=== Oseania ===
Di wilayah Polinesia, ahli astronomi tradisional yang berasal dari masyarakat di kepualuan ini terbagi ke dalam dua jenis : Sang pengamat langit yang bertugas mengawasi langit untuk melihat pertanda, menyelaraskan kalender, mengatur ritual kepercayaan dan festival, dan satunya lagi adalah Sang penunjuk jalan yang bertugas sebagai ahli navigasi di laut yang menjalankan tugasnya dengan memanfaatkan berbagai pertanda termasuk benda-benda langit. Di Selandia Baru, suku Maori mengenal suatu kedudukan dalam tingkatan sosial mereka yang diberi nama ''tohunga kokrangi'', tugas dari tohunga kokorangi adalah mengamati langit, termasuk pengukuran posisi benda-benda langit dan memprediksi pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu praktik kebudayaan yang dilakukan oleh suku Maori adalah pengamatan okultasi bulan– ketika bulan lewat secara langsung di depan sesuatu yang mereka anggap bintang–yang merupakan salah satu pembacaan pertanda terkait militer yang sulit. Sebagai contoh, jika bintang muncul kembali setelah bulan melewatinya, maka masyarakat Maori mengartikan bahwa akan terdapat benteng yang akan diduduki. Tohunga kokorangi akan terus mengawasi langit untuk mendapatkan pertanda serta mencoba berkomunikasi dengan ruh-ruh atau dewa-dewa yang ada di langit. Jika nantinya tohunga kokorangi melihat pertanda bahaya seperti contohnya komet, ia kemudian akan mengucapkan mantra tertentu untuk menetralisir ancaman dan melindungi
Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, astrologi sejak dulu hingga kini masih melekat dalam beberapa aspek kehidupan mereka, terutama di wilayah Jawa dan Bali. Masyarakat di wilayah ini terutama di pedesaan menentukan beberapa upacara adat seperti pernikahan, dan pembakaran jenazah melalui kombinasi penanggalan pada kalender mereka.
Di wilayah polinesia
Traditional Polynesian astronomers tended to be divided into two groups: the sky
watchers, whose task was to watch for omens, keep the calendar, and arrange rituals
and festivals, and the wayfinders, who presided over the knowledge necessary for
navigation. The examination of celestial omens conforms to a broad definition of
astrology. In New Zealand, the Maori developed a class of experts, tohunga
kokorangi, who were versed in the entire range of celestial lore, including the
measurement of celestial positions and evaluation of their significance; Best (1955)
referred to these practices as “natural astrology”. An example of Maori practice
includes the following: a lunar occultation – when the Moon passes directly in front
of a certain star – is a potentially difficult military omen. If the star reappears when
the Moon has passed, it was said, a fort will be captured. One informant reported
that “the star knows all about the coming trouble. . . Just before the battle of Orakau
we saw this sign..As we were a war party of course our warriors made much of this
omen” (Best 1955, p. 68). The tohunga kokorangi would watch the sky for omens,
communing with celestial deities and purging his soul. If the tohunga kokorangi
saw a dangerous sign, such as a comet, he would recite ritual formulae in order to
defuse the threat and protect his people.
He may even have been actively engaging with the sky, acting as a cocreator, for
there was a belief that certain men, with sufficient power, could cause a solar halo to
appear at will.
== Astrologi di era modern ==
|