Perdagangan internasional zaman Jawa Kuno: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Perdagangan sangat erat kaitannya dengan perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Makin kompleks suatu masyarakat maka makin kompleks pula tata cara perdagangannya.<ref>Ardhika, I Wayan 1999. “Beberapa Pemikiran tentang Studi Perdagangan di Indonesia”. Dalam ''EHPA''. Lembang: tidak diterbitkan</ref> Pada rentang abad IX hingga abad XII, ada dua kerajaan besar di Nusantara yang ikut andil dalam [[Perdagangan internasional|Perdagangan Internasional]] yaitu [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]] dan [[Kerajaan Medang|Kerajaan Mataram]]. Kerjaan Sriwijaya memegang peranan penting dalam perdagangan Asia sekitar pertengahan abad ke VII hingga menjelang abad IX.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/Early-Indonesian-Commerce-Origins-Srivijaya/dp/1597401870|title=Early Indonesian Commerce: A Study of the Origins of Srivijaya|last=Wolters|first=O. W.|date=2001-01-01|publisher=ACLS History E-Book Project|isbn=9781597401876|language=English}}</ref><ref>Wolters, O.W. 1967. Early Indonesian Commerce'': ''A Study of the Origins of Çr vijaya. Ithaca: Cornell University Press.</ref> Pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya sering dikunjungi pedagang-pedagang Cina yang akan berlayar ke [[Timur Tengah]] dan [[India]] dan sebaliknya. Sementara itu, Mataram juga sudah dikunjungi pedagang asing namun belum termasuk dalam jalur perdagangan utama.
== Pola Perdagangan Kerajaan Sriwijaya ==
Perdagangan Kerajaan Sriwijaya berkembang lebih dulu daripada Kerajaan Mataram. Hal ini disebabkan perbedaan struktur ekonomi di antara keduanya. Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim yang sangat memperhatikan aktivitas ekonomi di daerah pantai. Kebijakan-kebijakan perdagangan dalam skala besar diatur dan ditentukan oleh kerajaan. Sriwijaya yang terletak di Sumatera juga didukung dengan keberadaan sungai-sungai yang menjadi jalur perdagangan kala itu. Sungai-sungai tersebut dapat dilayari kapal-kapal besar sampai ke pedalaman Sumatera dan lebih besar daripada sungai-sungai di Jawa.<ref>Christie, Jan Wisseman 1982. Pattern of Trade in Western Indonesia: Ninth through Thirteenth Centuries A.D. London: University of London.</ref> Selain itu, lokasi ibukota Kerajaan Sriwijaya dekat dengan pantai dan berada di daerah aliran [[Sungai Musi]]. Hal ini tentu mempermudah akses dari pusat ke daerah pelabuhan idan membuat kerajaan lebih mudah mengendalikan kegiatan perdagangan di pelabuhan.
== Perdagangan Kerajaan Mataram ==
Kerajaan Mataram Kerajaan Mataram Kuna muncul di pulau Jawa sebagai kerajaan yang mempunyai sistem birokrasi yang kompleks. [[Prasasti|Prasasti-prasasti]] [[Kerajaan Medang|Kerajaan Mataram]] menunjukkan berbagai upaya kerajaan untuk mengatur kehidupan rakyatnya dalam bidang politik, keagamaan dan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan perdagangan. Pada masa ini pula Jawa secara jelas mengadakan hubungan dagang dengan [[Republik Rakyat Tiongkok|Cina]] seperti yang tertulis dalam berita-berita dari [[Dinasti Tang]] (618-906 M).<ref>Groeneveldt, W.P 1960. ''Historical Notes on Indonesia dan Malaya Compiled from'' ''Chinese Sources''. Bhatara: Jakarta.</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.co.uk/Historical-Indonesia-Compiled-Chinese-Sources/dp/B0007JATDW|title=Historical Notes on Indonesia and Malaya, Compiled from Chinese Sources|last=Groeneveldt|first=W. P.|date=1960|publisher=Djakarta: C V Bhratara, 1960.|language=English}}</ref>▼
== Pola PerdaganganKerajaan Mataram ==
Pemerintah saat itu cukup memperhatikan perdagangan dengan Cina yang terwujud dengan adanya jabatan juru cina yaitu pejabat yang mengurusi orang-orang Cina.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224219758|title=Nusa Jawa : silang budaya : kajian sejarah terpadu|last=Denys.|first=Lombard,|date=2000|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=9796054531|edition=Cet. 2|location=Jakarta|oclc=224219758}}</ref> Selain itu di Jawa terdapat juga orang-orang dari [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara]] daratan seperti ''mpa,'' ''Kli , Haryya, Si ha, Gola, Cwalik , Malyal , Karn nake, R man'' dan ''Kmir''.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/12722180|title=Early tenth century Java from the inscriptions : a study of economic, social, and administrative conditions in the first quarter of the century|last=1939-|first=Jones, Antoinette M. Barrett,|date=1984|publisher=Foris Publications|isbn=9789067650625|location=Dordrecht, Holland|oclc=12722180}}</ref> Meskipun Kerajaan Mataram berpusat di pedalaman Jawa Tengah, daerah Jawa Timur sudah digunakan untuk perdagangan dengan negara lain. Prasasti-prasasti Jawa Tengah yang menunjukkan kegiatan pedagang asing yaitu [[Prasati Kuti]], [[Prasasti Kaladi]] (909 M) dan Prasasti Pal Buhan (927 M) ditemukan di daerah Jawa Timur. Hasil dari hubungan dengan Cina tersebut dapat dilihat dari tersebarnya keramik-keramik Cina dinasti Tang di sekitar candi-candi di pedalaman Jawa Tengah.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224219758|title=Nusa Jawa : silang budaya : kajian sejarah terpadu|last=Denys.|first=Lombard,|date=2000|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=9796054531|edition=Cet. 2|location=Jakarta|oclc=224219758}}</ref> Hal ini menunjukkan distribusi barang impor yang sampai ke pedalaman.▼
▲Kerajaan Mataram
▲
Hubungan dagang dengan wilayah-wilayah di seberang pulau tentu membutuhkan sarana transportasi yang memadai. Berita-berita Cina menunjukkan bahwa sejak masa Mataram Kuno Jawa Tengah orang-orang Jawa sudah dapat berlayar sampai ke pelabuhan-pelabuhan di Cina dengan kapal milik mereka sendiri. Relief kapal di [[Borobudur|Candi Borobudur]] yang dibangun pada abad IX menggambarkan kapal yang sedang berlayar di laut dengan jumlah awak kapal yang cukup banyak. Bentuk kapal tersebut sangat berbeda dengan kapal tipe Cina.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/225524299|title=Sejarah modern awal Asia Tenggara : sebuah pemetaan|last=Anthony.|first=Reid,|date=2004|publisher=LP3ES|isbn=9789793330051|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=225524299}}</ref>▼
Meskipun Kerajaan Mataram berpusat di pedalaman Jawa Tengah, daerah Jawa Timur sudah digunakan untuk perdagangan dengan negara lain. Prasasti-prasasti Jawa Tengah yang menunjukkan kegiatan pedagang asing yaitu [[Prasati Kuti]], [[Prasasti Kaladi]] (909 M) dan Prasasti Pal Buhan (927 M) ditemukan di daerah Jawa Timur. Hasil dari hubungan dengan Cina tersebut dapat dilihat dari tersebarnya keramik-keramik Cina dinasti Tang di sekitar candi-candi di pedalaman Jawa Tengah.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224219758|title=Nusa Jawa : silang budaya : kajian sejarah terpadu|last=Denys.|first=Lombard,|date=2000|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=9796054531|edition=Cet. 2|location=Jakarta|oclc=224219758}}</ref> Hal ini menunjukkan distribusi barang impor yang sampai ke pedalaman.
▲Hubungan dagang dengan wilayah-wilayah di seberang pulau tentu membutuhkan sarana transportasi yang memadai. Berita-berita Cina menunjukkan bahwa sejak masa Mataram Kuno Jawa Tengah orang-orang Jawa sudah dapat berlayar sampai ke pelabuhan-pelabuhan di Cina dengan kapal milik mereka sendiri. Relief kapal di [[Borobudur|Candi Borobudur]] yang dibangun pada abad IX menggambarkan kapal yang sedang berlayar di laut dengan jumlah awak kapal yang cukup banyak. Bentuk kapal tersebut sangat berbeda dengan kapal tipe Cina.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/225524299|title=Sejarah modern awal Asia Tenggara : sebuah pemetaan|last=Anthony.|first=Reid,|date=2004|publisher=LP3ES|isbn=9789793330051|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=225524299}}</ref> Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa Kerajaan Mataram Kuno telah mengadakan hubungan ekonomi dengan negara-negara lain.
=== Pusat Agraria di Pedalaman Jawa ===
Hal ini sangat berbeda dengan kerajaan Mataram Jawa Tengah yang berpusat di pedalaman. Kerajaan Mataram Jawa Tengah merupakan kerajaan agraris yang mengutamakan pengamanan tata pemerintahan dalam negeri.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/435629543|title=Sejarah nasional Indonesia|last=Djoened.|first=Poesponegoro, Marwati|date=2008|publisher=Balai Pustaka|isbn=979407408X|edition=Ed. pemutakhiran|location=[Jakarta]|oclc=435629543}}</ref> dan pemberian kebebasan penuh pada penguasa daerah. Sementara itu prasasti-prasasti yang dikeluarkan pada masa ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi bergerak dari bawah didominasi oleh perdagangan internal antar desa. Pemerintah kerajaan Mataram sendiri tampak belum berminat mengembangkan perdagangan ke luar pulau. Penghasilan kerajaan lebih banyak digunakan dalam pendirian bangunan keagamaan yang megah. Sebaliknya, tidak ditemukan candi yang besar di Pulau Sumatra yang dulu merupakan wilayah kerajaan Sriwijaya.
=== Pusat Perdagangan di Timur Jawa ===
Pada abad X kerajaan pusat kerajaan Mataram berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Setelah perpindahan pusat kerajaan ke Jawa Timur, pengaruh perkembangan perdagangan Asia semakin tampak meningkat. Daerah Jawa bagian Timur selama abad VIII sampai dengan abad XIII menunjukkan peningkatan dalam hal aktivitas yang dilakukan sepanjang pantai. Pada periode ini sangat banyak prasasti yang isinya menunjukkan kegiatan
Perpindahan itu sendiri terjadi pada saat perdagangan di [[Asia]] berusaha bangkit dari depresi.<ref>Christie, Jan Wisseman 1982. Pattern of Trade in Western Indonesia: Ninth through Thirteenth Centuries A.D. London: University of London.</ref> Pertengahan abad X di Asia ditandai dengan perkembangan perdagangan besar-besaran yang dipelopori antara lain oleh [[Dinasti Song|Dinasti Sung]] (960-1279 M) dan [[Kerajaan Chola|Kerajaan Cola]] di India selatan. Perkembangan ini berpengaruh pada dua kerajaan besar di Asia Tenggara yaitu Sriwijaya dan Jawa yang mempunyai keunggulannya masing-masing. Sriwijaya mempunyai keuntungan dapat memegang kontrol perdagangan transit di [[Selat Malaka]] dan ekspor dari pedalaman Sumatera dan [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Malaka]]. Sementara itu Jawa memegang kontrol perdagangan dengan [[Laut Banda]] dan perdagangan ini memberi semacam monopoli dalam perdagangan rempah-rempah dari [[Maluku]] dan kayu cendana dari Timor.<ref>Christie, Jan Wisseman 1993. “Trade and Value in Pre-Majapahit Java”, Indonesia Circle ''No 59 & 60.''</ref>
|