Laskar Sedekah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
ss |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
'''Laskar Sedekah''' adalah sebuah komunitas sosial yang melakukan aktivitas [[filantropi]] [[Islam]] dengan membantu orang-orang yang membutuhkan melalui pemberian [[sedekah]]. Komunitas ini didirikan di [[Godean, Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] pada tanggal 30 Maret 2012 oleh seorang pemuda bernama Ma’ruf Fahrudin. Beberapa kalangan mungkin terkesan pragmatis ketika mendengar kata “laskar” tersemat di nama komunitas itu. Terminologi tersebut kerap diasosiakan kepada hal-hal negatif, terutama berkaitan dengan kekerasan dan intimidasi terhadap golongan [[minoritas]] tertentu. Terlebih lagi, komunitas tersebut juga membawa ''embel-embel'' [[Islam]] yang pada masa ini sering diidentikan oleh publik sebagai kelompok radikal, bahkan [[ekstremis]]. Berbeda dengan ''status quo'' tersebut, gerakan komunitas Laskar Sedekah cenderung berebda. Mereka membantu banyak orang yang sedang mengalami kesulitan khusus, seperti sakit, biaya [[pendidikan]], membangun fasilitas umum, dan lain-lain. Mereka seolah ingin menampilkan wajah baru [[Islam]] yang semestinya, yaitu yang dipenuhi rasa ''welas asih''.
== Awal Mula ==
Alasan pembentukan komunitas Laskar Sedekah dapat dikatakan sangat emosional, karena berhubungan dengan pengalaman pribadi Ma’ruf Fahrudin. Kala itu, ia dimintai pertolongan tetangga di samping rumahnya untuk membantu seorang balita bernama Nugie Cahya Ramadhani yang membutuhkan biaya operasi kelainan [[bibir sumbing]]. Biaya operasi yang diperlukan oleh balita itu terlalu besar sehingga orang tuanya merasa tidak sanggup untuk menjalaninya. Akhirnya, Ma’ruf melakukan penggalangan dana publik melalui [[Media sosial]] ([[Facebook]]). Ia memotret gambar Nugie Cahya Ramadhani dan mencantumkan nomor rekening untuk membantu meringankan biaya operasi [[balita]] itu. Tanpa disangka, respon publik sangat antusias. Dari kampanye tersebut, Ma’ruf berhasil menggalang dana sebesar Rp6.000.000 yang digunakan sepenuhnya untuk operasi bibir sumbing sang balita hingga ia bisa sembuh seperti sedia kala.<ref name=":2">https://www.laskarsedekah.com/</ref>
Setelah pengalaman pertama tersebut, pada tanggal 29 Maret 2012, Ma’ruf memperoleh mimpi yang berisi “perintah” agar ia menolong saudara dan orang lain lebih banyak. Berbekal dua pengalaman tersebut, Ma’ruf kemudian mengumpulkan keenam kawannya yang ternyata juga antusias menyambut ide Ma’ruf. Mereka adalahWisnu, Buyung, Eky, Oktava, Lutfi, dan Yon Aditama. Dari beberapa percakapan ringan, salah satu dari mereka kemudian menyeletuk untuk menamai [[komunitas]] mereka dengan sebutan “Laskar Sedekah”. Ide itu muncul untuk membantah stigma publik tentang [[Islam]] yang selalu diidentikan sebagai kelompok yang gemar melakukan kekerasan. Mereka ingin menampilkan wajah baru [[Islam]] yang penuh dengan kasih sayang dan keinginan untuk berbagi.<ref name=":0" />
== Gambaran Umum ==
Laskar Sedekah memiliki visi dan misi sebagaimana komunitas atau organisasi lainnya. Perlu digarisbawahi bahwa komunitas ini menggunakan nilai-nilai [[Islam]] dalam pergerakannya. Nilai-nilai itu berlandaskan pada QS. Al-Baqarah: 274 yang artinya “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, maka mereka akan mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".<ref name=":2" />
Adapun misi yang dimiliki oleh Laskar Sedekah adalah:
Baris 15:
* Membantu orang sakit
* Membantu pelajar yang tidak mampu
* Membantu janda dan duda yang tidak mampu.
Berkaitan dengan logo dan simbol, logo Laskar Sedekah didesain oleh salah seorang anggota bernama Wisnu Ardianto. Logo tersebut terinspirasi dari logo klub [[sepak bola]] luar negeri. Logo tersebut berbentuk gambar perisai karena terminologi “laskar” biasa diidentikan dengan pasukan. Gambar perisau juga identik dengan klub sepak bola di luar negeri. Di tenga-tengah logo, terdapat sebuah tulisan berbentuk “L” dan “S” yang merupakan singkatan dari kata Laskar Sedekah. Sementara itu, warna khas yang digunakan di dalam logo adalah ungu yang menandakan warna kesukaan sang pendiri [[komunitas]]. Selain itu, menurut mereka, warna ungu dianggap sebagai warna yang netral, karena hingga saat ini belum ada partai politik yang menggunakan warna ungu. Hal itu sejalan dengan komitmen Laskar Sedekah untuk terbebas dari berbagai macam kepentingan [[politik]].<ref name=":2" />
Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal, komunitas Laskar Sedekah mengajak sebanyak mungkin orang untuk bersedekah yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan kemanusiaan. Beberapa cara sedekah yang diterapkan di dalam komunitas ini ada tiga macam, yaitu melalui ''online'', ''offline'', dan layanan jemput. Melalui sistem ''online'', para donatur dapat mendonasikan uangnya melalui transfer lewat ATM, internet banking, atau sms ''banking'' ke nomor rekening Laskar Sedekah atas nama Ma’ruf Fahrudin. Komunitas itu belum memiliki identitas legal secara badan hukum, oleh karena itu, nomor rekening yang dipergunakan masih atas nama individu. Sementara itu, melalui sistem offline, calon donatur dapat bersedekah dengan mendatangi langsung Omah Laskar Sedekah (''basecamp''). Perlu diketahui, meskipun didirikan di [[Yogyakarta]], Laskar Sedekah juga memiliki chapter di berbagai kota seperti [[Medan]], [[Padang]], [[Jakarta]], [[Bekasi]], [[Tangerang]], [[Bogor]], [[Bandung]], dan lain-lain. Lebih jauh lagi, untuk memudahkan para donatur, Laskar Sedekah juga menerapkan sistem layanan jemput. Para relawan Laskar Sedekah di beberapa kota akan mendatangi tempat donatur yang ingin bersedekah.<ref name=":0" />
== Program Kerja Laskar Sedekah ==
Baris 30:
=== Tebar nasi bungkus ===
Program tebar nasi bungkus biasanya dilakukan selama satu minggu sekali, tepatnya pada hari minggu pada pukul 05-06.00. Kegiatan tersebut juga diikuti oleh komunitas Laskar Sedekah dari seluruh chapter di [[Indonesia]]. Nasi bungkus itu dibagikan kepada para tukang becak, tukang sampah, pemulung, pengemis, dan orang-orang [[dhuafa]] lain yang memerlukan makanan.<ref>{{Cite news|url=http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/15/08/09/nstam7313-laskar-sedekah-tebar-nasi-bungkus-di-11-provinsi|title=Laskar Sedekah Tebar Nasi Bungkus di 11 Provinsi {{!}} Republika Online|date=2015-08-09|newspaper=Republika Online|access-date=2017-12-12}}</ref>
=== Wakaf Al Quran ===
Program wakaf [[Al-Qur'an]] ditujukan untuk memenuhi target 1 juta Al Quran bagi [[masjid]], mushola, dan pondok [[pesantren]] di seluruh [[Indonesia]]. Dalam peluncurannya, Laskar Sedekah mengundang ustaz [[Yusuf Mansur]] selaku kepala pondok [[pesantren]] penghafal [[Al-Qur'an]] bernama [[Darul Quran]] untuk membawakan ceramah agama yang berkaitan dengan sedekah.
=== ''Ambulance'' gratis ===
Baris 54:
Sebagaimana yang telah disinggung di awal, komunitas Laskar Sedekah bukanlah komunitas ''offline'' yang hanya melakukan kegiatannya di lapangan. Mereka adalah komunitas yang memanfaat media sosial untuk aktivitasnya. Aktivitas yang mereka lakukan juga dikenal dengan istilah [[filantropi]] [[Islam]]. Dalam menjalankan aktivitas tersebut, tentu mereka menghadapi beberapa kendala. Berikut ini adalah penjabaran dari kendala-kendala yang dihadapi oleh Komunitas Laskar Sedekah.<ref name=":1">Abubakar, I. & C.S. Bamualim. 2006. Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studi tentang Potensi, Tradisi, dan Pemanfaatan Filantropi Islam di Indonesia. Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah</ref>
Menggunakan media sosial [[Facebook]] untuk aktivitas sosial tidak selamanya mudah. Komunitas Laskar Sedekah meneriman sumbangan atau donasi yang cenderung sedikit, tergantung pada bagaimana konten yang dibuat. Sebagai misal, setiap harinya mereka menerima [[donasi]] yang sedikit karena tidak ada momentum khusus yang membuat para netizen ingin mendonasikan uangnya. Namun, ketika datang waktu-waktu tertentu seperti bulan [[Ramadan]], [[Iduladha]], atau terjadi peristiwa bencana alam, jumlah donatur yang mendonasikan uangnya dapat dikatakan naik signifikan. Oleh karena itu, mereka sangat bergantung pada seberapa kreatif sumber daya yang ada mengurus konten sosial media mereka.
Selain itu, aktivitas di sosial media [[Facebook]] juga tidak terlalu menjamin kegiatan mereka dapat berjalan dengan lancar. Sebagai misal, ketika akan menggelar program tebar nasi bungkus setiap hari Minggu pagi, hanya ada 1-2 orang masyarakat umum yang berpartisipasi. Mereka bahkan pernah merubah jadwal kegiatan itu menjadi hari Sabtu di setiap akhir bulan, harapannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak bisa berpartisipasi di hari Minggu. Namun, persoalannya juga tidak berubah. Jumlah partisipan yang bergabung dalam program tersebut masih sangat sedikit. Hal itu menunjukan, aktivisme yang dilakukan lewat media sosial [[Facebook]] tidak sepenuhnya memberikan dampak yang progresif. Bahkan, dapat dikatakan, gerakan Laskar Sedekah hanya ''booming'' di awal-awal saja. Mereka menuturkan, makin kesini antusiasme masyarakat menurun; tidak sebesar dulu ketika [[komunitas]] ini pertama kali terbentuk.<ref name=":3" />
Lebih jauh lagi, penelitian dari Astuti (2017) juga menyebutkan bahwa ''engagement'' anatar ''user'' dengan admin di media sosial [[Facebook]] mereka juga terkesan sangat menurun. Jumlah ''likers, comments,'' dan ''share'' yang dilakukan oleh netizen di akun [[Facebook]] Laskar Sedekah juga tidak seberapa. Hal itu mereka nilai sebagai bergesernya trend sosial media yang dulunya sangat menggemari [[Facebook]], sekarang banyak yang beralih ke line, [[Instagram]], dan [[twitter]].<ref name=":0">Astuti, Indriati Tri. 2017. Facebook Dan Komunitas Filantropi Islam. Skripsi. Program Studi Sosiologi Universitas Gadjah Mada</ref> Namun demikian, Laskar Sedekah juga memiliki sosial media seperti itu, namun tetap saja terhambat dari segi ''engagement''. Meskipun Laskar Sedekah sudah berupaya untuk memperbaiki konten mereka dengan membuat desain-desain baru, hal itu rupanya dirasa belum cukup. Menurut penelitian yang sama, hal itu disebabkan karena pola [[komunikasi]] yang dibangun di dalamnya hanya satu arah. Laskar Sedekah lebih banyak mengunggah postingan tentang penggalangan bantuan, laporan penyaluran sedekah, publikasi kegiatan, dan konten-konten tentang motivasi [[sedekah]]. Mereka kurang membangun pola komunikasi dua arah dengan cara yang kreatif untuk melibatkan pengguna sosial media dalam aktivisme ''online'' mereka. Menurut penelitian yang sama, tidak adanya inovasi dari pengurus Laskar Sedekah akan berdampak pada tidak ada antusiasme publik terhadap aktivisme sosial media yang dilakukan oleh Laskar Sedekah.<ref name=":0" />
Baris 65:
Penelitian yang sama menjelaskan bahwa cara pandang pengurus Laskar Sedekah adalah faktor utama yang memengaruhi mereka melakukan kegiatan [[filantropi]] [[Islam]]. Mereka sepakat bahwa dengan memberikan santunan dan berusaha memenuhi kebutuhan para penerima bantuan tersebut, maka mereka dapat digolongkan sebagai orang yang telah melakukan kebaikan kepada mereka yang memerlukan sekaligus menunaikan kewajiban karena diberikan rezeki yang berlebih oleh [[Allah]]<ref name=":0" />. Dalam kasus tersebut, mereka belum berpikir pada pemberdayaan atau pemberian modal pertama kepada mereka yang membutuhkan sehingga mereka dapat hidup mandiri dan tidak lagi bergantung pada keberadaan dana yang diberikan oleh Laskar Sedekah. Masih menurut Astuti (2017), ketidakmampuan mereka melakukan program pemberdayaan itu diepengaruhi oleh faktor [[sumber daya manusia]] yang belum mumpuni. Pengurus Laskar Sedekah belum ada yang memiliki [[pengetahuan]] atau ''skill'' yang mampu memberdayakan masyarakat. Selain itu, jumlah mereka juga sangat terbatas, sehingga bidang pekerjaan yang harus mereka urus juga beragam. Mereka juga memiliki kesibukan lain di luar komunitas Laskar Sedekah. Hal itu menjadikan [[komunitas]] ini kurang berkembang dengan baik.<ref name=":0" />
Lebih jauh lagi, penelitian serupa juga menggarisbawahi bahwa program karikatif yang dikerjakan oleh Laskar Sedekah juga lebih mudah karena konsepnya yang sederhana dan tidak membutuhkan komitmen yang mengikat. Meskipun di dalam aktivisme sosial media [[Facebook]] mereka mengalami beberapa kendala, namun secara konsep, memaksimalkan sosial media adalah cara yang efisien. Selebihnya, mereka juga amat menggantungkan diri pada relawan sebagai penggerak.<ref name=":0" />
== Referensi ==
{{Reflist}}
|