Belian sentiu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
n
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
ss
Baris 35:
Setelah sampai di tempat tertinggi makhluk halus tersebut, ''Pemeliatn'' akan membacakan ''bemamang '' yang bertujuan untuk meminta makhluk halus turun bersamanya guna mengobati orang yang sedang [[sakit]]. Setelah seluruhnya berkumpul, makhluk halus itu akan dipersilakan untuk menyantap sesaji yang telah dipersiapkan. Dalam fase itu, tempo musik dimainkan oleh pemain [[Kelentangan]] adalah pelan dan datar, karena pada prinsipnya untuk menjadi pengantar mereka dari alam gaib menuju ke alam [[dunia]].
 
Setelah para makhluk halus itu menyantap segala hidangan sesaji yang disediakan, mereka akan disuguhi berbagai macam tarian yang diikuti oleh semua ''pemeliatn'' [[laki-laki]] dan [[perempuan]] sambil menggendong tengkorak [[leluhur]]. Hal itu dimaksudkan untuk menghormati leluhur sebagai upacara selamat datang dan juga persebahan hiburan sebelum mereka membantu ''Pemeliatn'' menyembuhkan [[penyakit]]. Dalam fase itu, kelentangan dimainkan dengan tempo keras dan bersemangat, tetapi disesuaikan dengan gerakan para ''Pemeliatn.''<ref name=":3">Fachrissal. 2001. Musik dan Upacara Ritual STudi Kasus Fungsi Musik Kelentangan dalam Upacara Belian Sentiuu. Skripsi Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta</ref>
 
== ''Ngasi Ngado'' ==
Baris 42:
Dalam tahapan tersebut, musik kelentengan yang dimainkan memiliki tempo yang agak lambat dengan volume pukulan yang dilakukan oleh pemain dibuat turun. Pada saat musik dimainkan demikian, ''guruq pemeliatn'' menari-nari sambil membawa ayam dan darah [[babi]] untuk dipersembahkan kepada makhluk halus yang telah membantu proses penyembuhan sekaligus memutus janji yang telah disepakati sebelumnya. Sementara itu, para ''Pemeliatn'' akan menari-nari sambil membawa tengkorak dan tulang belulang leluhur yang sebelumnya diletakkan di dalam lungun. Hal itu mereka lakukan dengan pola lantai menyerupai huruf O dan mengelilingi awir batu raja berulang-ulang sebagai ucapan terimakasih kepada makhluk halus dan roh-roh [[leluhur]] yang telah membantu.<ref name=":0" />
 
''Ngasi ngado'' bermaksud agar makhluk-makhluk halus dan roh-roh [[leluhur]] mau membersihkan diri orang yang [[sakit]] tersebut dari segala penyakit dan pengaruh buruk makhluk halus. Selain dilakukan dengan membunuh [[hewan]] kurban [[babi]] dan [[ayam]], ''Pameliatn'' juga mempersiapkan satu baskom air yang berisi pengasi, yaitu satu ikat kembang yang terdiri dari berbagai jenis seperti kembang ''kepanggir'', bungaa, daun tomat, dan lain sebagaunya. Air baskom yang berisi bunga dan darah dari hewan-hewan tadi kemudian dikuburkan dan dipercikan ke tubuh orang yang sakit, mulai dari ujung rambut, hingga ujung kaki dengan menggunakan daun ''kapeer''.<ref name=":3" />
 
== ''Nyalolo'' dan ''Tangai'' ==
''Nyalo'' adalah sebuah proses mengahapus roh jahat yang dilakukan melalui selembar daun [[pisang]] yang dibelah-belah dan diremas-remas. Sementara itu, bagi masyarakat setempat yang mengalami sakit berupa [[demam]], sangat cocok apabila meminum hasil remasan dari daun [[pisang]] tersebut. Hal itu dilakukan oleh ''Pemeliatn'' sebagai warisan pengetahuan budaya [[leluhur]] mereka. Dalam fase tersebut, alunan musik Kelentangan yang dimainkan terasai menyejukan hati dan perlahan ''Pemeliatn'' melakukan pembersihan jiwa orang yang [[sakit]] dengan cara mengusapkan dan memercikkan air hasil remasan daun [[pisang]] ke tubuh orang tersebut. Hal itu memiliki arti bahwa [[air]] merupakan sumber kehidupan dan dipilihnya daun [[pisang]] karena sudah mendapat perintah dari makhluk halus dan roh-roh [[leluhur]] tersebut.<ref name=":0" />
 
Setelah fase ''nyalolo'' dilakukan, tahapan selanjutnya adalah tahapan penutupan atau ''Tangai''. Tahap tersebut merupakan tahapan penutupan untuk mengakhiri segala rangkaian upacara Belian Sentiu sejak dimulainya dari tahap ''ngawat.'' Pada tahap itu, mantra-mantar yang diucapkan oleh ''pemeliatn'' akan dibacakan dengan nada tertentu yang bertujuan untuk mengembalikan para makhluk halus ke tempat semula dan mengucapkan terimakasih kepada mereka karena telah membantu mengobati orang yang [[sakit]] itu. Pada saat itu, seluruh [[penduduk]] yang menyaksikan upacara Belian Sentiu akan sangat senang dan puas karena upacara tersebut dapat berjalan lancar dan orang yang sakit itu dapat disembuhkan. ''Pemeliatn'' kemudian berkonsentrasi untuk membacakan mantra penutup dan pemain kelentangan akan memainkan alat musiknya dengan tempo sedang. [[Mantra]] yang disebut sebagai ''Bememeng'' itu diucapkan oleh ''Pemeliant'' sebagaimana ajaran dan anjuran dari [[leluhur]] mereka. Setelahnya, pemain kelentangan akan memainkan alat musiknya dengan tempo cepat dan volume yang keras menyesuaikan gerakan ''Pemeliatn''. Untuk mengungkapkan rasa bahagia dan kepuasannya terhadap prosesi ritual tersebut, seluruh penduduk biasanya akan memainkan air sisa ritual yang terlebih dahulu telah dibacakan doa dan [[mantra]] oleh ''Pemeliatn''. Orang-orang yang akan kena siraman air tersebut di antaranya adalah ''Pemeliatn'', pihak penyelnggara, pemain musik ''Kelentangan'' dan seluruh simpatisan upacara. Hal itu dimaksudkan agar segala pengaruh jahat tidak melindungi tempat mereka yang hadir di sana dan kalau pun ada diharapkan pengaruh-pengaruh jahat itu hilang, lebur, dan sirna bersamaan dengan air yang telah disiramkan. Hal tersebut juga memiliki filosofi tersendiri di mata mereka, yaitu air yang tadi digunakan berasal dari [[bumi]] dan [[tanah]], dan sekarang segera berganti dengan pengaruh baik yang membawa keselamatan dan keberkahan bagi orang-orang yang mengikuti rangkaian upacara Belian Sentiu dari awal hingga akhir.<ref name=":3" />
 
== Referensi ==