Maskulinitas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 12:
=== Perkembangan ===
[[Berkas:PalmercarpenterA.jpg|al=Carpenter in a hard hat using a hand drill outdoors|jmpl|Seorang pekerja konstruksi]]
Dalam beberapa budaya, menampilkan karakteristik yang tidak sesuai dari jenis kelamin yang dia miliki merupakan suatu masalah sosial. Dalam [[sosiologi]], pengecapan ini dikenal sebagai [[Peran gender|asumsi gender]]. Perilaku di luar standar yang ditetapkan oleh tradisi dalam budaya tertentu dapat dianggap sebagai indikasi [[homoseksualitas]] untuk laki-laki.
Sejarah perkembangan peran gender ini ditangani oleh perilaku genetika, [[
===
Sejauh mana maskulinitas adalah bawaan atau dikondisikan adalah diperdebatkan. [[Genom]] penelitian telah menghasilkan informasi tentang perkembangan karakteristik maskulin dan proses diferensiasi seksual spesifik untuk sistem reproduksi manusia. The testis faktor penentu (juga dikenal sebagai SRY protein) pada [[Kromosom-Y|kromosom Y]], penting bagi laki-laki, perkembangan seksual, mengaktifkan SOX9 [[protein]].<ref name="Moniot">{{Cite journal|last=Moniot|first=Brigitte|last2=Declosmenil|first2=Faustine|last3=Barrionuevo|first3=Francisco|last4=Scherer|first4=Gerd|last5=Aritake|first5=Kosuke|last6=Malki|first6=Safia|last7=Marzi|first7=Laetitia|last8=Cohen-Solal|first8=Ann|last9=Georg|first9=Ina|year=2009|title=The PGD2 pathway, independently of FGF9, amplifies SOX9 activity in Sertoli cells during male sexual differentiation|url=https://dx.doi.org/10.1242/dev.032631|journal=[[Development (journal)|Development]]|publisher=The Company of Biologists Ltd.|volume=136|issue=11|pages=1813–1821|doi=10.1242/dev.032631|pmid=19429785}}</ref> SOX9 bekerja dengan SF1 protein untuk meningkatkan tingkat hormon anti-Mullerian, menindas perempuan perkembangan saat mengaktifkan dan membentuk feedforward loop dengan FGF9 protein; ini menciptakan testis tali dan bertanggung jawab untuk sel sertoli, yang membantu dalam sperma produksi.<ref>{{Cite journal|last=Kim|first=Y.|last2=Kobayashi|first2=A.|last3=Sekido|first3=R.|last4=Dinapoli|first4=L.|last5=Brennan|first5=J.|last6=Chaboissier|first6=M. C.|last7=Poulat|first7=F.|last8=Behringer|first8=R. R.|last9=Lovell-Badge|first9=R.|year=2006|title=Fgf9 and Wnt4 Act as Antagonistic Signals to Regulate Mammalian Sex Determination|url=https://dx.doi.org/10.1371/journal.pbio.0040187|journal=[[PLOS Biology|PLoS Biology]]|publisher=[[PLOS|Public Library of Science]]|volume=4|issue=6|pages=e187|doi=10.1371/journal.pbio.0040187|pmc=1463023|pmid=16700629}}</ref> aktivasi SRY menghentikan proses menciptakan perempuan, memulai rantai peristiwa yang mengarah ke [[testis]] pembentukan, [[androgen]] produksi dan jumlah pra - dan pasca-natal efek hormonal.
Sejauh mana maskulinitas lahir atau dikondisikan diperdebatkan. Penelitian genome telah menghasilkan informasi tentang perkembangan karakteristik maskulin dan proses diferensiasi seksual yang spesifik terhadap sistem reproduksi manusia. Faktor penentu testis (juga dikenal sebagai protein SRY) pada kromosom Y, yang penting untuk perkembangan seksual laki-laki, mengaktifkan protein SOX9. [22] SOX9 bekerja dengan protein SF1 untuk meningkatkan tingkat hormon anti-Müllerian, menekan perkembangan wanita saat mengaktifkan dan membentuk loop feedforward dengan protein FGF9; ini menciptakan tali testis dan bertanggung jawab untuk sel sertoli, yang membantu produksi sperma. [23] Aktivasi SRY menghentikan proses pembentukan wanita, memulai rangkaian kejadian yang menyebabkan pembentukan testis, produksi androgen dan sejumlah efek hormonal pra dan pasca melahirkan.
Bagaimana seorang anak mengembangkan [[identitas gender]] ini juga diperdebatkan. Beberapa percaya bahwa maskulinitas terkait dengan tubuh laki-laki; dalam pandangan ini, maskulinitas yang berhubungan dengan [[Penis manusia|alat kelamin laki-laki]].{{Sfnp}} lain-Lain telah menyarankan bahwa meskipun maskulinitas dapat dipengaruhi oleh biologi, juga merupakan budaya membangun. Baru-baru ini penelitian yang telah dilakukan pada diri sendiri konsep maskulinitas dan kaitannya dengan testosteron; hasil penelitian telah menunjukkan bahwa maskulinitas tidak hanya berbeda dalam budaya yang berbeda, tetapi kadar testosteron tidak memprediksi seberapa maskulin atau feminin yang merasa.<ref name="Pletzer 2015">{{Cite journal|last=Pletzer|first=Belinda|last2=Petasis|first2=Ourania|last3=Ortner|first3=Tuulia M.|last4=Cahill|first4=Larry|date=2015|title=Intereactive effects of culture and sex hormones on the role of self concept|url=https://dx.doi.org/10.3389/fnins.2015.00240|journal=Neuroendocrine Science|publisher=[[Frontiers Media]]|volume=9|issue=240|pages=1–10|doi=10.3389/fnins.2015.00240|pmc=4500910|pmid=26236181|postscript=.|ref=harv}}</ref> para Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa perempuan dapat menjadi laki-laki hormon dan fisik,{{Sfnp}} dan banyak aspek maskulinitas dianggap alami adalah bahasa dan budaya yang didorong.<ref>{{Cite journal|last=Mills|first=Sara|date=2003|title=Third wave feminist linguistics and the analysis of sexism|url=http://extra.shu.ac.uk/daol/articles/closed/2003/001/mills2003001-paper.html|journal=Discourse Analysis Online|publisher=[[Sheffield Hallam University]]|volume=2|issue=1|postscript=.|ref=harv}}</ref> Pada sisi pengasuhan dari perdebatan tersebut, ia berpendapat bahwa maskulinitas tidak memiliki sumber tunggal. Meskipun militer yang memiliki kepentingan dalam membangun dan mempromosikan bentuk spesifik dari maskulinitas, itu tidak membuat itu.{{Sfnp}} rambut Wajah dikaitkan dengan maskulinitas melalui bahasa, cerita tentang anak laki-laki menjadi laki-laki ketika mereka mulai mencukur.{{Sfnp}}
Bagaimana seorang anak mengembangkan identitas gender juga diperdebatkan. Beberapa percaya bahwa maskulinitas dikaitkan dengan tubuh laki-laki; Dalam pandangan ini, maskulinitas dikaitkan dengan genital pria. [24] Yang lain menyarankan bahwa meskipun maskulinitas dapat dipengaruhi oleh biologi, ini juga merupakan konstruksi budaya. Penelitian terbaru telah dilakukan mengenai konsep maskulinitas seseorang dan hubungannya dengan testosteron; hasilnya menunjukkan bahwa maskulinitas tidak hanya berbeda dalam budaya yang berbeda, namun tingkat testosteron tidak memprediksi bagaimana perasaan maskulin atau feminin. [25] Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pria secara hormonal dan fisik, [24] dan banyak aspek maskulinitas yang dianggap alami didorong secara bahasa dan budaya. [26] Di sisi perdebatan, dikemukakan bahwa maskulinitas tidak memiliki satu sumber pun. Meskipun militer memiliki kepentingan dalam membangun dan mempromosikan bentuk maskulinitas tertentu, namun tidak menciptakannya. [27] Rambut wajah dikaitkan dengan maskulinitas melalui bahasa, dalam cerita tentang anak laki-laki menjadi laki-laki saat mereka mulai bercukur. [28]
=== Maskulinitas hegemonik ===▼
=== Hegemoni Maskulinitas ===
[[Berkas:USMC-10881.jpg|al=Two men wrestling in a gymnasium, watched by a group of uninformed soldiers|jmpl|250x250px|Kontes keterampilan fisik dan kekuatan muncul dalam beberapa bentuk di banyak budaya. Di sini, dua [[Korps marinir Amerika Serikat|Marinir AS]] bersaing dalam pertandingan gulat.]]
Tradisional cara bagi pria untuk mendapatkan honor yang menyediakan bagi keluarga mereka dan melatih kepemimpinan.<ref name="ReferenceA">{{Cite journal|last=George|first=Annie|date=July 2006|title=Reinventing honorable masculinity: discourses from a working-class Indian community|url=https://dx.doi.org/10.1177/1097184X04270379|journal=[[Men and Masculinities]]|publisher=[[SAGE Publications|Sage]]|volume=9|issue=1|pages=35–52|doi=10.1177/1097184X04270379|postscript=.|ref=harv}}</ref> Raewyn Connell telah berlabel tradisional peran laki-laki dan hak-hak istimewa hegemoni maskulinitas, didorong pada pria dan putus asa pada wanita: "Hegemoni maskulinitas dapat didefinisikan sebagai konfigurasi dari jenis kelamin praktek yang mewujudkan berlaku saat ini jawaban untuk masalah legitimasi [[patriarki]], yang menjamin posisi dominan dari laki-laki dan subordinasi perempuan".{{Sfnp}} selain menggambarkan kuat artikulasi kekerasan maskulin identitas, hegemoni maskulinitas juga telah digunakan untuk menggambarkan implisit, tidak langsung, atau koersif bentuk sosialisasi gender, ditetapkan melalui video game, fashion, humor, dan sebagainya.<ref>Laurie, Timothy; Hickey-Moody, Anna (2017), "[https://www.academia.edu/31232852/Masculinity_and_Ridicule Masculinity and ridicule]", in {{Cite book|title=Gender: laughter|publisher=Macmillan Reference|year=2017|isbn=9780028663265|editor-last=Papenburg|editor-first=Bettina|location=Farmington Hills, Michigan|pages=215–228}}</ref>
Jalan tradisional bagi pria untuk mendapatkan kehormatan adalah menyediakan keluarga mereka dan menjalankan kepemimpinan. [29] Raewyn Connell telah memberi label peran dan hak istimewa pria tradisional maskulinitas hegemoni, didorong pada pria dan berkecil hati pada wanita: "maskulinitas Hegemoni dapat didefinisikan sebagai konfigurasi praktik gender yang mewujudkan jawaban yang saat ini diterima untuk masalah legitimasi patriarki, yang menjamin posisi dominan laki-laki dan subordinasi perempuan ". [30] Selain menggambarkan artikulasi kuat identitas maskulin yang kejam, maskulinitas hegemonik juga telah digunakan untuk menggambarkan bentuk sosialisasi gender, implisit, tidak langsung, atau koersif, yang disahkan melalui permainan video, mode, humor, dan sebagainya.
=== Masa Labil ===
Para peneliti berpendapat bahwa "kerawanan" kedewasaan memberikan kontribusi secara tradisional-perilaku maskulin.<ref>{{Cite journal|last=Bosson|first=Jennifer K.|last2=Vandello|first2=Joseph A.|date=April 2011|title=Precarious manhood and its links to action and aggression|url=https://doi.org/10.1177/0963721411402669|journal=[[Current Directions in Psychological Science]]|publisher=[[Sage Publications|Sage]]|volume=20|issue=2|pages=82–86|doi=10.1177/0963721411402669|postscript=.|ref=harv}}</ref> "Genting" berarti bahwa kedewasaan tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dicapai. Dalam banyak budaya, anak laki-laki bertahan menyakitkan ritual inisiasi untuk menjadi laki-laki. Kedewasaan juga akan hilang, karena ketika seorang pria diejek karena tidak "menjadi manusia". Para peneliti telah menemukan bahwa laki-laki menanggapi ancaman untuk kejantanan mereka dengan terlibat dalam stereotip maskulin perilaku dan keyakinan, seperti mendukung hirarki, mengemban homophobic keyakinan, mendukung agresi dan memilih tugas-tugas fisik atas kekayaan intelektual.<ref>{{Cite journal|last=Vandello|first=Joseph A.|last2=Bosson|first2=Jennifer K.|last3=Cohen|first3=Dov|last4=Burnaford|first4=Rochelle M.|last5=Weaver|first5=Jonathan R.|date=December 2008|title=Precarious manhood|url=https://dx.doi.org/10.1037/a0012453|journal=[[Journal of Personality and Social Psychology]]|publisher=[[PsycNET]]|volume=95|issue=6|pages=1325–1339|doi=10.1037/a0012453|postscript=.|ref=harv}}</ref>
Periset berpendapat bahwa "ketidakteraturan" kedewasaan berkontribusi pada perilaku tradisional-maskulin. [32] "Tidak beraturan" berarti kedewasaan tidak lahir, tapi harus diraih. Dalam banyak kebudayaan, anak laki-laki mengalami ritual inisiasi yang menyakitkan untuk menjadi laki-laki. Manhood juga bisa hilang, seperti saat seorang pria diejek karena tidak "menjadi pria". Periset telah menemukan bahwa pria menanggapi ancaman terhadap kedewasaan mereka dengan melibatkan perilaku dan keyakinan stereotip-maskulin, seperti hierarki pendukung, mendukung keyakinan homofobia, mendukung agresi dan memilih tugas fisik daripada masalah intelektual. [33]
Pada tahun 2014, Winegard dan Geary menulis bahwa kerawanan kedewasaan melibatkan status sosial (gengsi atau dominasi), dan kedewasaan mungkin lebih (atau kurang) yang berbahaya karena jalan yang laki-laki miliki untuk mencapai status.<ref>{{Cite journal|last=Winegard|first=Bo M.|last2=Winegard|first2=Ben|last3=Geary|first3=David C.|date=March 2014|title=Eastwood’s brawn and Einstein’s brain: an evolutionary account of dominance, prestige, and precarious manhood|url=https://dx.doi.org/10.1037/a0036594|journal=[[Review of General Psychology]]|publisher=[[PsycNET]]|volume=18|issue=1|pages=34–48|doi=10.1037/a0036594|postscript=.|ref=harv}}</ref> orang-Orang yang mengidentifikasi dengan kegiatan kreatif, seperti puisi atau lukisan, mungkin tidak mengalami kedewasaan seperti genting tapi mungkin menanggapi ancaman untuk kecerdasan mereka atau kreativitas. Namun, orang-orang yang mengidentifikasi dengan tradisional-maskulin kegiatan (seperti sepak bola atau militer) dapat melihat maskulinitas seperti genting. Menurut Winegard, Winegard, dan Geary, ini adalah fungsional; puisi dan lukisan tidak memerlukan secara tradisional-ciri-ciri maskulin, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut tidak boleh menimbulkan kecemasan. {{Dubious|date=August 2015}} Sepak bola dan militer memerlukan secara tradisional-ciri-ciri maskulin, seperti toleransi rasa sakit, daya tahan tubuh, otot-otot dan keberanian, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut menyebabkan kecemasan dan dapat memicu pembalasan impuls dan perilaku. Hal ini menunjukkan bahwa nature versus nurture perdebatan tentang maskulinitas mungkin sederhana. Meskipun laki-laki berkembang untuk mengejar prestise dan kekuasaan (status), bagaimana mereka mengejar status tergantung pada bakat, ciri-ciri dan tersedia kemungkinan. Dalam masyarakat modern, banyak jalan untuk status mungkin ada dari dalam masyarakat tradisional dan hal ini dapat mengurangi kerawanan kedewasaan (atau tradisional kejantanan); namun, mungkin tidak akan mengurangi intensitas laki-laki laki-laki kompetisi.{{Butuh rujukan|date=March 2017}}
Pada tahun 2014, Winegard dan Geary menulis bahwa ketidaktahuan kedewasaan melibatkan status sosial (prestise atau dominasi), dan kedewasaan mungkin lebih (atau kurang) genting karena jalan yang dimiliki laki-laki untuk mencapai status. [34] Pria yang mengidentifikasi dengan pencarian kreatif, seperti puisi atau lukisan, mungkin tidak mengalami kedewasaan sebagai genting namun mungkin merespons ancaman terhadap kecerdasan atau kreativitas mereka. Namun, pria yang mengidentifikasi dengan pencarian tradisional maskulin (seperti sepak bola atau militer) dapat melihat maskulinitas sebagai hal yang genting. Menurut Winegard, Winegard, dan Geary, ini fungsional; puisi dan lukisan tidak memerlukan sifat tradisional maskulin, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut seharusnya tidak menimbulkan kegelisahan. [Meragukan - mendiskusikan] Sepak bola dan militer memerlukan sifat tradisional maskulin, seperti toleransi rasa sakit, daya tahan, otot dan keberanian, dan serangan terhadap Sifat-sifat tersebut menyebabkan kegelisahan dan dapat memicu impuls dan perilaku balas dendam. Ini menunjukkan bahwa debat tentang alam versus perdukunan tentang maskulinitas mungkin sangat sederhana. Meski pria berevolusi untuk mengejar prestise dan dominasi (status), bagaimana mereka mengejar status tergantung pada bakat, ciri dan kemungkinan yang ada. Dalam masyarakat modern, lebih banyak jalan menuju status mungkin ada daripada di masyarakat tradisional dan ini dapat mengurangi ketidakjelasan kedewasaan (atau kedewasaan tradisional); Namun, hal itu mungkin tidak akan mengurangi intensitas kompetisi pria-pria
=== Pada wanita ===
Meskipun sering diabaikan dalam diskusi tentang maskulinitas, wanita juga dapat mengekspresikan sifat-sifat maskulin dan perilaku.<ref name="Keith">{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=r_niDQAAQBAJ&pg=PT4|title=Masculinities in contemporary American culture: an intersectional approach to the complexities and challenges of male identity|last=Keith|first=Thomas|date=2017|publisher=Routledge|isbn=9781317595342|location=New York|pages=4–5|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=UYAi9OEYRekC&pg=PR11|title=Female Masculinity|last=Halberstam|first=Judith|date=1998|publisher=Duke University Press|isbn=9780822322436|location=Durham, North Carolina|pages=xi–}}</ref> Dalam budaya Barat, perempuan maskulinitas yang telah dikodifikasi ke dalam identitas seperti "[[Tomboi|tomboy]]" dan "[[butch]]". Meskipun perempuan maskulinitas sering dikaitkan dengan [[Lesbian|lesbianisme]], mengekspresikan maskulinitas tidak selalu berhubungan dengan seksualitas perempuan. Dalam filsafat feminis, perempuan maskulinitas sering ditandai sebagai jenis kelamin kinerja yang menantang tradisional maskulinitas dan [[Patriarki|dominasi laki-laki]].<ref>{{Cite journal|last=Gardiner|first=Judith Kegan|date=December 2009|title=Female masculinities: a review essay|url=https://doi.org/10.1177/1097184X08328448|journal=[[Men and Masculinities]]|volume=11|issue=5|pages=622–633|doi=10.1177/1097184X08328448|ref=harv}}
</ref> wanita Maskulin sering tunduk pada stigma sosial dan pelecehan, meskipun pengaruh dari [[Pembebasan perempuan|gerakan feminis]] telah menyebabkan penerimaan yang lebih besar dari wanita yang mengekspresikan maskulinitas dalam beberapa dekade terakhir.<ref>Girshick, Lori B. (2008), "[https://books.google.co.uk/books?id=eq8E8iuLqIYC&pg=PT48 The social construction of biological facts]", in {{Cite book|title=Transgender voices: beyond women and men|publisher=University Press of New England|isbn=9781584656838|editor-last=Girshick|editor-first=Lori B.|location=Hanover, New Hampshire|page=48}}</ref>
Meski sering diabaikan dalam diskusi maskulinitas, wanita juga bisa mengekspresikan sifat maskulin dan perilaku. [35] [36] Dalam budaya Barat, maskulinitas wanita telah dikodifikasikan menjadi identitas seperti "tomboy" dan "butch". Meski maskulinitas wanita sering dikaitkan dengan lesbianisme, mengekspresikan maskulinitas tidak harus berhubungan dengan seksualitas seorang wanita. Dalam filsafat feminis, maskulinitas perempuan sering dicirikan sebagai jenis kinerja gender yang menantang maskulinitas dan dominasi laki-laki tradisional. [37] Wanita maskulin sering mengalami stigma dan pelecehan sosial, walaupun pengaruh gerakan feminis telah menyebabkan penerimaan wanita yang mengekspresikan maskulinitas dalam beberapa dekade belakangan ini.
=== Kesehatan ===
[[Berkas:A_Soldier_Drinks_a_Pint_of_Beer_on_his_Return_from_Afghanistan_MOD_45152497.jpg|al=Silhouetted man drinking a glass of beer|ka|jmpl|Seorang tentara Inggris minum segelas [[bir]] setelah ia kembali dari Afghanistan. Pertempuran dalam perang dan minum alkohol secara tradisional dianggap sebagai kegiatan maskulin dalam budaya Barat.]]
Bukti menunjukkan dampak negatif dari hegemoni maskulinitas pada pria kesehatan yang berhubungan dengan perilaku, dengan pria Amerika membuat 134.5 juta lebih sedikit dokter kunjungan per tahun daripada wanita. Laki-laki membuat 40.8 persen dari semua kunjungan dokter, termasuk perempuan obstetri dan ginekologi kunjungan. Dua puluh lima persen pria berusia 45 hingga 60 tidak memiliki dokter pribadi, meningkatkan risiko kematian dari [[Penyakit kardiovaskular|penyakit jantung]]. Laki-laki antara 25 dan 65 adalah empat kali lebih mungkin untuk meninggal akibat [[Penyakit kardiovaskular|penyakit jantung]] daripada wanita, dan lebih mungkin untuk dapat didiagnosis dengan penyakit terminal karena keengganan mereka untuk melihat dokter. Alasan-alasan yang disebutkan untuk tidak melihat dokter termasuk ketakutan, penolakan, rasa malu, tidak menyukai situasi-situasi di luar kendali mereka dan keyakinan bahwa mengunjungi dokter ini tidak layak waktu atau biaya.<ref>{{Cite journal|last=Galdas|first=Paul M.|last2=Cheater|first2=Francine M.|last3=Marshall|first3=Paul|date=March 2005|title=Men and health help-seeking behaviour: Literature review|url=https://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2648.2004.03331.x|journal=[[Journal of Advanced Nursing]]|publisher=[[Wiley-Blackwell|Wiley]]|volume=49|issue=6|pages=616–623|doi=10.1111/j.1365-2648.2004.03331.x|pmid=15737222|postscript=.|ref=harv}}</ref>
Bukti menunjukkan dampak negatif maskulinitas hegemonik terhadap perilaku terkait kesehatan pria, dengan pria Amerika membuat 134,5 juta kunjungan dokter lebih sedikit per tahun dibandingkan wanita. Pria membuat 40,8 persen dari semua kunjungan dokter, termasuk kunjungan obstetrik dan ginekologi wanita. Dua puluh lima persen pria berusia 45 sampai 60 tahun tidak memiliki dokter pribadi, meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung. Pria berusia antara 25 dan 65 empat kali lebih mungkin meninggal karena penyakit kardiovaskular daripada wanita, dan lebih mungkin didiagnosis menderita penyakit terminal karena mereka enggan menemui dokter. Alasan yang dikutip karena tidak melihat dokter meliputi rasa takut, penyangkalan, rasa malu, ketidaksukaan terhadap situasi di luar kendali mereka dan keyakinan bahwa mengunjungi dokter tidak sepadan dengan waktu atau biaya. [39]
Studi laki-laki di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa pria yang mengkonsumsi [[minuman beralkohol]] sering melakukannya dalam rangka untuk memenuhi tertentu harapan sosial dari kejantanan. Sementara penyebab minum dan [[alkoholisme]] yang kompleks dan beragam, peran gender dan harapan sosial memiliki pengaruh yang kuat mendorong orang-orang untuk minum.<ref name="Lemle & Mishkind">{{cite journal|last1=Lemle|first1=Russell|last2=Mishkind|first2=Marc E.|date=1989|title=Alcohol and masculinity|url=https://doi.org/10.1016/0740-5472(89)90045-7|journal=[[Journal of Substance Abuse Treatment]]|volume=6|issue=4|pages=213–22|doi=10.1016/0740-5472(89)90045-7|pmid=2687480}}</ref><ref name="Berkowitz">{{Cite book|title=Men and Masculinities: A Social, Cultural, and Historical Encyclopedia: Volume 1|last=Berkowitz|first=Alan D.|date=2004|publisher=ABC-CLIO|isbn=9781576077740|editor-last=Kimmel|editor-first=Michael S.|editor-link=Michael Kimmel|location=Santa Barbara|pages=17–18|language=en|chapter=Alcohol|editor-last2=Aronson|editor-first2=Amy|editor-link2=Amy Aronson|chapter-url=https://books.google.com/books?id=jWj5OBvTh1IC&pg=PA17&dq=alcohol}}</ref>
Studi tentang pria di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi minuman beralkohol sering melakukannya untuk memenuhi harapan sosial tertentu tentang kejantanan. Sementara penyebab minum dan alkoholisme sangat kompleks dan bervariasi, peran gender dan harapan sosial memiliki pengaruh yang kuat yang mendorong pria untuk minum. [40] [41]
Pada tahun 2004, Arran Stibbe menerbitkan sebuah analisis yang terkenal laki-laki-majalah kesehatan pada tahun 2000. Menurut Stibbe, meskipun majalah pura-pura fokus pada kesehatan itu juga dipromosikan tradisional maskulin perilaku seperti konsumsi berlebihan makanan kenyamanan dan daging, konsumsi alkohol dan seks yang tidak aman.<ref>{{Cite journal|last=Stibbe|first=Arran|date=July 2004|title=Health and the social construction of masculinity in "''Men's Health''" magazine|url=https://doi.org/10.1177/1097184X03257441|journal=[[Men and Masculinities]]|volume=7|issue=1|pages=31–51|doi=10.1177/1097184X03257441|ref=harv}}</ref>
Pada tahun 2004, Arran Stibbe menerbitkan sebuah analisis tentang majalah kesehatan pria terkenal pada tahun 2000. Menurut Stibbe, meskipun majalah tersebut seolah-olah berfokus pada kesehatan, ia juga mempromosikan perilaku maskulin tradisional seperti konsumsi makanan dan konsumsi alkohol, konsumsi alkohol dan konsumsi berlebihan. seks yang tidak aman [42]
Penelitian pada bir-konten komersial oleh Lance Strate<ref name="Strate et al 1992">Strate, Lance (1992), "[https://books.google.co.uk/books?id=GJA7CgAAQBAJ&pg=PT78 Beer commercials: a manual on masculinity]", in {{Cite book|title=Men, masculinity and the media|publisher=[[Sage Publications|Sage]]|isbn=9780803941632|editor-last=Craig|editor-first=Steve|location=Thousand Oaks, California}}
</ref> membuahkan hasil yang relevan untuk studi maskulinitas.{{Sfnp}} Dalam iklan bir, perilaku maskulin (terutama risk-taking) didorong. Iklan sering fokus pada situasi di mana seorang pria mengatasi hambatan dalam kelompok, bekerja atau bermain keras (konstruksi atau pertanian pekerja atau [[koboi]]). Orang-orang yang melibatkan bermain memiliki tema sentral dari penguasaan (alam atau satu sama lain), resiko dan petualangan: memancing, berkemah, bermain olahraga atau bersosialisasi di [[Bar (tempat)|bar]]. Biasanya ada unsur bahaya dan fokus pada gerakan dan kecepatan (menonton cepat mobil atau mengemudi cepat). Bar adalah pengaturan untuk pengukuran maskulinitas dalam keterampilan seperti [[Biliar|bilyar]], kekuatan, dan kemampuan minum.
Penelitian kandungan bir-komersial oleh Lance Strate [43] menghasilkan hasil yang relevan dengan studi maskulinitas. [44] Dalam iklan bir, perilaku maskulin (terutama pengambilan risiko) dianjurkan. Iklan sering berfokus pada situasi di mana seorang pria mengatasi hambatan dalam sebuah kelompok, bekerja atau bermain keras (pekerja konstruksi atau pertanian atau koboi). Bermain yang melibatkan tema sentral penguasaan (sifat atau satu sama lain), risiko dan petualangan: memancing, berkemah, bermain olahraga atau bersosialisasi di bar. Biasanya ada unsur bahaya dan fokus pada gerakan dan kecepatan (menonton mobil cepat atau mengemudi dengan cepat). Bar adalah setting untuk pengukuran maskulinitas dalam keterampilan seperti kemampuan biliar, kekuatan, dan minum. [43]
== Sejarah ==
Karena apa yang merupakan maskulinitas telah bervariasi dengan waktu dan tempat, menurut Raewyn Connell, itu lebih tepat untuk membahas "masculinities" dari satu konsep besarnya.{{Sfnp}} Studi sejarah maskulinitas muncul selama tahun 1980-an, dibantu oleh bidang perempuan dan (kemudian) jenis kelamin sejarah. Sebelum sejarah perempuan diperiksa, ada yang "ketat gendering publik/swasta membagi"; mengenai maskulinitas, ini berarti sedikit mempelajari tentang bagaimana manusia berhubungan dengan rumah tangga, rumah tangga dan kehidupan keluarga.<ref name=":2">Tosh, John (1999), "[https://books.google.co.uk/books?id=Br8JCAAAQBAJ&printsec=frontcover Introduction: masculinity and domesticity]", in {{cite book|title=A man's place: masculinity and the middle-class home in Victorian England|publisher=Yale University Press|year=1999|isbn=9780300077797|editor-last=Tosh|editor-first=John|location=New Haven, Connecticut|page=2}}</ref> Meskipun perempuan sejarah peran menegasikan, meskipun penulisan sejarah oleh (dan terutama tentang) laki-laki sebagian besar laki-laki mengalami hilang. Kekosongan ini diinterogasi selama akhir 1970-an, ketika perempuan sejarah mulai menganalisis jenis kelamin dan perempuan untuk memperdalam pengalaman perempuan.<ref>{{Cite journal|last=Davis|first=Natalie Z.|date=Spring–Summer 1976|title="Women's history" in transition: the European case|url=https://doi.org/10.2307/3177729|journal=[[Feminist Studies]]|publisher=Feminist Studies, Inc.|volume=3|issue=3–4|pages=83–103|doi=10.2307/3177729|jstor=3177729|postscript=.|ref=harv}}</ref> Joan Scott mani artikel, menyerukan studi gender sebagai sebuah konsep analitis untuk mengeksplorasi masyarakat, kekuasaan dan wacana, meletakkan dasar untuk bidang ini.<ref>{{Cite journal|last=Scott|first=Joan W.|date=December 1986|title=Gender: a useful category of historical analysis|url=https://doi.org/10.1086/ahr/91.5.1053|journal=[[The American Historical Review]]|publisher=[[Oxford University Press|Oxford Journals]]|volume=91|issue=5|pages=1053–1075|doi=10.1086/ahr/91.5.1053|jstor=1864376|postscript=.|ref=harv}}</ref> Menurut Scott gender harus digunakan dalam dua cara: yang produktif dan menghasilkan. Produktif gender diperiksa perannya dalam menciptakan hubungan kekuasaan, dan menghasilkan jenis kelamin dieksplorasi penggunaan dan perubahan jenis kelamin sepanjang sejarah. Ini telah mempengaruhi bidang maskulinitas, seperti yang terlihat di Pierre Bourdieu definisi maskulinitas: dihasilkan oleh masyarakat dan budaya, dan direproduksi dalam kehidupan sehari-hari.<ref>{{Cite book|title=Masculine domination|last=Bourdieu|first=Pierre|publisher=Polity Press|year=2001|isbn=9780745622651|location=Cambridge, UK}}</ref> kesibukan bekerja dalam sejarah perempuan led untuk panggilan untuk studi tentang peran laki-laki (awalnya dipengaruhi oleh psikoanalisis) dalam masyarakat dan emosional dan interpersonal hidup. Connell menulis bahwa ini awal karya-karya yang ditandai dengan "tingkat tinggi umum" "fasilitas survei dari norma-norma budaya". Beasiswa menyadari kontemporer, perubahan sosial yang bertujuan untuk memahami dan berkembang (atau membebaskan) peran laki-laki dalam menanggapi feminisme.{{Sfnp}} John Tosh panggilan untuk kembali ke ini bertujuan untuk sejarah maskulinitas untuk menjadi berguna, baik secara akademis maupun dalam ranah publik.<ref name=":0">Steedman, Carolyn (1992), "[https://books.google.co.uk/books?id=EzD4fdELEioC&pg=PA614 Culture, cultural studies and the historians]", in {{cite book|title=Cultural studies|publisher=Routledge|isbn=9780415903455|editor-first1=Lawrence|location=New York|page=617|editor-last2=Nelson|editor-first2=Cary|editor-last3=Treichler|editor-first3=Paula|editor-last1=Grossberg}}</ref>
Karena apa yang merupakan maskulinitas telah bervariasi menurut waktu dan tempat, menurut Raewyn Connell, lebih tepat untuk membahas "maskulinitas" daripada satu konsep menyeluruh. [45] Studi tentang sejarah maskulinitas muncul pada tahun 1980an, dibantu oleh bidang sejarah gender perempuan dan (belakangan). Sebelum sejarah wanita diperiksa, ada "gendering publik / private divide" yang ketat; Tentang maskulinitas, ini berarti studi kecil tentang bagaimana pria berhubungan dengan rumah tangga, rumah tangga dan kehidupan keluarga. [46] Meskipun peran historis wanita diabaikan, meskipun penulisan sejarah oleh (dan terutama tentang) pria sebagian besar pengalaman pria hilang. Kekosongan ini dipertanyakan pada akhir 1970-an, ketika sejarah perempuan mulai menganalisis gender dan wanita untuk memperdalam pengalaman perempuan. [47] Artikel mani Joan Scott, menyerukan studi gender sebagai konsep analitis untuk mengeksplorasi masyarakat, kekuasaan dan wacana, meletakkan dasar untuk bidang ini. [48] Menurut Scott gender harus digunakan dengan dua cara: produktif dan diproduksi. Gender produktif memeriksa perannya dalam menciptakan hubungan kekuasaan, dan menghasilkan gender mengeksplorasi penggunaan dan perubahan gender sepanjang sejarah. Hal ini telah mempengaruhi bidang maskulinitas, seperti yang terlihat pada definisi Pierre Bourdieu mengenai maskulinitas: diproduksi oleh masyarakat dan budaya, dan diproduksi ulang dalam kehidupan sehari-hari. [49] Kesibukan kerja dalam sejarah wanita menyebabkan sebuah panggilan untuk mempelajari peran laki-laki (awalnya dipengaruhi oleh psikoanalisis) di masyarakat dan kehidupan emosional dan interpersonal. Connell menulis bahwa karya awal ini ditandai oleh "tingkat generalitas tinggi" dalam "survei norma budaya yang luas". Beasiswa tersebut menyadari adanya perubahan masyarakat kontemporer yang bertujuan untuk memahami dan mengembangkan (atau membebaskan) peran laki-laki dalam menanggapi feminisme. [50] John Tosh meminta untuk kembali ke tujuan ini agar sejarah maskulinitas bermanfaat, akademis dan di ranah publik. [51]
=== {{Anchor|Ancient}}Jaman dahulu ===▼
[[Berkas:Odysseus_sehnt_sich_nach_Ithaka_(Tischbein).jpg|al=Painting of Odysseus leaning on a ship|ka|jmpl|[[Odisseus|Odysseus]], pahlawan ''Odyssey'']]
Sastra kuno yang tanggal kembali ke sekitar 3000 SM, dengan eksplisit harapan untuk laki-laki dalam bentuk undang-undang dan tersirat maskulin cita-cita dalam mitos dewa-dewa dan pahlawan. Dalam [[Alkitab Ibrani|Alkitab ibrani]] dari 1000 SM, Raja Daud dari Israel mengatakan kepada anaknya, "aku pergi jalan seluruh bumi: jadilah engkau kuat oleh karena itu, tampakkanlah diri-mu laki-laki;"<ref>{{Cite web|url=https://www.biblegateway.com/passage/?search=1+Kings+2:2&version=KJV|title=Bible Gateway passage: 1 Kings 2:2 - King James Version|website=biblegateway.com|publisher=Bible Gateway|access-date=29 September 2017}}</ref> setelah kematian Daud. Sepanjang sejarah, manusia telah bertemu menuntut standar budaya. Kate Cooper menulis tentang konsep kuno feminitas, "di Mana seorang wanita yang disebutkan karakter seorang pria dihakimi – dan bersamaan dengan itu apa yang ia berdiri."<ref>Cooper, Kate (1996), "[https://books.google.com/books?id=QVvn8vUMZdIC&pg=PA19 Private lives, public meanings]", in {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=QVvn8vUMZdIC&pg=PA19&lpg=PA19|title=The virgin and the bride: idealized womanhood in late antiquity|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=9780674939509|editor-last=Cooper|editor-first=Kate|location=Cambridge, Massachusetts|page=19}}</ref> Menurut ''[[Kodeks Hammurabi|Kode Hammurabi]]'' (sekitar tahun 1750 SM):
Baris 56 ⟶ 78:
* Aturan 128: "Jika seorang pria mengambil seorang wanita untuk menjadi istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia, wanita ini adalah istri untuk dia."<ref>{{Cite book|url=http://www.wsu.edu/~dee/MESO/CODE.HTM|title=The Code of Hammurabi|last=Hammurabi|others=L.W. King (translator)|year=1910|editor-last=Hooker|editor-first=Richard|author-link=Hammurabi|archive-url=https://web.archive.org/web/20110514033802/http://www.wsu.edu/~dee/MESO/CODE.HTM|archive-date=14 May 2011}}</ref>
Para sarjana mengutip integritas dan [[Kesetaraan sosial|kesetaraan]] sebagai nilai-nilai maskulin pada laki-laki-hubungan<ref>{{Cite journal|last=Bassi|first=Karen|date=January 2001|title=Acting like men: gender, drama, and nostalgia in Ancient Greece|url=https://doi.org/10.1086/449528|journal=[[Classical Philology (journal)|Classical Philology]]|publisher=[[Chicago University Press|Chicago Journals]]|volume=96|issue=1|pages=86–92|doi=10.1086/449528|postscript=.|ref=harv}}</ref> dan kejantanan pada pria-wanita hubungan. Legenda pahlawan kuno termasuk ''[[Epos Gilgames|Epik Gilgamesh]]'', ''[[Iliad]]'' dan ''[[Odisseia|Odyssey]]''. Cerita-cerita yang menunjukkan kualitas dalam pahlawan yang menginspirasi rasa hormat, seperti kebijaksanaan dan keberanian: mengetahui hal-hal yang orang lain tidak tahu dan mengambil risiko lain laki-laki tidak akan berani.{{Butuh rujukan|date=June 2015}}
Literatur kuno berawal sekitar 3000 SM, dengan harapan eksplisit untuk pria dalam bentuk hukum dan cita-cita maskulin tersirat dalam mitos para dewa dan pahlawan. Dalam Alkitab Ibrani pada tahun 1000 SM, Raja Daud dari Israel mengatakan kepada anaknya, "Saya pergi ke seluruh dunia: jadilah engkau kuat, dan bunuhlah dirimu sebagai manusia;" [52] setelah kematian Daud. Sepanjang sejarah, pria telah memenuhi standar budaya yang ketat. Kate Cooper menulis tentang konsep kuno tentang feminitas, "Di mana pun seorang wanita disebut-sebut karakter pria dihakimi - dan bersamaan dengan itu, apa yang dia inginkan." [53] Menurut Kode Hammurabi (sekitar tahun 1750 SM):
Aturan 3: "Jika ada orang yang menuduh, bahwa kejahatan apa pun di hadapan tua-tua dan tidak membuktikan apa yang telah dituduhkan kepadanya, ia harus dihukum jika dihukum karena pelanggaran berat."
Aturan 128: "Jika seorang pria membawa perempuan ke isterinya, tetapi tidak melakukan hubungan intim dengannya, wanita ini bukanlah isteri baginya." [54]
Para ilmuwan mengutip integritas dan kesetaraan sebagai nilai maskulin dalam hubungan laki-laki [55] dan kejantanan dalam hubungan laki-laki dan perempuan. Legenda pahlawan kuno termasuk Epik Gilgames, Iliad dan Odyssey. Cerita-cerita menunjukkan kualitas dalam pahlawan yang menginspirasi rasa hormat, seperti kebijaksanaan dan keberanian: mengetahui hal-hal yang pria lain tidak tahu dan mengambil risiko orang lain tidak akan berani.
=== Abad pertengahan dan era Victoria ===
Baris 63 ⟶ 93:
Selama era Victoria, maskulinitas menjalani transformasi dari tradisional kepahlawanan. Filsuf skotlandia [[Thomas Carlyle|, Thomas Carlyle]] menulis pada tahun 1831: "tua ideal Kedewasaan telah tumbuh usang, dan baru masih terlihat oleh kita, dan kita setelah meraba-raba dalam kegelapan, menggenggam satu ini phantom, yang lain itu; [[Penderitaan Pemuda Werther|Werterism]], [[George Gordon Byron|Byronism]], bahkan Brummelism, masing-masing memiliki hari".<ref>Adams, James Eli (1995), "[https://books.google.co.uk/books?id=f7gwHwyxZJ4C&pg=PA1 Introduction]", in {{Cite book|title=Dandies and desert saints: styles of Victorian masculinity|publisher=Cornell University Press|isbn=9780801482083|editor-last=Adams|editor-first=James Eli|location=Ithaca, New York|page=1}}</ref>
===
Pada awal abad kedua puluh, tradisional keluarga terdiri dari ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Karakteristik hadir hari maskulinitas laki-laki kesediaan untuk melawan stereotip. Terlepas dari usia atau kebangsaan, laki-laki lebih sering peringkat kesehatan yang baik, kehidupan keluarga yang harmonis dan hubungan yang baik dengan pasangan atau pasangan mereka sebagai penting untuk kualitas hidup mereka.<ref>{{cite press release|date=26 August 2008|title=Research and insights from Indiana University|url=http://newsinfo.iu.edu/tips/page/normal/8690.html|location=|publisher=[[Indiana University]]|access-date=13 March 2017}}
</ref>
Pada awal abad ke-20, sebuah keluarga tradisional terdiri dari ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Ciri khas maskulinitas masa kini adalah kesediaan pria untuk melawan stereotip. Terlepas dari usia atau kebangsaan, pria lebih sering memiliki kesehatan yang baik, kehidupan keluarga yang harmonis dan hubungan baik dengan pasangan atau pasangan mereka sama pentingnya dengan kualitas hidup mereka. [59]
== Kritik ==
Baris 98 ⟶ 116:
Penelitian di Inggris menemukan, "laki-laki Muda dan perempuan yang membaca kebugaran dan majalah fashion dapat secara psikologis dirugikan oleh gambar pilihan perempuan dan laki-laki physiques." Wanita muda dan laki-laki latihan berlebihan dalam upaya untuk mencapai apa yang mereka anggap menarik-fit dan berotot, yang dapat menyebabkan tubuh dismorfik disorder atau muscle dysmorphia.<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/7318411.stm|title=Magazines 'harm male body image'|date=28 May 2008|work=[[BBC News]]|access-date=12 May 2010}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://uk.askmen.com/sports/bodybuilding/56_fitness_tip.html|title=Muscle dysmorphia|last=Lee|first=Ian|website=askmen.com|publisher=Ask Men}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.livescience.com/health/060815_bodyimage_men.html|title=Men muscle in on body image problems|date=6 August 2015|website=livescience.com|publisher=LiveScience}}</ref> Meskipun stereotip mungkin tetap konstan, nilai yang melekat pada stereotip maskulin telah berubah; telah berpendapat bahwa maskulinitas adalah sebuah fenomena yang tidak stabil, tidak pernah akhirnya tercapai.{{Sfnp}}
Menurut sebuah makalah yang diajukan oleh Tracy Tylka kepada American Psychological Association, "Alih-alih melihat penurunan objektivitas perempuan di masyarakat, baru terjadi peningkatan objektivitas kedua jenis kelamin. Dan Anda dapat melihat hal itu di media saat ini. " Pria dan wanita membatasi asupan makanan dalam usaha mencapai apa yang mereka anggap sebagai tubuh yang kurus; Dalam kasus ekstrim, ini menyebabkan gangguan makan. [84] Psikiater Thomas Holbrook mengutip sebuah penelitian di Kanada baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sebanyak satu dari enam orang dengan gangguan makan adalah laki-laki. [85]
Penelitian di Inggris menemukan, "Pria dan wanita muda yang membaca majalah kebugaran dan mode dapat secara psikologis dirugikan oleh gambaran fisik wanita dan pria yang sempurna." Wanita muda dan pria berolahraga secara berlebihan dalam upaya untuk mencapai apa yang mereka anggap sebagai tubuh yang bugar dan berotot secara menarik, yang dapat menyebabkan gangguan dismorfik tubuh atau dismorfia otot. [86] [87] [88] Meskipun stereotipnya tetap konstan, nilai yang melekat pada stereotip maskulin telah berubah; Telah dikemukakan bahwa maskulinitas adalah fenomena yang tidak stabil, tidak pernah tercapai. [28]
=== Gender-role stress ===
[[Berkas:I_Won't_Cry_Daddy.jpg|ka|jmpl|Dari usia muda, anak laki-laki biasanya diajarkan untuk menekan emosi mereka dalam rangka untuk menyesuaikan diri dengan stereotip maskulin.<ref name="Worell835">{{Cite book|title=Encyclopedia of Women and Gender: Sex Similarities and Sifferences and the Impact of Society on Gender|last=Worell|first=Judith|date=2001|publisher=Academic Press|isbn=0122272455|location=San Diego, California|page=835}}</ref>]]
Pada tahun 1987 Eisler dan Skidmore belajar maskulinitas, menciptakan ide "maskulin stres" dan menemukan tiga unsur maskulinitas yang sering mengakibatkan stres emosional:
Baris 111 ⟶ 133:
Dalam artikel "Etika Seksual, Maskulinitas dan Saling Kerentanan", Rob Cover karya untuk membongkar Judith Butler studi maskulinitas. Cover pergi atas isu-isu seperti kekerasan seksual dan bagaimana hal ini sebagian dapat dijelaskan oleh hypermasculinity.<ref>{{Cite journal|last=Cover|first=Rob|date=2014|title=Sexual ethics, masculinity and mutual vulnerability: Judith Butler’s contribution to an ethics of non-violence|url=https://doi.org/10.1080/08164649.2014.967741|journal=[[Australian Feminist Studies]]|publisher=[[Taylor and Francis]]|volume=29|issue=82|pages=435–451|doi=10.1080/08164649.2014.967741|postscript=.|ref=harv}}</ref>
Pada tahun 1987 Eisler dan Skidmore mempelajari maskulinitas, menciptakan gagasan tentang "stres maskulin" dan menemukan tiga unsur maskulinitas yang seringkali berakibat pada tekanan emosional:
Penekanan pada situasi yang ada dalam tubuh membutuhkan tubuh dan kebugaran
Dianggap emosional
Kebutuhan akan kecukupan dalam masalah seksual dan status keuangan
Karena norma sosial dan tekanan yang terkait dengan maskulinitas, pria dengan cedera tulang belakang harus menyesuaikan identitas diri mereka dengan kerugian yang terkait dengan cedera tersebut; ini mungkin "menyebabkan perasaan menurun kecakapan fisik dan seksual dengan menurunkan harga diri dan kehilangan identitas laki-laki. Perasaan bersalah dan kehilangan kontrol secara keseluruhan juga dialami." [90] Penelitian juga menunjukkan bahwa pria merasakan tekanan sosial untuk mendukung model pria maskulin tradisional dalam periklanan. Brett Martin dan Juergen Gnoth (2009) menemukan bahwa meskipun pria feminin lebih menyukai model feminin, mereka lebih menyukai model tradisional maskulin di depan umum; Menurut penulis, ini mencerminkan tekanan sosial pada pria untuk mendukung norma maskulin tradisional. [91]
Dalam buku mereka Raising Cain: Melindungi Kehidupan Emosional Anak laki-laki, Dan Kindlon dan Michael Thompson menulis bahwa walaupun semua anak laki-laki terlahir dengan cinta dan empatik, keterpaparan terhadap sosialisasi gender (ideal dan hiperulinisme laki-laki yang tangguh) membatasi kemampuan mereka untuk berfungsi secara emosional-sehat orang dewasa Menurut Kindlon dan Thompson, anak laki-laki tidak memiliki kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan emosi secara produktif karena stres yang dipaksakan oleh peran gender maskulin. [92]
Dalam artikel "Etika Seksual, Maskulinitas dan Kerentanan Reksa", Rob Cover bekerja untuk membongkar studi tentang maskulinitas Judith Butler. Penutup menyelimuti isu-isu seperti penyerangan seksual dan bagaimana hal itu dapat dijelaskan sebagian oleh hypermasculinity. [93]
Teori "maskulinitas dalam krisis" telah muncul;<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=k24dAQAAMAAJ|title=Masculinities in Crisis: Myths, Fantasies, and Realities|last=Horrocks|first=Rooger|publisher=St Martin's Press|year=1994|isbn=0333593227}}</ref><ref>{{Cite book|title=Marked Men: White Masculinity in Crisis|last=Robinson|first=Sally|publisher=[[Columbia University Press]]|year=2000|isbn=978-0-231-50036-4|location=New York|page=5}}</ref> Australia arkeolog Peter McAllister mengatakan, "saya memiliki perasaan yang kuat bahwa maskulinitas dalam krisis. Pria benar-benar mencari sebuah peran dalam masyarakat modern; hal-hal yang kita digunakan untuk melakukan tidak dalam permintaan lagi".<ref>{{Cite news|url=http://www.salon.com/2010/11/14/manthropology_interview/singleton/|title=The dramatic decline of the modern man|last=Rogers|first=Thomas|date=November 14, 2010|work=[[Salon (website)|Salon]]|newspaper=[[Salon (website)|Salon]]|access-date=June 3, 2012}}More than one of <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">|work=</code> dan <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">|newspaper=</code> specified ([[Bantuan:CS1 errors#redundant parameters|bantuan]])
[[Kategori:Pages with citations having redundant parameters]]</ref> orang Lain melihat perubahan pasar tenaga kerja sebagai sumber stres. Deindustrialisasi dan penggantian dari cerobong asap industri dengan teknologi yang telah memungkinkan lebih banyak perempuan untuk memasuki angkatan kerja, mengurangi penekanan pada kekuatan fisik.{{Sfnp}}
Baris 119 ⟶ 155:
Menurut John Beynon, maskulinitas dan laki-laki yang sering digabungkan dan tidak jelas apakah maskulinitas, laki-laki atau keduanya berada dalam krisis. Ia menulis bahwa "krisis" ini bukan fenomena baru, yang menggambarkan beberapa periode maskulin krisis sepanjang sejarah (beberapa mendahului gerakan perempuan dan post-masyarakat industri), menunjukkan bahwa karena maskulinitas cairan alam "krisis konstitutif dari maskulinitas itu sendiri".{{Sfnp}} Film sarjana Leon Berburu juga menulis: "Setiap kali kejantanan 'krisis' benar-benar mulai, itu pasti tampaknya telah berada di tempat pada tahun 1970-an".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=3dvtQEetWrsC&pg=PA73|title=British low culture: from safari suits to sexploitation|last=Hunt|first=Leon|publisher=Routledge|year=1998|isbn=978-0-415-15182-5|location=London, New York|page=73}}</ref>
Sebuah teori "maskulinitas dalam krisis" telah muncul; [94] [95] Ahli arkeologi Australia Peter McAllister berkata, "Saya memiliki perasaan kuat bahwa maskulinitas dalam krisis. Manusia benar-benar mencari peran dalam masyarakat modern; hal-hal yang kita gunakan untuk melakukan tidak banyak permintaan lagi ". [96] Yang lain melihat perubahan pasar tenaga kerja sebagai sumber stres. Deindustrialisasi dan penggantian industri cerobong dengan teknologi telah memungkinkan lebih banyak wanita memasuki angkatan kerja, mengurangi penekanannya pada kekuatan fisik. [97]
=== Herbivora laki-laki ===▼
Pada tahun 2008, kata "herbivora laki-laki" menjadi populer di Jepang dan dilaporkan di seluruh dunia. Herbivora laki-laki mengacu muda Jepang laki-laki yang secara alami melepaskan diri dari maskulinitas. Masahiro Morioka mencirikan mereka sebagai laki-laki 1) memiliki sifat lembut, 2) tidak terikat oleh kejantanan, 3) tidak agresif ketika datang ke asmara, 4) melihat perempuan sebagai sama, dan 5) membenci rasa sakit emosional. Herbivora laki-laki itu dikritik oleh orang-orang yang cinta maskulinitas.<ref>{{Cite journal|last=Morioka|first=Masahiro|date=September 2013|title=A phenomenological study of "Herbivore Men"|url=http://www.lifestudies.org/press/review.html|journal=The Review of Life Studies|volume=4|pages=1–20|postscript=.|ref=harv}} [http://www.lifestudies.org/press/rls0401.pdf Pdf.]</ref>▼
Krisis ini juga disebabkan oleh feminisme dan pertanyaan tentang dominasi dan hak laki-laki yang diberikan kepada laki-laki semata-mata berdasarkan jenis kelamin. [98] Sosiolog Inggris John MacInnes menulis bahwa "maskulinitas selalu dalam satu krisis atau yang lain", menunjukkan bahwa krisis timbul dari "ketidakcocokan mendasar antara prinsip inti modernitas bahwa semua manusia pada dasarnya sama (terlepas dari jenis kelamin mereka) dan inti prinsip patriarki bahwa manusia secara alami lebih unggul dari wanita dan karenanya ditakdirkan untuk memerintah mereka ". [99]
Menurut John Beynon, maskulinitas dan laki-laki sering terkumpul dan tidak jelas apakah maskulinitas, pria atau keduanya dalam krisis. Dia menulis bahwa "krisis" bukanlah fenomena baru-baru ini, yang menggambarkan beberapa periode krisis maskulin sepanjang sejarah (beberapa mendahului gerakan perempuan dan masyarakat pasca-industri), menunjukkan bahwa karena sifat cairan maskulin "krisis adalah konstitutif maskulinitas itu sendiri". [100] Sarjana film Leon Hunt juga menulis: "Kapan pun krisis maskulin 'benar-benar dimulai, pastinya nampaknya sudah ada pada tahun 1970an." [101]
▲=== Herbivora laki-laki ===
▲Pada tahun 2008, kata "herbivora laki-laki" menjadi populer di Jepang dan dilaporkan di seluruh dunia. Herbivora laki-laki mengacu muda Jepang laki-laki yang secara alami melepaskan diri dari maskulinitas. Masahiro Morioka mencirikan mereka sebagai laki-laki 1) memiliki sifat lembut, 2) tidak terikat oleh kejantanan, 3) tidak agresif ketika datang ke asmara, 4) melihat perempuan sebagai sama, dan 5) membenci rasa sakit emosional. Herbivora laki-laki itu dikritik oleh orang-orang yang cinta maskulinitas.<ref>{{Cite journal|last=Morioka|first=Masahiro|date=September 2013|title=A phenomenological study of "Herbivore Men"|url=http://www.lifestudies.org/press/review.html|journal=The Review of Life Studies|volume=4|pages=1–20|postscript=.|ref=harv}} [http://www.lifestudies.org/press/rls0401.pdf Pdf.]</ref>
Pada tahun 2008, kata "herbivora men" menjadi populer di Jepang dan dilaporkan di seluruh dunia. Pria herbivora mengacu pada pria muda Jepang yang secara alami melepaskan diri dari maskulinitas. Masahiro Morioka mencirikan mereka sebagai laki-laki 1) memiliki sifat lembut, 2) tidak terikat oleh kejantanan, 3) tidak agresif dalam hal asmara, 4) melihat wanita sama, dan 5) membenci rasa sakit emosional. Pria herbivora dikritik keras oleh pria yang mencintai maskulinitas. [102]
== Referensi ==
|