Haji Misbach: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Mengganti halaman dengan '<big>'''Seorang Haji menaiki podium. Ia segera memperkenalkan diri: “Saya bukan Haji, tapi Mohammad Misbach, seorang Jawa, yang telah memenuhi kewajibannya sebagai...'
Tag: Penggantian VisualEditor
Baris 5:
Meskipun bergelar Haji dan sudah pernah ke tanah suci, tapi Misbach tidak pernah mengenakan sorban ala Arab ataupun Peci ala Turki. “Misbach hanya mengenakan tutup kepala dan bergaul dengan rakyat apa saja,” kata Natar Zainuddin menceritakan tentang Misbach.
 
Misbach adalah seorang mubaligh berpendidikan pesantren. Ia dilahirkan di Kauman, Surakarta, sekitar tahun 1876, dan dibesarkan sebagai anak seorang pedagang batik yang kaya raya. Mas Marco Kartodikromo, teman seperjuangannya, menggambarkan Misbach sebagai seorang yang ramah dan teguh kepada ajaran islam.
 
anon anon anon
* Tahun [[1914]], Misbach mulai aktif dalam [[Inlandsche Journalisten Bond]].
* Tahun [[1915]], menerbitkan surat kabar [[Medan Moeslimin]].
* Tahun [[1917]], menerbitkan surat kabar [[Islam Bergerak]].
* Tahun [[1918]], bergabung dengan [[Tentara Kanjeng Nabi Muhammad]].
* Tanggal [[10 Juli]] [[1918]], membentuk [[Sidik Amanat Tableg Vatonah]] (SATV).
* Tanggal [[7 Mei]] [[1919]], ditangkap setelah menggambar kartun di Islam Bergerak yang isinya menyinggung [[kapitalis]] [[Belanda]] dan [[Pakubuwono X]], dibebaskan pada [[22 Oktober]] [[1919]].
* Tanggal [[16 Mei]] [[1920]], kembali ditangkap dan dipenjarakan di [[Pekalongan]] selama 2 tahun 3 bulan.
* Tahun [[1922]], keluar dari Muhammadiyah karena Muhammadiyah dan SI dianggap mandul dan bersikap kooperatif dengan pemerintah.
* Bulan Mei [[1923]], muncul sebagai propagandis SI Merah/PKI
* Tanggal [[20 Oktober]] [[1923]], kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi pembakaran bangsal, penggulingan kereta api, pengeboman dan lain-lain.
* Bulan Juli [[1924]], kembali ditangkap dan dibuang ke Manokwari dengan tuduhan mendalangi pemogokan-pemogokan dan teror-teror/[[sabotase]] di Surakarta dan sekitarnya.
 
== Pergerakan Islam ==
[[Takashi Shiraisi]] mengungkapkan ada perbedaan dinamika [[sosial]] [[Islam]] di [[Yogya]] dan [[Surakarta]] masa itu. Ini dikaitkan dengan persamaan dan perbedaan antara KH [[Ahmad Dahlan]], pendiri Muhammadiyah dan, Misbach, seorang [[muslim]] [[ortodoks]] yang saleh, progresif, dan hidup di Surakarta.
 
Di Yogya, Muhammadiyah yang lahir pada [[1912]] di [[Kauman]], segera menjadi sentral kegiatan kaum muslimin yang saleh yang kebanyakan berlatar belakang keluarga pegawai keagamaan Sultan. Ayah Dahlan adalah chatib amin Masjid Agung dan ibunya putri penghulu (pegawai keagamaan kesultanan) di Yogya. Para penganjur Muhammadiyah umumnya anak-anak pegawai keagamaan. Kala itu [[birokrat]] keagamaan umumnya adalah alat negara sehingga, kata Shiraisi, wewenang keagamaannya tidak berasal dari kedalaman pengetahuan tentang Islam tetapi karena jabatannya. Meskipun mereka berhaji dan belajar Islam, masih kalah wibawa dibandingkan para kiai yang pesantrennya bebas dari negara. Kendati demikian, reformisme Muhammadiyah berhasil menyatukan umat Islam yang terpecah-pecah. Tablig-tablignya, kajian ayat yang dijelaskan dengan membacakan dan menjelaskan maknanya di masjid-masjid, pendirian lembaga pendidikan Islam, membangunkan keterlenaan umat Islam. Mereka tumbuh menjadi pesaing tangguh [[misionaris]] [[Kristen]] dan aktivis sekolah-sekolah [[bumiputera]] yang didirikan pemerintah.
 
Lain halnya dengan di Surakarta, kala itu belum ada pengaruh sekuat Dahlan dan Muhammadiyah. Ini karena di Surakarta sudah ada sekolah [[agama]] modern pertama di [[Jawa]], [[Madrasah]] Mamba'ul Ulum yang didirikan patih [[R. Adipati Sosrodiningrat]] ([[1906]]) dan [[Sarekat Islam]] (SI) pun sudah lebih dulu berkiprah sebagai wadah aktivis pergerakan Islam. Di Surakarta, pegawai keagamaan yang progresif, [[kiai]], guru-guru [[Al-Quran]], dan para pedagang [[batik]] mempunyai forum yang berwibawa, [[Medan Moeslimin]]. Di situlah pendapat mereka yang kerap berbeda satu sama lain tersalur. Kelompok ini menyebut diri "kaum muda Islam".
 
Dalam pergerakan Islam Surakarta dan Yogya terdapat perbedaan mencolok. Di Yogya, gerakan Islam tidak hanya reformis, tetapi juga modernis. Tetapi di Surakarta, gerakan kaum muda Islam semua bersifat modernis tetapi tidak semua reformis. Kegiatan keislaman di Surakarta banyak dipengaruhi kiai yang [[progresif]] dalam metode penyampaian tetapi [[ortodoks]] secara isi dakwahnya, seperti [[Kiai Arfah]] dan KH [[Muhammad Adnan]]. Sampai suatu ketika ortodoksi yang cenderung menghindar [[ijtihad]] itu terpecah pada tahun [[1918]].
 
=== Perseteruan antar golongan Islam di Surakarta ===
Perpecahan kelompok Islam di Surakarta dipicu artikel [[Djojosoediro]] di surat kabar [[Djawi Hisworo]], yang mana pemimpin redaksinya adalah [[Martodharsono]]. Pada saat itu, [[Djojosoediro]], atas persetujuan dan dorongan dari Martodharsono, menulis:
 
''“Ah seperti pegoeron (tempat beladjar ilmoe). Saja boekan goeroe, tjoemah bertjeritera atau memberi nasihat, keboetoelan sekarang ada waktoenja. Maka baiklah sekarang sadja. Adapon fatsal (selamatan) hoendjoek makanan itoe tidak perloe pakai nasi woedoek dengan ajam tjengoek brendel. SEBAB GOESTI KANDJENG NABI RASOEL ITOE MINOEM TJIOE A.V.H. DAN MINOEM MADAT, KADANG KLE’LE’T DJOEGA SOEKA. Perloe apakah mentjari barang jang tidak ada. Maskipon ada banjak nasi woedoek, kalau tidak ada tjioe dan tjandoe tentoelah pajah sekali.”''
 
Umat Islam, terutama di Surakarta, gempar dengan tulisan tersebut. Sebagian besar menganggap bahwa tulisan tersebut merupakan pelecehan terhadap nabi [[Muhammad]] dan umat Islam. [[Sarekat Islam]], sebagai organisasi Islam terbesar kala itu, merasa wajib untuk melakukan pembelaan. Untuk itu, pada awal Februari [[1918]], [[Tjokroaminoto]] telah membentuk apa yang disebut [[Tentara Kandjeng Nabi Mohammad]] (TKNM) untuk “memertahankan kehormatan Islam, [[Nabi]], dan Kaum Muslimin”.
 
[[Martodharsono]] sendiri bukan orang sembarangan. Dia adalah murid [[Tirto Adhi Soerjo]], sang pemula, dan [[Raden Pandji Natarata]] alias [[Raden Sastrawidjaja]], ahli sastra dari Yogyakarta. Ketika artikelnya mulai mendapat respon dan kemarahan dari umat Islam, Martodharsono pun berusaha memberikan klarifikasi di surat kabar [[Djawi Hisworo]]. Namun, klarifikasi tersebut tidak bisa memadamkan api yang sudah terlanjur berkobar.
 
=== Sidik, Amanat, Tabligh, Fathonah ===
Pembentukan TKNM oleh Tjokroaminoto inilah yang kemudian mencuatkan nama Misbach sebagai mubaligh vokal. Misbach lalu menyikapi dengan segera membentuk perkumpulan tablig reformis bernama [[Sidik Amanat Tableg Vatonah]] (SATV) untuk memperkuat “kebenaran dan memajukan Islam”. Ia menyebar seruan tertulis menyerang Martodharsono serta mendorong terlaksananya rapat umum dan membentuk subkomite TKNM. Segeralah beredar cerita, Misbach akan berhadapan dengan Martodharsono di podium. Komunitas yang dulunya kurang greget menyikapi keadaan itu tiba-tiba menjadi dinamis. Kaum muslimin Surakarta berbondong-bondong menghadiri rapat umum di lapangan [[Sriwedari]], pada 24 Februari 1918 yang konon dihadiri 20.000-an orang. Tjokroaminoto mengirim [[Haji Hasan bin Semit]] dan [[Sosrosoedewo]] (penerbit dan redaktur jurnal Islam [[Surabaya]], [[Sinar Islam]]), dua orang kepercayaannya di TKNM. Waktu itu terhimpun sejumlah dana untuk pengembangan organisasi ini. Muslimin Surakarta bergerak proaktif menjaga wibawa Islam terhadap setiap upaya penghinaan terhadapnya. Inilah awal perang membela Islam dari "[[kaum putihan]]" Surakarta.
 
Belakangan, muncul kekecewaan jamaah TKNM ketika Tjokro tiba-tiba saja mengendurkan perlawanan kepada Martodharsono dan Djawi Hisworo setelah mencuatnya pertikaian menyangkut soal keuangan dengan H Hasan bin Semit. Buntutnya, H Hasan bin Semit keluar dari TKNM. Beredar artikel menyerang petinggi TKNM. Muncul statemen seperti "korupsi di TKNM dianggap sudah menodai Nabi dan Islam".
 
Dalam situasi itu, Misbach muncul menggantikan [[Hisamzaijni]], ketua subkomite TKNM dan menjadi hoofdredacteur (pemimpin redaksi) Medan Moeslimin. Artikel pertamanya di media ini berjudul [[Seroean Kita]]. Dalam artikel itu, ia menyajikan gaya penulisan yang khas, yang kata [[Takashi]], menulis seperti berbicara dalam forum tablig. Ia mengungkapkan pendapatnya, bergerak masuk ke dalam kutipan [[Al-Quran]] kemudian keluar lagi dari ayat itu. "Persis seperti membaca, menerjemahkan, dan menerangkan arti ayat Al-Quran dalam pertemuan tablig." Sikap Misbach ini segera menjadi tren, apalagi kemudian secara kelembagaan perkumpulan tablig SATV benar-benar eksis melibatkan para pedagang [[batik]] dan generasi [[santri]] yang lebih muda.
 
SATV menyerang para elite pemimpin TKNM, kekuasaan keagamaan di Surakarta, menyebut mereka bukan Islam sejati, tetapi "Islam ''lamisan''", "kaum terpelajar yang berkata mana yang bijaksana yang menjilat hanya untuk menyelamatkan namanya sendiri." Dasar keyakinan SATV dengan Misbach sebagai ideolognya, "membuat agama Islam bergerak". Misbach kondang di tengah muslimin bukan sekadar karena tablignya, melainkan ia menjadi pelaku dari kata-kata keras yang dilontarkannya di berbagai kesempatan. Ia dikenal luas karena perbuatannya "menggerakkan Islam": menggelar tablig, menerbitkan jurnal, mendirikan sekolah, dan menentang keras penyakit hidup boros dan bermewah-mewah, dan semua bentuk penghisapan dan penindasan.
 
Menurut Shiraisi, ada dua perbedaan SATV dibanding Muhammadiyah. Pertama, Muhammadiyah menempati posisi strategis di tengah masyarakat keagamaan Yogya, sedangkan SATV adalah perhimpunan muslimin saleh yang merasa dikhianati oleh kekuasaan keagamaan, manipulasi pemerintah, dan para kapitalis non-muslim. Kedua, militansi para penganjur Muhammadiyah bergerak atas dasar keyakinan bahwa bekerja di Muhammadiyah berarti hidup menjadi muslim sejati. Sedangkan militansi SATV berasal dari rasa takut untuk melakukan manipulasi, dan keinginan kuat membuktikan keislamannya dengan tindakan nyata. Di mata pengikut SATV, muslim mana-pun yang perbuatannya mengkhianati kata-katanya berarti muslim gadungan.
 
== Pandangan politik ==
 
=== Haji Merah ===
Misbach memiliki posisi yang unik dalam sejarah tanah air, namanya sering disandingkan dengan [[Semaun]], [[Tan Malaka]], atau golongan kiri lainnya. Di kalangan gerakan Islam, memang namanya nyaris tak pernah disebut karena berpaham [[komunis]]. Menurutnya, Islam dan komunisme tidak selalu harus dipertentangkan, Islam seharusnya menjadi agama yang bergerak untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.
 
[[Marco Kartodikromo]], seorang wartawan yang juga seorang aktivis [[kebangkitan nasional]] asal [[Hindia Belanda]] pada saat itu, berkisah tentang Misbach:
 
".. Di Pemandangan Misbach tidak ada beda di antara seorang pencuri biasa dengan orang yang dikata berpangkat, begitu juga di antara [[rebana]] dan [[klenengan]], di antara bok Haji yang bertutup muka dan orang bersorban cara [[Arab]] dan berkain kepala cara [[Jawa]]. Dan sebab itu dia lebih gemar memakai kain kepala daripada memakai [[peci]] [[Turki]] atau bersorban seperti pakaian kebanyakan orang yang disebut "Haji".
 
Apa yang tersirat dari tulisan Marco adalah populisme Misbach. Populisme seorang Haji, sekaligus pedagang yang sadar akan penindasan [[kolonialisme]] Belanda dan tertarik dengan ide-ide [[revolusioner]] yang mulai menerpa [[Hindia]] pada zaman itu.
 
Misbach langsung terjun melakukan pengorganisiran di basis-basis rakyat. Membentuk organisasi dan mengorganisir pemogokan ataupun rapat-rapat umum/[[vergadering]] yang dijadikan mimbar pemblejetan kolonialisme dan [[kapitalisme]]. Orang menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tak segan bergaul dengan anak-anak muda penikmat klenengan (musik Jawa) dengan tembang yang sedang populer. Satu tulisan lain tentang Misbach menyebutkan, di tengah komunitas pemuda, dia menjadi kawan berbincang yang enak. Sementara di tengah pecandu [[wayang orang]], dia lebih dihormati ketimbang direktur wayang orang.
 
"... di mana-mana golongan Rajat Misbach mempoenjai kawan oentoek melakoekan pergerakannya. Tetapi didalem kalangannya orang-orang jang mengakoe Islam dan lebih mementingkan mengoempoelken harta benda daripada menolong kesoesahan Rajat, Misbach seperti [[harimau]] didalem kalangannya binatang-binatang ketjil. Kerna dia tidak takoet lagi menyela kelakoeannja orang-orang yang sama mengakoe Islam tetapi selaloe mengisep darah temen hidoep bersama."
 
=== Jangan takut, jangan kawatir ===
Misbach sangat antikapitalis. Siapa yang secara kuat diyakini menjadi antek kapitalis yang menyengsarakan rakyat akan dihadapinya melalui artikel di Medan Moeslimin atau Islam Bergerak. Tak peduli apakah dia juga seorang aktivis organisasi Islam. Berdamai dengan pemerintah Hindia Belanda adalah jalan yang akan dilawan dengan gigih. Maka kelompok yang anti politik, anti pemogokan, secara tegas dianggap berseberangan dengan misi keadilan.
 
Misbach membuat [[kartun]] di Islam Bergerak edisi [[20 April]] [[1919]]. Isinya menohok kapitalis Belanda yang menghisap petani, mempekerja-paksakan mereka, memberi [[upah]] kecil, membebani [[pajak]]. [[Residen]] Surakarta digugat, [[Paku Buwono X]] digugat karena ikut-ikutan menindas. Retorika khas Misbach, muncul dalam kartun itu sebagai "suara dari luar dunia petani". Bunyinya, "Jangan takut, jangan kawatir". Kalimat ini memicu kesadaran dan keberanian [[petani]] untuk [[mogok]]. Ekstremitas sikap Misbach membuat dia ditangkap, [[7 Mei]] [[1919]], setelah melakukan belasan pertemuan "kring" (subkelompok [[petani]] perkebunan). Tapi akhirnya Misbach dibebaskan pada [[22 Oktober]] sebagai kemenangan penting [[Sarekat Hindia]] (SH), organisasi para bumiputera.
 
Misbach menegaskan kepada rakyat "jangan takut dihukum, dibuang, digantung", seraya memaparkan kesulitan Nabi menyiarkan Islam. Misbach pun sosok yang selain menempatkan diri dalam perjuangan melawan kapitalis, ia meyakini paham komunis. Misbach mengagumi [[Karl Marx]]. Marx di mata Misbach berjasa membela rakyat miskin, mencela kapitalisme sebagai biang kehancuran nilai-nilai kemanusiaan. Agamapun dirusak oleh kapitalisme sehingga harus dilawan dengan [[historis materialisme]].
 
=== Keterlibatan dalam PKI ===
Pada konggres PKI tanggal 4 Maret 1923 yang dihadiri 16 cabang PKI, 14 cabang SI Merah dan beberapa perkumpulan serikat komunis, Misbach memberikan uraian mengenai relevansi Islam dan komunisme dengan menunjukkan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengkritik pimpinan SI Putih yang munafik dan menjadikan Islam sebagai selimut untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun 1923 pula, dia menulis kritikannya terhadap Tjokroaminoto di Medan Moeslimin dengan judul “Semprong Wasiat: Disiplin Organsisi Tjokroaminoto Menjadi Racun Pergerakan Rakyat Hindia”.
 
Kekecewaannya terhadap lembaga-lembaga Islam yang tidak tegas membela kaum [[dhuafa]], membuat dia memilih ikut Perserikatan Kommunist di Indie ([[PKI]]) ketika CSI (Central Sarekat Islam) pecah melahirkan PKI/SI Merah, bahkan mendirikan PKI afdeling Surakarta. Dia pun muncul sebagai pimpinan PKI di Surakarta, yang kemudian mengubah surat kabar Islam Bergerak menjadi Ra’jat Bergerak dan penyatuan secara de fakto organ PKI Yogyakarta berbahasa [[Melayu]], [[Doenia Baroe]], ke dalam Ra’jat Bergerak pada September [[1923]]. Berjuang melawan kapitalisme, tak membuat dia tidak menegakkan Islam. Baginya, perlawanan terhadap kapitalis dan pengikutnya sama dengan berjuang melawan setan.
 
== Masa pembuangan ==
Bulan Mei [[1919]] akibat pemogokan-pemogokan petani yang dipimpinnya, Misbach dan para pemimpin pergerakan lainnya di Surakarta ditangkap. Pada [[16 Mei]] [[1920]], ia kembali ditangkap dan dipenjarakan di [[Pekalongan]] selama 2 tahun 3 bulan. Pada [[22 Agustus]] [[1922]] dia kembali ke rumahnya di Kauman, Surakarta. Maret [[1923]], ia sudah muncul sebagai [[propagandis]] PKI/SI Merah dan berbicara tentang keselarasan antara paham Komunis dan Islam. Pada tanggal 20 Oktober 1923, Misbach kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi revolusioner yaitu pembakaran bangsal, penggulingan kereta api, pengeboman dan lain-lain. Bulan Juli [[1924]] ia ditangkap dan dibuang ke [[Manokwari]] dengan tuduhan mendalangi pemogokan-pemogokan dan teror-teror/sabotase di Surakarta dan sekitarnya. Walaupun bukan yang pertama diasingkan tetapi ia-lah orang yang pertama yang sesungguhnya berangkat ke tanah pengasingan di kawasan Hindia sendiri.
 
Terkait dengan "teror-teror" yang terjadi di Jawa tersebut, Misbach tetap dipercaya sebagai otaknya. Dia ditangkap. Dalam pengusutan sejumlah fakta memberatkannya meskipun belakangan para saksi mengaku memberi kesaksian palsu karena iming-iming bayaran dari [[Hardjosumarto]], orang yang "ditangkap" bersamanya. Hardjosumarto sendiri juga mengaku menyebarkan pamflet bergambar palu, arit, dan tengkorak, membakar bangsal [[sekatenan]], dan mengebom [[Mangkunegaran]]. Namun Misbach tetap tidak dibebaskan. Dia dibuang ke Manokwari, [[Papua]], beserta dengan istri dan tiga anaknya. Ternyata pembuangan tidak membuatnya berhenti bergerak, dia masih sempat mendirikan [[Sarekat Rakyat]] cabang Manokwari, yang anggotannya tidak pernah lebih dari 20 karena gangguan Polisi Belanda. Selain itu, dia juga menyusun artikel berseri "[[Islamisme dan Komunisme]]". Medan Moeslimin kemudian memuat artikel tersebut,
 
''"…agama berdasarkan sama rata sama rasa kepada [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa hak persamaan untuk segenap manusia dalam dunia tentang pergaulan hidup, tinggi dan hinanya manusia hanya tergantung atas budi kemanusiaannya. Budi terbagi tiga bagian: budi kemanusiaan, budi binatang, budi setan. Budi kemanusiaan dasarnya mempunyai perasaan keselamatan umum; budi binatang hanya mengejar keselamatan dan kesenangan diri sendiri; dan budi setan yang selalu berbuat kerusakan dan keselamatan umum."''
 
Ditengah ganasnya alam di tempat pembuangannya, dia terserang [[malaria]] dan meninggal di pada [[24 Mei]] [[1926]] dan dimakamkan di kuburan [[Fanindi]], Manokwari, di samping kuburan istrinya. Tjipto Mangunkusuma dalam surat kabar Panggoegah, 12 Mei 1919 melukiskan keberanian Misbach dalam melawan kolonialisme Belanda sebagai "seorang ksatria sejati" yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk pergerakan.
 
== Tulisan Haji Misbach ==
 
* [[Semprong Wasiat]], sebuah kritik terhadap Tjokroaminoto, dimuat dalam surat kabar Medan Moeslimin (1923).
* [[Islam dan Gerakan]], dimuat dalam surat kabar Medan Moeslimin (1923).
* [[Islamisme dan Komunisme]], artikel yang ditulis ketika diasingkan di Manokwari, dimuat dalam surat kabar Medan Moeslimin (1925).
* [[Islam dan Atoerannja]].
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} [http://web.archive.org/web/20070614042818/http://indomarxist.tripod.com/hmisbach.htm "Haji Misbach: Muslim Komunis"], ''[[Indo-Marxist]]'', 3 Februari 2004.
* {{id}} [http://www.berdikarionline.com/tokoh/20110207/cara-haji-misbach-melawan-penyimpangan-dalam-islam.html "Cara Haji Misbach Melawan Penyimpangan Dalam Islam"], ''[[Berdikari Online]]'', 7 Februari 2011.
* {{id}} [http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/historia/20110510/haji-merah-dalam-perjuangan-anti-kolonialisme.html "“Haji Merah” Dalam Perjuangan Anti-Kolonialisme"], ''[[Berdikari Online]]'', 10 Mei 2011.
* {{id}} [http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/historia/20110513/kisah-haji-merah-dan-kongres-pki.html "Kisah Haji Merah Dan Kongres PKI"], ''[[Berdikari Online]]'', 13 Mei 2011.
* {{id}} [http://immsukoharjo.wordpress.com/2009/01/22/h-m-misbach-1879-1926/ "H. M. MISBACH (1879-1926)"], ''[[PC IMM Sukoharjo]]''.
* {{id}} [http://sejarah.kompasiana.com/2011/03/06/haji-hijau-merah/ "Haji Hijau Merah"], ''[[Kompasiana]]''.
 
{{Pahlawan Indonesia}}
 
{{lifetime|1876|1926|}}
 
{{DEFAULTSORT:Misbach, Haji Mohamad}}