Sejarah astrologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Nadiantara (bicara | kontrib) k →Oseania |
Nadiantara (bicara | kontrib) |
||
Baris 246:
Pada tahun 1960an terdapat lonjakan ketertarikan terhadap astrologi. Ahli sosiologi Marcello Truzzi menggambarkan bahwa terdapat tiga tahapanyang membuat orang percaya terhadap "Astrologi". Ia menemukan bahwasannya kebanyakan orang yang percaya astrologi tidak beranggapan bahwa astrologi memiliki penjelasan ilmiah atau kekuatan untuk memprediksi sesuatu. Kalangan ini merupakan kalangan yang secara tidak mendalam terlibat dalam ilmu astrologi dalam artian kalangan yang tak banyak mengerti metode-metode astrologi, kalangan yang hanya membaca prediksi astrologi pada kolom di surat kabat, dan juga kalangan yang mungkin mendapatkan manfaat dari "manajemen emosi dan kecemasan" dan "sistem kepercayaan yang secara kognitif melampau sains". Kalangan kedua dari urutan tersebut merupakan kalangan yang telah mengidentifikasi horoskopnya sendiri dan mencari saran dan prediksi terhadap nasib mereka dari ahli astrologi. Kalangan ini biasanya berumur relatif muda, dan mendapat manfaat dari pengetahuan mereka terhadap astrologi yang kemudian menghasilkan kesimpulan koheren terhadap nasib mereka atau suatu kelompok. Kelompok ketiga dari urutan tersebut merupakan kelompok yang terlibat secara mendalam dan biasanya mereka memprediksi garis nasib mereka sendiri melalui horoskop yang mereka miliki. Kelompok ketiga ini juga biasanya menanggapi isu-isu astronomi secara serius, bahkan menganggapnya sakral, sementara dua kelompok sebelumnya cenderung menganggapi isu-isu ini dengan main-main atau tidak terlalu serius.
Pada tahun 1953, ahli sosiologi, Theodor W. Adorno, melakukan kajian terhadap kolom astrologi di surat kabar kota Los Angeles sebagai bagian dari proyek pengujian kebudayaan masyarakat dalam suatu komunitas kapitalis. Adorno meyakini bahwa astrologi populer,
=== India dan Jepang ===
|