Sejarah astrologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 78:
 
=== Mesopotamia ===
Daerah Mesopotamia seringkali disebut sebagai tempat lahirnya peradaban manusia, dikarenakan banyak dari gagasan dan teknologi dari peradaban kuno di daerah ini yang kemudian diadopsi ke dalam peradaban modern.  Pada tulisan-tulisan di [[kuneiform]] (sejenis prasasti) yang ditemukan, diketahui bahwa sejak akhir abad ke-30 SM, peradaban di Mesopotamia telah mengidentifikasi dan membuat daftar yang berisi nama "bintang" dan konstelasinya di langit. Bintang dalam pengertian kebudayaan Mesopotamia adalah segala objek nampak yang ada di langit termasuk planet, komet, meteor, ataupun bintang dan konstelasinya. Dari berbagai kajian arkeoastronomi, benda-benda langit diketahui mempunyai peran yang sangat penting dalam tradisi Mesopotamia terutama untuk yang berkaitan dengan kepercayaan dan ritual peribadataan masyarakat. Salah satu tradisi peninggalan peradaban Mesopotamia yang paling terkenal adalah tradisi ramal-meramal atau pembacaan pertanda dengan merujuk fenomena-fenomena yang terjadi di langit. Tradisi ini juga diperkirakan telah muncul bersamaan dengan saat catatan-catatan mengenai pengamatan bintang dibuat, yakni di awal abad ke-30 SM dan kemudian menjadi cikal-bakal [[astrologi]] oleh masyarakat modern. Saat ini, terdapat ratusan peninggalan kuneiform yang menjelaskan berbagai pertanda atau ramalan yang dapat disimpulkan dari pengamatan benda-benda langit.
'''Babylonian astrology''' was the first organized system of astrology, arising in the 2nd millennium BC. There is speculation that astrology of some form appeared in the Sumerian period in the 3rd millennium BC, but the isolated references to ancient celestial omens dated to this period are not considered sufficient evidence to demonstrate an integrated theory of astrology. The history of scholarly celestial divination is therefore generally reported to begin with late Old Babylonian texts (<abbr>c.</abbr> 1800 BC), continuing through the Middle Babylonian and Middle Assyrian periods (<abbr>c.</abbr> 1200 BC).
 
By the 16th century BC the extensive employment of omen-based astrology can be evidenced in the compilation of a comprehensive reference work known as ''Enuma Anu Enlil''. Its contents consisted of 70 cuneiform tablets comprising 7,000 celestial omens. Texts from this time also refer to an oral tradition - the origin and content of which can only be speculated upon. At this time Babylonian astrology was solely mundane, concerned with the prediction of weather and political matters, and prior to the 7th century BC the practitioners' understanding of astronomy was fairly rudimentary. Astrological symbols likely represented seasonal tasks, and were used as a yearly almanac of listed activities to remind a community to do things appropriate to the season or weather (such as symbols representing times for harvesting, gathering shell-fish, fishing by net or line, sowing crops, collecting or managing water reserves, hunting, and seasonal tasks critical in ensuring the survival of children and young animals for the larger group). By the 4th century, their mathematical methods had progressed enough to calculate future planetary positions with reasonable accuracy, at which point extensive ephemerides began to appear.