Belian sentiu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Budaya Indonesia menggunakan HotCat |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Noref}}
'''Belian Sentiu''' adalah sebuah upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat [[Banuaq]] di [[Tanjung Isuy]], [[Jempang]], [[Kutai Barat]], [[Kalimatan Timur]]. Upacara tersebut berkaitan dengan sistem kepercayaan dan religi yang dianut oleh masyarakat setempat serta berhubungan dengan permohonan pertolongan terhadap roh-roh makhluk halus yang ada di sekitar mereka sekaligus arwah leluhur serta penguasa atas (''lahtala'') dan juga penguasa bawah (''uwokng).'' Hal itu tetap perlu mereka lakukan meskipun secara formal mereka sudah memeluk agama sebagaimana manusia Indonesia pada umumnya. Perlunya melakukan upacara tradisional tersebut mereka anggap sebagai upaya untuk mentransformasikan hubungan manusia yang hidup sebagai makluk di jagad raya dengan alam gaib yang sifatnya metafisika. Dalam praktiknya, mereka mengumandnagakn mantera-mantera magis dan sacral yang diirngi dengan music serta tarian. Hal itu menunjukan bahwa mereka amat menjaga keseimbangan antara kehidupan dunawi dengan metafisik.
== Gambaran Umum ==
Baris 48 ⟶ 49:
Setelah fase ''nyalolo'' dilakukan, tahapan selanjutnya adalah tahapan penutupan atau ''Tangai''. Tahap tersebut merupakan tahapan penutupan untuk mengakhiri segala rangkaian upacara Belian Sentiu sejak dimulainya dari tahap ''ngawat.'' Pada tahap itu, mantra-mantar yang diucapkan oleh ''pemeliatn'' akan dibacakan dengan nada tertentu yang bertujuan untuk mengembalikan para makhluk halus ke tempat semula dan mengucapkan terimakasih kepada mereka karena telah membantu mengobati orang yang sakit itu. Pada saat itu, seluruh penduduk yang menyaksikan upacara Belian Sentiu akan sangat senang dan puas karena upacara tersebut dapat berjalan lancar dan orang yang sakit itu dapat disembuhkan. ''Pemeliatn'' kemudian berkonsentrasi untuk membacakan mantra penutup dan pemain kelentangan akan memainkan alat musiknya dengan tempo sedang. Mantra yang disebut sebagai ''Bememeng'' itu diucapkan oleh ''Pemeliant'' sebagaimana ajaran dan anjuran dari leluhur mereka. Setelahnya, pemain kelentangan akan memainkan alat musiknya dengan tempo cepat dan volume yang keras menyesuaikan gerakan ''Pemeliatn''. Untuk mengungkapkan rasa bahagia dan kepuasannya terhadap prosesi ritual tersebut, seluruh penduduk biasanya akan memainkan air sisa ritual yang terlebih dahulu telah dibacakan doa dan mantar oleh ''Pemeliatn''. Orang-orang yang akan kena siraman air tersebut di antaranya adalah ''Pemeliatn'', pihak penyelnggara, pemain musik ''Kelentangan'' dan seluruh simpatisan upacara. Hal itu dimaksudkan agar segala pengaruh jahat tidak melindungi tempat mereka yang hadir di sana dan kalau pun ada diharapkan pengaruh-pengaruh jahat itu hilang, lebur, dan sirna bersamaan dengan air yang telah disiramkan. Hal tersebut juga memiliki filosofi tersendiri di mata mereka, yaitu air yang tadi digunakan berasal dari bumi dan tanah, dan sekarang segera berganti dengan pengaruh baik yang membawa keselamatan dan keberkahan bagi orang-orang yang mengikuti rangkaian upcara Belian Sentiu dari awal hingga akhir.
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
|