SMS Goeben: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 138:
 
=== Penugasan pasca-Perang Dunia I ===
''Yavuz'' dan kapal-kapal penghancur milik Turki lainnya tiba di Sevastopol pada pertengahan Juli 1918 dan kemudian ditempatkan di galangan kapal Sevastopol. ''Yavuz'' kemudian diperbaiki dan terparkir hingga periode akhir Perang Dunia I di bulan November. Angkatan Laut Jerman secara formal menyerahkan kepemilikan kedua kapal ini kepada pemerintah Turki pada 2 November 1918 tanpa adanya pembayaran moneter. Perang Dunia I kemudian secara resmi berakhir pada 11 November 1918 dan Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austria-Hongaria, serta Kekaisaran Ottoman berada di pihak yang kalah. Merujuk pada [[Perjanjian Sevres]] antara Kekaisaran Ottoman dan Sekutu, Yavuz seharusnya menjadi bagian dari rampasan perang Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Namun, saat itu kondisi Yavuz sedang mengalami kerusakan dan dinilai tidak terlalu berharga, sehingga Angkatan Laut Kerajaan Inggris tidak jadi mengambilnya dan tetap meninggalkannya di galangan kapal Sevastopol. Pada tahun 1923 setelah [[Perang Kemerdekaan Turki]], Perjanjian Sevres mengalami perubahan dan kemudian digantikan oleh Perjanjuan Lausanne yang mana perjanjian ini menghendaki seluruh kapal perang milik Turki termasuk di dalamnya Yavuz yang sebelumnya disita oleh sekutu, diserahkan kembali untuk menjadi bagian dari Angkatan Laut Turki. Pada periode ini, Yavuz merupakan satu-satunya kapal perang buatan Jerman yang masih secara resmi beroperasi. Pada periode 1918-1926, kapal ini berada di bagian galangan kapal pelabuhan kota Izmit. Kapal ini masih tidak mampu berlayar akibat hanya dua dari empat sistem penguap lamanya yang bekerja, serta kerusakan lainnya akibat ranjau kapal belum diperbaiki sepenuhnya. Pemerintah Turki kemudian mengalokasikan sejumlah dana sehingga perbaikan terhadap haluan kapal Yavuz dapat terselesaikan. Sistem penguap kapal ini kemudian diubah kedalam sistem yang menggunakan bahan bakar campuran minyak-batu bara. Selain itu, kapal ini juga mendapatkan penambahan beberapa komponen persenjataan anti pesawat.
Yavuz and Turkish destroyers arrived in Sevastopol in mid-July 1918 and were placed in the Sevastopol dockyard. The Yavuz was being repaired and laid up until the end of the war in November. The German Navy formally transferred ownership of the vessel to the Turkish government on November 2nd, 1918 without monetary payment. World War 1 then ended on November 11th, 1918 and the German Empire, the Austro-Hungarian Empire and the Ottoman Empire were all defeated. The capital ships of the Imperial German Navy were required to be interned at Scapa Flow under the direction of the British Navy. This eventually totaled some 74 warships. Arriving in British-controlled waters, the German ships were scuttled by their own crews on June 21st, 1919 by orders from the German commander - Rear Admiral Ludwig von Reuter.
 
Bagi Turki yang saat itu sedang berfokus mengembangkan angkatan lautnya untuk menyaingi Yunani yang merupakan musuh lamanya serta Angkatan Laut Uni Soviet di Laut Tengah, Yavuz merupakan komponen yang sangat penting dalam Angkatan Laut Turki. Bahkan, pemerintah Turki kemudian memesan empat kapal penghancur dan dua buah kapal selam dari Italia sebagai pelengkap angkatan lautnya. Pada 1930, haluan kapal Yavuz kemudian dikurangi panjangnya sebesar 40 cm dan lebarnya ditambah sepanjang 10cm. Berat kosongnya pun bertambah 100 ton dikarenakan penambahan baja untuk perbaikan haluan serta mesin penguap baru yang ditambahkan. Untuk menambah stabilitas, beberapa meriam yang ada di kapal ini kemudian di lepas. Kapal ini berlayar dan beroperasi kembali pada 1936 dan pelayarannya dilindungi oleh empat buah kapal penghancur yang baru dipesan. Namun, pada 1937, kurangnya persenjataan anti pesawat membuat Angkatan Laut Turki menganggap kapal ini ketinggalan zaman.
Due to the Treaty of Sevres between the Ottoman Empire and the Allies, Yavuz was to be handed over to the Royal Navy as a war prize. Due to her not being seaworthy, the Royal Navy left her in Sevastopol. In 1923, after the Turkish War of Independence, the Treaty of Sevres was replaced by the Treaty of Lausanne which required Turkish warships, including Yavuz, to be repatriated back to the Turkish Navy. After the war, Yavuz was the only German-built battlecruiser still in service. From 1918 until 1926, she remained in the port city of Izmit, rusting at dockside. She could not make steam with her old propulsion arrangement having only two working boilers and her damage at the minefields had not been completely repaired. The Turkish government provided money for a floating dock so her hull could be repaired in 1927 which took over three years. Her boilers were converted to mixed-coal-fired by oil burning sprayers with some upgrades to her armament for anti-aircraft defense adding 8x1 - 88/45, 2x1 - 88/45 AA, 2x500 "PomPoms" one forward and one aft.
 
The Turkish Government was concerned with the growing naval superiority of her old foe Greece and the strength of the Soviet Navy in the Black Sea. The Turkish government ordered four destroyers and two submarines from Italy and again restarted work on Yavuz. During the 1930s, her hull was reduced in length by 1.5 feet and her beam increased by 4 inches. Her gross tonnage had increased by 100 tons due to the extra steel needed for her hull repair and new boilers were added. To increase stability, one 9.5in gun was removed from each side. Now re-commissioned in 1936, she again became the flagship of the revitalized Turkish Navy and was protected by her four new Italian destroyers. However, by 1937, the Turkish Navy felt her lack of anti-aircraft protection made her outdated. 
 
====== Perang Dunia II ======