Wanita hilang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Afif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 107:
 
=== Hubungan Virus Hepatitis B dalam penurunan jumlah perempuan ===
Dalam disertasi PhDdisertasinya di [[Universitas Harvard|Harvard]], Emily Oster berpendapat bahwa Sen hipotesis Sen tidak memperhitungkan tingkat prevalensi yang berbeda dari prevalensi virus Hepatitis B antara Asia dan bagian dunialain lainnyadunia.<ref name="phd">{{Cite journal|last=Oster|first=Emily|year=2005|title=Hepatitis B and the Case of the Missing Women|url=http://home.uchicago.edu/~eoster/hepb.pdf|journal=Journal of Political Economy|volume=113|issue=6|pages=1163&ndash;1216|doi=10.1086/498588|access-date=2007-08-01}}</ref> daerah-DaerahKawasan dengan tingkat infeksi Hepatitis B yang lebih tinggi dari infeksi Hepatitis B cenderung memiliki rasio yang lebih tinggi darikelahiran laki-laki kedan perempuan kelahiranyang untuklebih tinggi karena alasan biologis yang belum dimengertidipahami dengan baik, tapinamun yangtelah telahdipublikasikan banyaksecara didokumentasikanluas.
 
Sementara penyakitPenyakit ini cukup jarang terjadi di AS dan Eropa,. ituPenyakit adalahini endemikmewabah di CinaChina dan sangat umum terjadi di bagianwilayah lain di Asia. Oster berpendapat bahwa perbedaan dalam prevalensi penyakit bisaini dapat mencapai sekitar 45% dari seharusnyaperkiraan "perempuanwanita yang hilang", dan bahkan setinggimencapai 75% dari orang-orang di China. Selain itu, Oster menunjukkan bahwa pengenalan vaksin Hepatitis B telah tertinggal efek dari penyetaraan gender rasio terhadap apa yang akan terjadi jika faktor-faktor lain yang tidak bermain peran.
 
==== Penelitian berikutnyaberkelanjutan ====
Oster tantangan bertemu dengan counter argumen sendiri sebagai peneliti mencoba untuk memilah-milah data yang tersedia dan kontrol untuk yang lain mungkin faktor pembaur. Avraham Ebenstein mempertanyakan Oster kesimpulan didasarkan pada kenyataan bahwa di antara anak sulung rasio jenis kelamin lebih dekat dengan alam. Itu adalah miring perempuan-laki-laki rasio antara kedua dan ketiga lahir anak-anak yang account untuk sebagian besar perbedaan. Dengan kata lain, jika Hepatitis B bertanggung jawab untuk rasio miring maka salah satu akan berharap untuk menjadi benar di antara semua anak, terlepas dari urutan kelahiran.
 
Baris 122:
Mereka, bagaimanapun, konsisten dengan Sen anggapan bahwa itu adalah tujuan tindakan manusia - dalam bentuk aborsi selektif dan bahkan mungkin [[Infantisida|pembunuhan bayi]] dan bayi-bayi perempuan mengabaikan - yang merupakan penyebab bias gender rasio.<ref>{{Cite journal|last=Oster|first=Emily|author-link=Emily Oster|date=September 2005|title=Explaining Asia's "Missing Women": A New Look at the Data &ndash; Comment|url=http://home.uchicago.edu/~eoster/dasgupta.pdf|journal=Population and Development Review|volume=31|issue=3|pages=529, 535|doi=10.1111/j.1728-4457.2005.00082.x|access-date=19 May 2009}}</ref>
 
==== OsterPembantahan teoriTeori membantahOster ====
Bagian dari kesulitan dalam membedakan antara dua hipotesis bersaing adalah fakta bahwa sementara hubungan antara Hepatitis B dan kemungkinan yang lebih tinggi dari laki-laki kelahiran telah didokumentasikan, ada sedikit informasi yang tersedia pada kekuatan dari link ini dan bagaimana hal itu bervariasi yang orang tua adalah mobil keluarga. Selain itu, sebagian besar sebelum penelitian medis tidak menggunakan cukup tinggi jumlah pengamatan untuk meyakinkan estimasi besarnya hubungan.
 
Baris 149:
James hipotesis ini didukung oleh sejarah kelahiran rasio jenis kelamin data sebelum teknologi untuk ultrasonographic seks-skrining ditemukan dan dikomersialkan pada tahun 1960-an dan 1970-an, dan juga terbalik dengan rasio jenis kelamin saat ini diamati di Afrika. Michel Garenne laporan bahwa banyak negara-negara Afrika memiliki, selama puluhan tahun, menyaksikan kelahiran sex rasio di bawah 100, yaitu lebih banyak anak perempuan yang lahir dari anak laki-laki.<ref>Michel Garenne, Southern African Journal of Demography, Vol. 9, No. 1 (June 2004), pp. 91-96</ref> [[Angola]], [[Botswana]] dan [[Namibia]] telah melaporkan kelahiran seks rasio antara 94, 99, yang cukup berbeda dari yang diduga 104 hingga 106 alami manusia lahir rasio jenis kelamin.<ref>Michel Garenne, Southern African Journal of Demography, Vol. 9, No. 1 (June 2004), page 95</ref> John Graunt mencatat bahwa di London lebih dari 35 tahun pada abad ke-17 (1628-1662),<ref>RB Campbell, [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11512687 John Graunt, John Arbuthnott, and the human sex ratio], Hum Biol. 2001 Aug;73(4):605-610</ref> kelahiran rasio jenis kelamin adalah 1.07; sementara Korea catatan sejarah menunjukkan kelahiran seks rasio 1.13, berdasarkan 5 juta kelahiran, di tahun 1920-an selama periode 10-tahun.<ref>Ciocco, A. (1938), Variations in the ratio at birth in USA, Human Biology, 10:36–64</ref>
 
=== Perempuan penculikanPenculikan dan penjualan perempuan ===
Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang hilang mungkin karena alasan lain dari seks-selektif aborsi atau perempuan migran bekerja. Secara khusus, wanita, bayi, anak-anak dan wanita telah menjadi korban [[perdagangan manusia]]. Di Cina keluarga kurang bersedia untuk menjual bayi laki-laki meskipun mereka membawa harga yang lebih tinggi di perdagangan. Perempuan yang lahir melebihi kebijakan satu-anak dapat dijual kepada keluarga kaya sedangkan orang tua mengaku menjual bayi perempuan mereka lebih baik dari alternatif lainnya.<ref name="N1">{{Cite book|title="A Broken Compact." China's Deep Reform: Domestic Politics in Transition|last=Pearson|first=Veronica|date=2006|page=431}}</ref>
 
Baris 157:
Secara keseluruhan, pelaporan dan perdagangan mungkin terlalu kecil untuk memperhitungkan angka-angka mengejutkan perempuan yang hilang di selatan-timur Asia dan sub-Sahara Afrika meskipun mereka mungkin terkait dengan faktor penyebab.{{Synthesis-inline|date=October 2015}}
 
== KonsekuensiAkibat ==
Beberapa penelitian juga telah mencatat bahwa pada pertengahan 1990-an terbalik dimulai pada tren yang diamati di wilayah Asia dimana awalnya laki-laki/perempuan rasio yang tinggi. Sejalan dengan studi Das Gupta yang dijelaskan di atas, karena pendapatan meningkat bias dalam rasio jenis kelamin terhadap anak laki-laki menurun.
 
Baris 180:
Perkembangan ini ditandai dewasa rasio serta rasio antara kelahiran baru. Menurut Chung dan Das Gupta pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Korea Selatan telah menyebabkan perubahan besar dalam sikap sosial dan mengurangi preferensi untuk anak-anak.<ref>{{Cite journal|last=Chung|first=Woojin|last2=Das Gupta|first2=Monica|year=2007|title=The Decline of Son Preference in South Korea: the roles of development and public policy|journal=Population and Development Review|volume=33|issue=4|pages=757&ndash;783|doi=10.1111/j.1728-4457.2007.00196.x}}</ref> Das Gupta, Chung, dan Shuzhuo menyimpulkan bahwa itu adalah kemungkinan bahwa Cina dan India akan mengalami serupa pembalikan dalam tren menuju normal rasio jenis kelamin di masa depan jika mereka pembangunan ekonomi yang cepat, dikombinasikan dengan kebijakan yang berusaha untuk mempromosikan kesetaraan gender, terus berlanjut.<ref>{{Cite journal|last=Das Gupta|first=Monica|last2=Chung, Woojin|last3=Shuzhuo, Li|date=February 2009|title=Is There an Incipient Turnaround in Asia's 'Missing Girls' Phenomenon?|journal=World Bank Policy Research Working Paper|volume=4846|doi=10.1596/1813-9450-4846|ssrn=1354952}}</ref> pembalikan Ini telah ditafsirkan sebagai fase terbaru yang lebih kompleks siklus yang disebut "rasio jenis kelamin transisi".<ref>{{Cite journal|last=Guilmoto|first=Christophe Z.|year=2009|title=The Sex Ratio Transition in Asia|url=http://www.ceped.org/biblio/files/guilmoto/2009/95_Guilmoto2009.pdf|journal=CEPED Working Paper|volume=5|access-date=2009-11-19}}</ref>
 
== Solusi dan kebijakan ==
Solusi kebijakan yang rumit oleh fakta bahwa pola "perempuan yang hilang" yang tidak seragam di semua bagian dari negara-negara berkembang. Studi menemukan variasi yang besar antara perempuan yang hilang.<ref>{{Cite web|url=http://www.nybooks.com/articles/1990/12/20/more-than-100-million-women-are-missing/|title=More Than 100 Million Women Are Missing|last=Sen|first=Amartya|date=20 December 1990|website=The New York Review|access-date=21 April 2016}}</ref> sebagai contoh, ada sebuah "kelebihan" perempuan di Sub-Sahara Afrika daripada defisit: rasio perempuan terhadap laki-laki adalah 1.02. Di sisi lain, ada tidak proporsional besar jumlah perempuan yang hilang di India dan China. Peneliti berpendapat bahwa prevalensi "perempuan yang hilang" ini sering terkait dengan budaya masyarakat dan sejarah, dan sebagai hasilnya, itu adalah sulit untuk membuat kebijakan yang luas solusi. Misalnya, Jafri berpendapat bahwa degradasi dari wanita untuk posisi inferior dalam masyarakat Muslim melanggengkan "perempuan yang hilang" masalah.<ref>Jafri, S. M. (2007). Missing Women: Trends, Protraction and Economic Development in Muslim Countries. Pakistan Horizon, 60(4), 1-25.</ref> Di sisi lain, ada bukti yang menunjukkan bahwa bahkan pada abad xvi melalui kesembilan belas abad, negara-negara Eropa Barat tidak menghadapi rasio seks seperti yang miring seperti yang kita lihat hari ini di berbagai negara berkembang.<ref>Lynch, K. A. (2011). Why weren't (many) European women ‘missing’?. The History of the Family,16(3), 250-266.</ref> Bahkan di antara India dan Bangladesh, dua negara dengan tingkat pendidikan dan jenis kelamin perbedaan hari ini, ada perbedaan dalam wanita hilang: langkah-langkah yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di Bangladesh melakukan jauh lebih buruk di India.<ref name=":3">{{cite journal|last1=Kabeer|first1=N.|last2=Huq|first2=L.|last3=Mahmud|first3=S.|year=2014|title=Diverging stories of "missing women" in South Asia: Is son preference weakening in Bangladesh?|url=|journal=Feminist Economics|volume=20|issue=4|pages=138–163|doi=10.1080/13545701.2013.857423}}</ref> Kabeer berpendapat bahwa hal ini terjadi karena India adalah stratified oleh kasta sosial, sementara Bangladesh lebih homogen; sebagai akibatnya, ide-ide progresif seperti meningkatkan kesejahteraan perempuan dapat lebih mudah melakukan sosialisasi di Bangladesh.