Sejarah astrologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 246:
Pada tahun 1960an terdapat lonjakan ketertarikan terhadap astrologi. Ahli sosiologi Marcello Truzzi menggambarkan bahwa terdapat tiga tahapanyang membuat orang percaya terhadap "Astrologi". Ia menemukan bahwasannya kebanyakan orang yang percaya astrologi tidak beranggapan bahwa astrologi memiliki penjelasan ilmiah atau kekuatan untuk memprediksi sesuatu. Kalangan ini merupakan kalangan yang secara tidak mendalam terlibat dalam ilmu astrologi dalam artian kalangan yang tak banyak mengerti metode-metode astrologi, kalangan yang hanya membaca prediksi astrologi pada kolom di surat kabat, dan juga kalangan yang mungkin mendapatkan manfaat dari "manajemen emosi dan kecemasan" dan "sistem kepercayaan yang secara kognitif melampau sains". Kalangan kedua dari urutan tersebut merupakan kalangan yang telah mengidentifikasi horoskopnya sendiri dan mencari saran dan prediksi terhadap nasib mereka dari ahli astrologi. Kalangan ini biasanya berumur relatif muda, dan mendapat manfaat dari pengetahuan mereka terhadap astrologi yang kemudian menghasilkan kesimpulan koheren terhadap nasib mereka atau suatu kelompok. Kelompok ketiga dari urutan tersebut merupakan kelompok yang terlibat secara mendalam dan biasanya mereka memprediksi garis nasib mereka sendiri melalui horoskop yang mereka miliki. Kelompok ketiga ini juga biasanya menanggapi isu-isu astronomi secara serius, bahkan menganggapnya sakral, sementara dua kelompok sebelumnya cenderung menganggapi isu-isu ini dengan main-main atau tidak terlalu serius.
 
Pada tahun 1953, ahli sosiologi, Theodor W. Adorno, melakukan kajian terhadap kolom astrologi di surat kabar kota Los Angeles sebagai bagian dari proyek pengujian kebudayaan masyarakat dalam suatu komunitas kapitalis. Adorno meyakini bahwa astrologi populer, yang digunakan sebagai alat prediksi, selalu mengarahkan prediksi-prediksinya padaterhadap hal-hal yang umumnya diterima secara sosial dan membuat pendengarnya merasa nyaman—namun terdapat pula ahli astrologi yang melawan hal-hal tersebut sehingga beresiko kehilangan pekerjaan dan penghasilannya. Adorno juga menyimpulkan bahwasannya astrologi adalah manifestasi berskala besar dari pemikiran irasional yang sistematis, dimana setiap individu secara harus diarahkan untuk mempercayai bahwa penulis dari kolom ramalan horoskop menujukan kolom tersebut khusus terhadap mereka. Pada tahu 2005, survei yang dilakukan oleh Gallup dan juga pada surve yang dilakukan oleh ''Pew Research Center'' pada tahun 2009% melaporkan setidaknya 25% masyarakat Amerika Serikat berusia dewasa mempercayai astrologi.
 
In 1953, the sociologist Theodor W. Adorno conducted a study of the astrology column of a Los Angeles newspaper as part of a project examining mass culture in capitalist society. Adorno believed that popular astrology, as a device, invariably leads to statements that encouraged conformity—and that astrologers who go against conformity, by discouraging performance at work etc., risk losing their jobs. Adorno concluded that astrology is a large-scale manifestation of systematic irrationalism, where individuals are subtly led—through flattery and vague generalisations—to believe that the author of the column is addressing them directly. Adorno drew a parallel with the phrase opium of the people, by Karl Marx, by commenting, "occultism is the metaphysic of the dopes."
 
A 2005 Gallup poll and a 2009 survey by the Pew Research Center reported that 25% of US adults believe in astrology. According to data released in the National Science Foundation's 2014 ''Science and Engineering Indicators'' study, "Fewer Americans rejected astrology in 2012 than in recent years." The NSF study noted that in 2012, "slightly more than half of Americans said that astrology was 'not at all scientific,' whereas nearly two-thirds gave this response in 2010. The comparable percentage has not been this low since 1983."
 
=== India dan Jepang ===