Studi tentang maskulinitas mendapat perhatian yang meningkat pada akhir 1980an dan awal 1990an. Di Amerika Serikat, mata kuliah maskulinitas meningkat dari 30 menjadi lebih dari 300 mata kuliah.<ref>{{Cite thesis|last=Bradley|first=Rolla M.|date=2008|title=Masculinity and self perception of men identified as informal leaders|url=https://athenaeum.uiw.edu/uiw_etds/190/|degree=PhD|publisher=[[University of the Incarnate Word]]|oclc=1004500685|OCLC=1004500685}} [https://search.proquest.com/openview/bb91cf3b301335a7d97da0d80aed98a6/1?pq-origsite=gscholar&cbl=18750&diss=y View online preview.]</ref> Hal ini telah memicu berbagai penelitian tentang maskulinitas dan pada akhirnya bidang ini berkembang lebih luas. Lahirnya teori-teori diskriminasi sosial, konstruksi sosial dan perbedaan gender merupakan perkembangan dari bidang studi ini. <ref name="Flood 2007 Viii">{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=EUON2SYps-QC|title=International encyclopedia of men and masculinities|last=Flood|first=Michael|publisher=Routledge|year=2007|isbn=9780415333436|location=London New York|page=viii|author-link=Michael Flood}}</ref>
Kedua lakiLaki-laki dan perempuan dapat menunjukkan ciri-ciri dan perilaku maskulin. Orang-orang yang mencampurkan karakteristik maskulin dan feminin dalam dirinya dianggap [[androgini]]. DalamPada halmasa inilalu, klasifikasi gender secara umum hanya maskulin dan feminin. Namun dengan munculnya kajian androgini, para ahli feminisme berpendapat bahwa defenisi gender yang ambigu tersebut telah mengaburkan klasifikasi gender.<ref>{{Cite book|title=[[Gender Trouble|Gender trouble: feminism and the subversion of identity]]|last=Butler|first=Judith|publisher=Routledge|year=2006|isbn=9780415389556|location=New York London|author-link=Judith Butler|orig-year=1990}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Laurie|first=Timothy|date=2014|title=The ethics of nobody I know: gender and the politics of description|url=https://dx.doi.org/10.1108/QRJ-03-2014-0011|journal=Qualitative Research Journal|publisher=[[Emerald Group Publishing|Emerald]]|volume=14|issue=1|pages=64–78|doi=10.1108/QRJ-03-2014-0011|postscript=.|ref=harv}} [https://www.academia.edu/6262250/The_Ethics_of_Nobody_I_Know_Gender_and_the_Politics_of_Description Pdf.]</ref>
=== Perkembangan ===
[[Berkas:PalmercarpenterA.jpg|al=Carpenter in a hard hat using a hand drill outdoors|jmpl|Seorang pekerja konstruksi dianggap maskulin]]
Dalam beberapa budaya, menampilkan karakteristik yang tidak sesuai dari jenis kelamin yang dia miliki merupakan suatu masalah sosial. Dalam [[sosiologi]], pengecapan ini dikenal sebagai [[Peran gender|asumsi gender]]. Perilaku di luar standar yang ditetapkan oleh tradisi dalam budaya tertentu dapat dianggap sebagai indikasi [[homoseksualitas]] untuk laki-laki. Terlepas dari kenyataan bahwa ekspresi gender, [[identitas gender]] dan [[orientasi seksuallesbian]] yanguntuk diterima secara luas sebagai konsep yang berbedaperempuan.<ref name="nacua">{{Cite web|url=http://www.nacua.org/nacuanet/visual/nacuanotessample.html|title=Gender identity and expression issues at colleges and universities|date=2 June 2005|website=[[National Association of College and University Attorneys]] NACUAN|archive-url=https://web.archive.org/web/20140323020027/http://www.nacua.org/nacuanet/visual/nacuanotessample.html|archive-date=23 March 2014|access-date=2 April 2007}}</ref> Karena itu perlu upaya sosialisasi dan genetika dalam pengembangan maskulinitas. [[Psikolog]] dan [[Psikoanalisis|psikoanalis]] seperti [[Sigmund Freud]] dan [[Carl Gustav Jung|Carl Jung]] meyakini bahwa aspek identitas "feminin" dan "maskulin" sebenarnya terdapat pada semua pria.
Sejarah perkembangan peran gender ini seringkali menjadi masalah yang ditangani oleh perilakuahli genetika, [[psikologi evolusioner]], ekologi manusia, [[antropologi]] dan sosiologi. SemuaDalam setiap budaya manusia tampaknya mendorong, peran gender sangat ditampilkan dalam sastra, pakaian dan nyanyian. Seperti dalam sastra Epos [[Homeros]], cerita Hengist dan Horsa dan komentar normatif dari [[Kong Hu Cu (filsuf)|Konfusius]]. Perlakuan maskulinitas lainnya dapat ditemukan dalam ''[[Bhagawadgita|Bhagavad Gita]]'' dan [[Bushido|bushidō]] dari ''Hagakure''. ▼
Pentingnya sosialisasi dan genetika dalam pengembangan maskulinitas diperdebatkan. [[Psikolog]] dan [[Psikoanalisis|psikoanalis]] seperti [[Sigmund Freud]] dan [[Carl Gustav Jung|Carl Jung]] meyakini bahwa aspek identitas "feminin" dan "maskulin" sebenarnya terdapat pada semua pria.{{Efn|See [[innate bisexuality]] and [[anima and animus]] for more information.}}
=== Pembentukan Gender ===
▲Sejarah perkembangan peran gender ini ditangani oleh perilaku genetika, [[psikologi evolusioner]], ekologi manusia, [[antropologi]] dan sosiologi. Semua budaya manusia tampaknya mendorong peran gender dalam sastra, pakaian dan nyanyian. Seperti dalam sastra Epos [[Homeros]], cerita Hengist dan Horsa dan komentar normatif dari [[Kong Hu Cu (filsuf)|Konfusius]]. Perlakuan maskulinitas lainnya dapat ditemukan dalam ''[[Bhagawadgita|Bhagavad Gita]]'' dan [[Bushido|bushidō]] dari ''Hagakure''.
Awal mula pembentukan gender masih diperdebatkan antara gender terbentuk secara alami atau rekonstruksi budaya. Bagaimana seorang anak mengembangkan [[identitas gender]] juga diperdebatkan. Beberapa percaya bahwa maskulinitas dikaitkan dengan tubuh laki-laki; Dalam pandangan ini, maskulinitas dikaitkan dengan [[Penis manusia|alat kelamin laki-laki]].{{Sfnp}} YangPendapat lain menyarankan bahwa meskipun maskulinitas dapat dipengaruhi olehsecara biologibiologis, inisifat jugamaskulin merupakan konstruksi budaya. Penelitian terbaru telah dilakukan mengenaitentang konsephubungan maskulinitas seseorang dandengan hubungannya denganhormon [[testosteron ;]] hasilnyapada alat kelamin menunjukkan bahwa maskulinitas tidak hanya berbeda dalam budaya yang berbeda, namun tingkat testosteron tidak memprediksi bagaimana seseorang akan memiliki perasaan maskulin atau feminin.<ref name="Pletzer 2015">{{Cite journal|last=Pletzer|first=Belinda|last2=Petasis|first2=Ourania|last3=Ortner|first3=Tuulia M.|last4=Cahill|first4=Larry|date=2015|title=Intereactive effects of culture and sex hormones on the role of self concept|url=https://dx.doi.org/10.3389/fnins.2015.00240|journal=Neuroendocrine Science|publisher=[[Frontiers Media]]|volume=9|issue=240|pages=1–10|doi=10.3389/fnins.2015.00240|pmc=4500910|pmid=26236181|postscript=.|ref=harv}}</ref> Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pria secara hormonal dan fisik dan banyak aspek maskulinitas yang dianggap alami didorongternyata secaramerupakan bahasa danbentukan budaya.{{Sfnp}}<ref>{{Cite journal|last=Mills|first=Sara|date=2003|title=Third wave feminist linguistics and the analysis of sexism|url=http://extra.shu.ac.uk/daol/articles/closed/2003/001/mills2003001-paper.html|journal=Discourse Analysis Online|publisher=[[Sheffield Hallam University]]|volume=2|issue=1|postscript=.|ref=harv}}</ref> Di sisi perdebatan, dikemukakan bahwa maskulinitas tidak memiliki satu sumber pun. Meskipun militer memiliki kepentingan dalam membangun dan mempromosikan bentuk maskulinitas tertentu, namun tidak menciptakannya.{{Sfnp}} Rambut wajah dikaitkan dengan maskulinitas melalui bahasa, dalam cerita tentang anak laki-laki menjadi laki-laki saat mereka mulai bercukur.{{Sfnp}}▼
=== Alami vs Kebiasaan ===
▲Bagaimana seorang anak mengembangkan [[identitas gender]] juga diperdebatkan. Beberapa percaya bahwa maskulinitas dikaitkan dengan tubuh laki-laki; Dalam pandangan ini, maskulinitas dikaitkan dengan [[Penis manusia|alat kelamin laki-laki]].{{Sfnp}} Yang lain menyarankan bahwa meskipun maskulinitas dapat dipengaruhi oleh biologi, ini juga merupakan konstruksi budaya. Penelitian terbaru telah dilakukan mengenai konsep maskulinitas seseorang dan hubungannya dengan testosteron; hasilnya menunjukkan bahwa maskulinitas tidak hanya berbeda dalam budaya yang berbeda, namun tingkat testosteron tidak memprediksi bagaimana perasaan maskulin atau feminin.<ref name="Pletzer 2015">{{Cite journal|last=Pletzer|first=Belinda|last2=Petasis|first2=Ourania|last3=Ortner|first3=Tuulia M.|last4=Cahill|first4=Larry|date=2015|title=Intereactive effects of culture and sex hormones on the role of self concept|url=https://dx.doi.org/10.3389/fnins.2015.00240|journal=Neuroendocrine Science|publisher=[[Frontiers Media]]|volume=9|issue=240|pages=1–10|doi=10.3389/fnins.2015.00240|pmc=4500910|pmid=26236181|postscript=.|ref=harv}}</ref> Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pria secara hormonal dan fisik dan banyak aspek maskulinitas yang dianggap alami didorong secara bahasa dan budaya.{{Sfnp}}<ref>{{Cite journal|last=Mills|first=Sara|date=2003|title=Third wave feminist linguistics and the analysis of sexism|url=http://extra.shu.ac.uk/daol/articles/closed/2003/001/mills2003001-paper.html|journal=Discourse Analysis Online|publisher=[[Sheffield Hallam University]]|volume=2|issue=1|postscript=.|ref=harv}}</ref> Di sisi perdebatan, dikemukakan bahwa maskulinitas tidak memiliki satu sumber pun. Meskipun militer memiliki kepentingan dalam membangun dan mempromosikan bentuk maskulinitas tertentu, namun tidak menciptakannya.{{Sfnp}} Rambut wajah dikaitkan dengan maskulinitas melalui bahasa, dalam cerita tentang anak laki-laki menjadi laki-laki saat mereka mulai bercukur.{{Sfnp}}
=== Dominasi Maskulinitas ===
[[Berkas:USMC-10881.jpg|al=Two men wrestling in a gymnasium, watched by a group of uninformed soldiers|jmpl|250x250px|KontesPertandingan keterampilangulat fisikadalah dansifat kekuatanmaskulin munculberupa dalamketerampilan beberapafisik bentukdan diadu banyak budaya. Di sini, dua [[Korps marinir Amerika Serikat|Marinir AS]] bersaing dalam pertandingan gulatkekuatan.]]
JalanSalah tradisionalsatu bagipemikiran konservatif tentang gender berpendapat bahwa cara pria untuk mendapatkan kehormatan adalah menyediakanmenyiapkan keluargasekaligus merekamemimpin dankeluarga menjalankan kepemimpinanmereka.<ref name="ReferenceA">{{Cite journal|last=George|first=Annie|date=July 2006|title=Reinventing honorable masculinity: discourses from a working-class Indian community|url=https://dx.doi.org/10.1177/1097184X04270379|journal=[[Men and Masculinities]]|publisher=[[SAGE Publications|Sage]]|volume=9|issue=1|pages=35–52|doi=10.1177/1097184X04270379|postscript=.|ref=harv}}</ref> RaewynHal Connellini telahdapat memberidiartikan labelsebagai perandominasi dansifat hakmaskulin. istimewaRaewyn priaConnell tradisionalmengatakan maskulinitas"Hegemoni hegemoni,(dominasi) didorong pada pria dan berkecil hati pada wanita: "maskulinitas Hegemoni dapat didefinisikan sebagai konfigurasi praktik gender yang mewujudkan jawaban yang saat ini diterima untuk masalah legitimasi [[patriarki]], yang menjamin posisi dominan laki-laki dan subordinasiterhadap perempuan."{{Sfnp}} Selain menggambarkan artikulasi kuat identitas maskulin yang kuat dan kejam, maskulinitassifat hegemonikmaskulin juga telahdigambarkan digunakanmelalui untukaktivitas menggambarkan bentuk sosialisasi gender, implisit, tidak langsung, atau koersif,mereka yang disahkanberbeda melalui permainan video, mode, humor, dandengan sebagainyafeminin.<ref>Laurie, Timothy; Hickey-Moody, Anna (2017), "[https://www.academia.edu/31232852/Masculinity_and_Ridicule Masculinity and ridicule]", in {{Cite book|title=Gender: laughter|publisher=Macmillan Reference|year=2017|isbn=9780028663265|editor-last=Papenburg|editor-first=Bettina|location=Farmington Hills, Michigan|pages=215–228}}</ref>
=== Masa Labil ===
Periset berpendapat bahwa "ketidakteraturan" kedewasaan berkontribusi pada perilaku tradisional-maskulin.<ref>{{Cite journal|last=Bosson|first=Jennifer K.|last2=Vandello|first2=Joseph A.|date=April 2011|title=Precarious manhood and its links to action and aggression|url=https://doi.org/10.1177/0963721411402669|journal=[[Current Directions in Psychological Science]]|publisher=[[Sage Publications|Sage]]|volume=20|issue=2|pages=82–86|doi=10.1177/0963721411402669|postscript=.|ref=harv}}</ref> "Tidak beraturan" berarti kedewasaan tidak lahir, tapi harus diraih. Dalam banyak kebudayaan, anak laki-laki mengalami ritual inisiasi yang menyakitkan untuk menjadi laki-laki. Manhood juga bisa hilang, seperti saat seorang pria diejek karena tidak "menjadi pria". Periset telah menemukan bahwa pria menanggapi ancaman terhadap kedewasaan mereka dengan melibatkan perilaku dan keyakinan stereotip-maskulin, seperti hierarki pendukung, mendukung keyakinan homofobia, mendukung agresi dan memilih tugas fisik daripada masalah intelektual.<ref>{{Cite journal|last=Vandello|first=Joseph A.|last2=Bosson|first2=Jennifer K.|last3=Cohen|first3=Dov|last4=Burnaford|first4=Rochelle M.|last5=Weaver|first5=Jonathan R.|date=December 2008|title=Precarious manhood|url=https://dx.doi.org/10.1037/a0012453|journal=[[Journal of Personality and Social Psychology]]|publisher=[[PsycNET]]|volume=95|issue=6|pages=1325–1339|doi=10.1037/a0012453|postscript=.|ref=harv}}</ref>
Pada tahun 2014, Winegard dan Geary menulis bahwa ketidaktahuan kedewasaan melibatkan status sosial (prestise atau dominasi), dan kedewasaan mungkin lebih (atau kurang) genting karena jalan yang dimiliki laki-laki untuk mencapai status.<ref>{{Cite journal|last=Winegard|first=Bo M.|last2=Winegard|first2=Ben|last3=Geary|first3=David C.|date=March 2014|title=Eastwood’s brawn and Einstein’s brain: an evolutionary account of dominance, prestige, and precarious manhood|url=https://dx.doi.org/10.1037/a0036594|journal=[[Review of General Psychology]]|publisher=[[PsycNET]]|volume=18|issue=1|pages=34–48|doi=10.1037/a0036594|postscript=.|ref=harv}}</ref> Pria yang mengidentifikasi dengan pencarian kreatif, seperti puisi atau lukisan, mungkin tidak mengalami kedewasaan sebagai genting namun mungkin merespons ancaman terhadap kecerdasan atau kreativitas mereka. Namun, pria yang mengidentifikasi dengan pencarian tradisional maskulin (seperti sepak bola atau militer) dapat melihat maskulinitas sebagai hal yang genting. Menurut Winegard, Winegard, dan Geary, ini fungsional; puisi dan lukisan tidak memerlukan sifat tradisional maskulin, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut seharusnya tidak menimbulkan kegelisahan. Sepak bola dan militer memerlukan sifat tradisional maskulin, seperti toleransi rasa sakit, daya tahan, otot dan keberanian, dan serangan terhadap Sifat-sifat tersebut menyebabkan kegelisahan dan dapat memicu impuls dan perilaku balas dendam. Ini menunjukkan bahwa debat tentang alam versus perdukunan tentang maskulinitas mungkin sangat sederhana. Meski pria berevolusi untuk mengejar prestise dan dominasi (status), bagaimana mereka mengejar status tergantung pada bakat, ciri dan kemungkinan yang ada. Dalam masyarakat modern, lebih banyak jalan menuju status mungkin ada daripada di masyarakat tradisional dan ini dapat mengurangi ketidakjelasan kedewasaan (atau kedewasaan tradisional); Namun, hal itu mungkin tidak akan mengurangi intensitas kompetisi pria-pria.
=== Pada wanita ===
Meskipun sering diabaikan dalam diskusi tentang maskulinitas, wanita juga dapat mengekspresikan sifat-sifat maskulin dandalam perilakuperilakunya.<ref name="Keith">{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=r_niDQAAQBAJ&pg=PT4|title=Masculinities in contemporary American culture: an intersectional approach to the complexities and challenges of male identity|last=Keith|first=Thomas|date=2017|publisher=Routledge|isbn=9781317595342|location=New York|pages=4–5|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=UYAi9OEYRekC&pg=PR11|title=Female Masculinity|last=Halberstam|first=Judith|date=1998|publisher=Duke University Press|isbn=9780822322436|location=Durham, North Carolina|pages=xi–}}</ref> Dalam budaya Barat, maskulinitas wanita telah dikodifikasikandikotak-kotakkan menjadi identitas seperti "[[Tomboi|tomboy]]" dan "[[butch]]". Meskipun maskulinitas wanita sering dikaitkan dengan [[Lesbian|lesbianisme]], mengekspresikan maskulinitas tidak harus berhubungan dengan seksualitas seorang wanita. Dalam filsafat feminis, maskulinitas perempuan sering dicirikan sebagai jenis kinerja gender yang menantang maskulinitas dan [[Patriarki|dominasi laki-laki]].<ref>{{Cite journal|last=Gardiner|first=Judith Kegan|date=December 2009|title=Female masculinities: a review essay|url=https://doi.org/10.1177/1097184X08328448|journal=[[Men and Masculinities]]|volume=11|issue=5|pages=622–633|doi=10.1177/1097184X08328448|ref=harv}}
</ref> Wanita maskulin sering mengalami stigma dan pelecehan sosial, walaupun pengaruh [[Pembebasan perempuan|gerakan feminis]] telah menyebabkan penerimaan wanita yang mengekspresikan maskulinitas dalam beberapa dekade belakangan ini .<ref>Girshick, Lori B. (2008), "[https://books.google.co.uk/books?id=eq8E8iuLqIYC&pg=PT48 The social construction of biological facts]", in {{Cite book|title=Transgender voices: beyond women and men|publisher=University Press of New England|isbn=9781584656838|editor-last=Girshick|editor-first=Lori B.|location=Hanover, New Hampshire|page=48}}</ref>
|