interpretasi artistik [[Homo habilis|''Homo habilis'']]</span>]]
Sementara ''Homo habilis'' memiliki dua kaki, lengannya yang panjang adalah indikasi dari adaptasi arboreal.<ref>{{Cite journal|last=Ruff|first=Christopher|date=2009-01-01|title=Relative limb strength and locomotion in Homo habilis|url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ajpa.20907/abstract|journal=American Journal of Physical Anthropology|language=en|volume=138|issue=1|pages=90–100|doi=10.1002/ajpa.20907|issn=1096-8644}}</ref> Sementara ''Homo erectus'' memiliki kaki yang lebih panjang dan lengan yang lebih pendek, yang menunjukkan transisi dalam kewajiban adaptasi hidup pada lingkungan tertentu, meskipun masih belum jelas bagaimana perubahan pada panjang kaki relatif iniitu mungkin merupakan suatu keuntungan.<ref>{{Cite journal|last=Steudel|first=Karen|date=1996-02-01|title=Limb morphology, bipedal gait, and the energetics of hominid locomotion|url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/(SICI)1096-8644(199602)99:23.0.CO;2-X/abstract|journal=American Journal of Physical Anthropology|language=en|volume=99|issue=2|pages=345–355|doi=10.1002/(sici)1096-8644(199602)99:2%3C345::aid-ajpa9%3E3.0.co;2-x|issn=1096-8644}}</ref> Ukuran tubuh, di sisi lain, menyebabkan aktivitas berjalan menjadi lebih baik baik dari segi [[efisiensi energi]] dan daya tahan.<ref>{{Cite journal|last=Steudel|first=Karen L.|date=1994-01-01|title=Locomotor energetics and hominid evolution|url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/evan.1360030205/abstract|journal=Evolutionary Anthropology: Issues, News, and Reviews|language=en|volume=3|issue=2|pages=42–48|doi=10.1002/evan.1360030205|issn=1520-6505}}</ref> ''Homo erectus'' yang lebih besar juga [[Dehidrasi|mengalami dehidrasi]] secara lebih lambat dan dengan demikian dapat menempuh jarak yang lebih jauh sebelum menghadapi keterbatasan [[Termoregulasi hewan|termoregulasi]].<ref>Wheeler, P. E. (1992). "The thermoragulatory advantages of large body size for hominids foraging in Savannah environments". ''Journal of Human Evolution'', 23(4), 351–362</ref> Kemampuan untuk berjalan dalam jarak yang jauh pada kecepatan normal menjadi faktor yang menentukan keefektifan pendudukan ''Homo erectus'' di Eurasia.<ref>Klein, R. G. (1999). ''The human career: Human biological and human origins'', (2nd ed.). Chicago: Chicago University Press. 249-250</ref>
 
==== Termoregulasi otak ====
[[Berkas:Homo_erectus_new.JPG|jmpl|250x250px|<span>interpretasi artistik</span>'' [[Homo erectus]]'']]
[[Termoregulasi]] dan [[dehidrasi]] adalah masalah utama yang perlu ditangani saat berpindah ke padang rumput terbuka. Secara khusus, [[angiogenesis ]] atau vaskularisasi otak yang sangat penting dalam menjaga agar termoregulasi dan dehidrasi inidapat terjadi dalam kerangka yang sempit, pada suhu yang dapat ditoleransi.
 
Tulang tempurung kepala yang lebih besar tumbuh sebagai respon perluasan massa otak, sedemikian rupa sehingga jaringan otak dan [[pembuluh darah]] mencetak bagian dalam otak. Cetakan bagian dalam (''endocranial cast'') fosil tengkorak memungkinkan mendekati proses pembentukan vaskuler otak.<ref>Bruner, E. (2003). "Fossil traces of the human thought: paleoneurology and the evolution of the genus ''Homo''". ''Rivista di Antropologia'' [''Journal of Anthropological Sciences''], 81, 29–56</ref> Dean Falk melihat bahwa saluran besar tunggal yang mengangkut fluida, sinus oksipital marjinal (''occipital marginal sinus''), bertanggung jawab untuk mengairi sebagian besar otak pada [[Australopithecine|australophecine]] awal (''[[Australopithecus afarensis]]'', ''[[Paranthropus robustus]]'' dan ''[[Paranthropus boisei]]'').<ref>{{Cite journal|last=Falk|first=Dean|date=1986-07-01|title=Evolution of cranial blood drainage in hominids: Enlarged occipital/marginal sinuses and emissary foramina|url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ajpa.1330700306/abstract|journal=American Journal of Physical Anthropology|language=en|volume=70|issue=3|pages=311–324|doi=10.1002/ajpa.1330700306|issn=1096-8644}}</ref> Saluran tersebut tumbuh menjadi lebih kecil seiring waktu, untuk secara bertahap digantikan oleh jaringan pembuluh darah kecil pada hominid yang datang kemudian, dimulai dari ''Homo habilis'' dan melanjutkanberlanjut ke Eurasia. Ia menafsirkan perubahan tersebut sebagai adaptasi untuk mendinginkan otak,<ref>Falk, D. (1988). "Enlarged occipital/marginal sinuses and emissary foramina: Their significance in hominid evolution". In: ''The evolutionary history of the "robust" australopithecines'' (eds. F. Grine. Aldine)</ref> sebagaimana yang ia gunakan untuk mengembangkan teorinya, "teori radiator", untuk mempercepat [[Ensefalisasi|encefalisasiensefalisasi]] dari ''Homo habilis'' dan hominini yang datang setelahnya.<ref>{{Cite journal|last=Falk|first=Dean|date=1990/06|title=Brain evolution in Homo: The “radiator” theory1|url=https://www.cambridge.org/core/journals/behavioral-and-brain-sciences/article/brain-evolution-in-homo-the-radiator-theory1/DC2C8FEF97A35B699DFE7BFEC2093CA9|journal=Behavioral and Brain Sciences|volume=13|issue=2|pages=333–344|doi=10.1017/s0140525x00078973|issn=1469-1825}}</ref> Menurut Falk, [[bipedalisme]], yang mendahului otak besar, membutuhkan susunan pembuluh darah otak menuju jaringan irigasi berbantuanyang memerlukan bantuan gravitasi, yangsehingga memungkinkan pendinginan yang dibutuhkan untuk encefalisasiensefalisasi.
 
Cetakan bagian dalam otak (''endocranial cast'') dari ''Homo habilis'' dan ''Homo erectus'' berbeda dalam organisasi [[lobus frontal]], khususnya pada bagian [[korteks prefrontal]], dimana fungsi mental [[kesadaran]] yang lebih tinggi dan abstraksi terjadi.<ref>Holloway, R. L., Sherwood, C. C., Hof, P. R., & Rilling, J. K. (2009). "Evolution of the Brain in Humans – Paleoneurology". In ''Encyclopedia of Neuroscience'', 1326-1338</ref> Dengan sendirinya, kapasitas mental memiliki kemungkinan memainkan peran dalam keberhasilan pendudukan di Eurasia. Kompleksitas sosial yang lebih besar dapat pula terbentuk,<ref>O'Connell J. F., Hawkes, K., & Jones, N. G. B. (1999). "Grandmothering and the evolution of Homo erectus". ''Journal of Human Evolution'', 36, 461–485</ref> predasi dan berbagi mangsa,<ref>Stanford, C.B., 1998. "The social behavior of chimpanzees and bonobos: empirical evidence and shifting assumptions". ''Current Anthropology'', 39, 399–420</ref> dan secara keseluruhan kualitas makanan/[[diet]] yang lebih baik.<ref>Aiello, L.C., Wheeler, P., 1995. "Expensive-tissue hypothesis: the brain and digestive system in human and primate evolution". ''Current Anthropology'' 36, 199}221</ref> Jika mempercayai Bednarik dan perjalanan laut ''Homo erectus ''Indonesia, maka otak mereka harus berperan dalam perencanaan melintasi wilayah perairan.
 
Menurut Wheeler,<ref>Wheeler, P. E. (1985). "The Loss of Functional Body Hair in Man: the Influence of Thermal Environment, Body Form and Bipedality". ''Journal of Human Evolution'', 14(1), 23–28. doi:10.1016/S0047-2484(85)80091-9</ref> hilangnya fungsional rambut tubuh dapat membantu mencegah [[hipertermia]], karena rambut dapat menghambat aliran udara di kulit dan membatasi pendinginan melalui [[penguapan]]. Lebih lanjut ia mengusulkan bahwa pendinginan tubuh karena kehilangan rambut tubuh telah melenyapkan kendala termal pada ukuran otak (namun dalam menanggapi hipotesis radiator yang diajukan Falk, [[Ralph Holloway]] menyatakan bahwa tidak ada bukti untuk kendala temperatur pada ukuran otak<ref>{{Cite journal|last=Holloway|first=Ralph L.|date=1990/06|title=Falk's radiator hypothesis|url=https://www.cambridge.org/core/journals/behavioral-and-brain-sciences/article/falks-radiator-hypothesis/970EB53DF34D4C3DEA0D6163208D7398|journal=Behavioral and Brain Sciences|volume=13|issue=2|pages=360–360|doi=10.1017/s0140525x00079139|issn=1469-1825}}</ref>). Meski demikian, perbedaan rambut tubuh antara ''Homo habilis'' dan ''Homo erectus'' mustahil untuk dilakukan pengujian, dan akan tetap tidak jelas apakah hilangnya rambut tubuh pada homininhominini tersebut merupakan bentuk [[adaptasi]] atau [[preadaptasi]] di Eurasia.
 
== Referensi ==